Melihat Pemetaan Partisipatif Perkumpulan Pakativa di Pulo Tareba, Ternate

Konten Media Partner
14 Agustus 2022 14:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta pelatihan dari Pakativa saat kegiatan pemetaan di Pulo Tareba. Foto: Faris Bobero/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Peserta pelatihan dari Pakativa saat kegiatan pemetaan di Pulo Tareba. Foto: Faris Bobero/cermat
ADVERTISEMENT
Belasan orang muda duduk melingkar di sebuah tenda berukuran kurang lebih 4x6 meter. Di seberang tenda menyala api dari ranting pohon kering yang dibakar. Malam itu, di Pulo Tareba, Takome, Ternate, Maluku Utara, Kamis, 11 Agustus 202.
ADVERTISEMENT
"Jalannya kegiatan ini yang terpenting adalah menghargai adat istiadat di tempat kegiatan. Kita harus banyak belajar juga ke teman-teman di sini, bagaimana menghargai alam. Tareba adalah destinasi yang dibentuk orang muda tempatan. Ini inisiatif menjaga alam. Secara tidak langsung, ada pendidikan lingkungan yang dikampanye kan orang muda di sini untuk menjaga hutan," ujar Ismet Soelaiman, salah satu pendiri Perkumpulan Pakativa, yang saat itu sedang memandu peserta.
Ismet Soelaiman, salah satu pendiri Perkumpulan Pakativa, saat berbagi pengetahuan dengan peserta kegiatan di Pulo Tareba. Foto: Faris Bobero/cermat
Belasan orang muda itu, tengah mengikuti Pelatihan (Training of Trainer) serta pemetaan dan perencanaan wilayah Kelola rakyat dan perlindungan hutan kampung, yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Pakativa, Maluku Utara.
Ismet berharap, peserta pelatihan itu, juga belajar pada pemuda tempatan, yang punya inisiatif membangun destinasi wisata berbasis komunitas itu, yang membangun tanpa merusak ekosistem hutan.
ADVERTISEMENT
“Kita mendengar teman-teman di sini berinisiatif membangun ini. Teman-teman peserta tidak perlu malu. Kalau tidak tau harus bertanya. Belum tentu lagi ada yang memberikan pelatihan pemetaan. Dari sini kita bikin simpul pemetaan. Mimpi kita bersama-sama membikin peta kampung,” ujarnya.
Suasana kemah dan pemetaan partisipatif Perkumpulan Pakativa di Pulo Tareba/Faris Bobero/cermat
Pulo Tareba adalah salah satu destinasi wisata di Kelurahan Takome, Ternate Barat, Ternate, Maluku Utara. Berada tepat di punggung Danau Tolire Besar. Salah satu destinasi kejadian alam paling fenomenal.
Pakativa memilih Pulo Tareba sebagai lokasi kegiatan luar ruangan setelah para peserta menerima materi selama dua hari di kantor.  Selain itu, Pulo Tareba, memang dibangun atas inisiasi para orang muda setempat.
Lokasi ini agak berbeda dengan destinasi wisata yang lain, tidak hanya spot foto panorama Danau Tolire, ada rumah pohon, para pengunjung berkemah hingga kegiatan outbound.
Suasana camping di kawasan pulo Tareba, Takome, Ternate, Maluku Utara. Foto: Faris Bobero/cermat
Menariknya juga, sejarah panjang tentang Danau Tolire, menjadi daya tarik wisata sambil belajar tentang sejarah bahkan geologi letusan Gamalama. Ketua Geologi Indonesia Maluku Utara Dedy Arif, kepada cermat sebelumnya mengatakan, terbentuknya jejak geologi tersebut.
ADVERTISEMENT
Dedy bilang, pada tahun 1775 terjadi proses terbentuknya danau Tolire. Dimulai ketika ada sebuah frekuensi gempa yang besar sehingga magma itu bergerak naik ke atas permukaan serta bertemu dengan air dan didorong oleh kekuatan gempa yang membuat sebuah letusan freatik di Tolire.
Ia mengatakan, letusan seperti itu dapat terjadi di mana-mana dan menghasilkan jejak yang eksotis dan penuh misteri. Hal ini diperkuat oleh beberapa catatan peneliti geologi, seperti dalam Apandi 1980 dan Sutikno Bronto 1982.
Selain itu, di lokasi tersebut, paling menarik ada migrasi burung dari Australia “Beberapa peneliti mencatat, burung dari Australia itu, bermigrasi pada September setiap tahunnya. Ada dunia (kehidupan satwa) yang harus kita hargai dan hormati. Cukup kaya pulau Tareba ini,” ujar Isemet.
ADVERTISEMENT

Asal Mula Pulo Tareba

Hamid Muhammad, Camat Ternate Barat, yang sebelumnya sebagai lurah Takome, kepada cermat pada 2020 sebelumnya mengatakan, Pulo Tareba artinya Bukit Teriak. Katanya, dahulu kala, saat warga mulai membuka kebun, mereka saling berebut wilayah lalu saling berteriak (tureba/tareba). Namun, katanya, konflik itu tidak berlangsung lama.
“Itu dulu saja. Saling baku tureba berebut lahan. Tapi tidak sampai konflik besar maupun konflik berkepanjangan. Makanya kita namakan Pulo Tareba,” ungkapnya.
Destinasi Wisata Pulo Tareba baru dibuka pada tahun 2019. Awalnya mereka melihat lokasi tersebut menjadi potensi sebagai lokasi wisata baru.
Sebab, selama ini orang tahu pergi Tolire itu dari depan, sedangkan Tareba berada di belakang namun keunggulannya bisa menjangkau pemandangan semua dari atas.
ADVERTISEMENT
Saat ini, destinasi Pulo Tareba dikelola oleh pemuda bersama pemerintah Kelurahan Takome.
Nuryahid Musa, Direktur Perkumpulan Pakativa, kepada cermat, minggu (14/8) mengatakan, pelaksanaan kegiatan Pelatihan serta Pemetaan dan Perencanaan Wilayah Kelola Rakyat dan Perlindungan Hutan Kampung bertujuan untuk meningkatkan sumber daya pemetaan partisipatif berbasis komunitas dan membangun komitmen penuh untuk menunjang inisiatif kampung dalam konteks mitigasi adaptasi krisis iklim berupa upaya-upaya resiliensi, perlindungan, dan pemulihan, serta pemanfaatan secara berkelanjutan.