Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
![Iguana yang dibawa oleh pecinta reptil di Taman Nukila Ternate. Foto: Rizal Syam/cermat](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1564903546/ln9xqmp86c06c5kwoggf.jpg)
ADVERTISEMENT
Ketika mendengar kata hewan reptil, sebagian orang akan bergidik ngeri. Namun bagi Dedi dan kawan-kawan, memelihara reptil justru menjadi hobi tersendiri.
ADVERTISEMENT
Dedi tergabung dalam komunitas bernama Maluku Reptil Community. Sebuah perkumpulan pecinta hewan reptil di Ternate yang sudah terbentuk sejak dua tahun silam.
Pagi itu di Taman Nukila, Minggu (4/8), suasana tiba-tiba riuh. Beberapa warga yang tengah asik senam seketika berhenti dan menjauh. Pasalnya, Dedi dan beberapa kawannya berada di sekitar situ. Di punggung Dedi, ada seekor Iguana jinak, serta seorang kawannya melingkari seekor ular di pinggangnya.
Ada yang menjauh ada pula yang mendekat karena penasaran. Salah satu adalah Rizky, bocah berusia 11 tahun yang tampak memerhatikan hewan melata tersebut.
"Takuutt," teriak Rizky namun dengan wajah yang penuh rasa ingin tahu. Tak berselang lama, seorang anggota pecinta reptil menyodorkan bagian lain ular, Rizky tak kuasa menahan rasa penasarannya. Ia menyentuh ular tersebut; seketika wajahnya memancarkan aura kegembiraan.
ADVERTISEMENT
"Kami membuat komunitas ini untuk mengenalkan reptil kepada masyarakat," ucap Dedi, di pundaknya masih menggelayut seekor Iguana.
Kebanyakan masyarakat di Maluku Utara, kata Dedi, ketika menemui reptil akan dibunuh. Komunitas ini dibentuk untuk terus melestarikan hewan tersebut.
Selain itu, Dedi juga mengakui, hewan-hewan reptil di Maluku Utara kebanyakan adalah endemik. Kata dia, di luar sana, ada banyak kontes hewan reptil, yang mana juaranya seringkali hewan reptil yang endemik Maluku Utara, hanya saja pemiliknya justru bukan berasal dari daerah ini.
Salah satu reptil endemik Maluku Utara, kata Dedi, adalah Soa Layar atau Weber's sailfin lizard (Hydrosaurus weberi), hewan yang mirip Iguana namun memiliki "layar" di punggung dan ekornya. Merujuk Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999, hewan endemik ini masuk kategori dilindungi.
ADVERTISEMENT
Komunitas ini, masih menurut Dedi, juga dibentuk karena alasan penyelundupan yang kerap terjadi.
"Soalnya beberapa kali ada penyelundupan reptil ke luar Maluku Utara, komunitas ini juga concern pada hal itu," katanya. Saat ini Maluku Reptil Community kerap berjalin hubungan dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan pihak karantina hewan.
Mempunyai hobi memelihara reptil bukan tanpa tantangan. Ia mengaku, saat awal menekuni hobinya itu kerap diprotes oleh keluarga, terlebih orang tuanya.
"Pertama saya bawa ular ke rumah. Itu diprotes sama keluarga, tapi lama kelamaan mereka sudah mulai memahami," kata Peia, berusia 25 tahun ini.
Maluku Reptil Community sendiri memiliki agenda rutin setiap minggu. Pada Sabtu sore, bertempat di Landmark Kota Ternate, para pecinta reptil di Ternate akan berkumpul sembari bertukar ilmu serta pengalaman ihwal memelihara hewan tersebut.
ADVERTISEMENT
---
Reporter: Rizal Syam