Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Mengunjungi Rumah Pelestarian Penyu di Pantai Tobololo, Ternate
13 Juli 2019 13:25 WIB
ADVERTISEMENT
Penyu adalah salah satu jenis satwa di dunia yang keberadaannya perlu dilestarikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya tempat khusus untuk mengembangbiakkan penyu.
ADVERTISEMENT
Kalau di Ternate, salah satunya bisa dilihat di pesisir Pantai Tobololo, Ternate Barat, Kota Ternate, Maluku Utara. Kawasan ini sudah menjadi area konservasi tempat penyu laut bertelur. Setidaknya, ada dua jenis penyu yang dibudidayakan di sana: penyu lekang dan penyu ikan.
Sebenarnya ada kawasan lain di Ternate yang dijadikan lokasi penyu laut bertelur, yakni di Kelurahan Takome dan Kastela. Akan tetapi, belum bersifat daerah konservasi, sehingga telur-telur penyu bisa diambil oleh orang untuk dimakan.
Sekretaris Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak) Ori Ma Fala di Tobololo, Hariyanto S. Soleman, mengatakan dulunya sebagian warga kerap mengambil telur penyu untuk dijual ke pasar.
"Untuk dikonsumsi," kata Hariyanto kepada cermat di Ternate, Jumat (12/7).
Setelah dua dosen dari Fakultas Perikanan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, yakni Aditiawan dan Bahar Kaidati, melakukan penelitian, masyarakat pun diberikan pemahaman terkait penyu tersebut. "Penyu adalah hewan dilindungi karena terancam punah," katanya.
ADVERTISEMENT
Sekitar 2014-2015, mereka akhirnya berinisiatif membangun tempat konservasi. Tujuannya, untuk melindungi telur penyu dari tangan-tangan jahil. Nama konservasinya Kompak Ori Ma Fala di Tobololo.
“Dalam bahasa Ternate, ori adalah penyu. Sedangkan fala itu rumah. Jadi (ori fala) rumah penyu. Di dalam kelompok, kami berjumlah sembilan orang. Nama pembinanya Slamet Hasan, dia Babinsa dari Koramil 1501/Ternate," jelasnya.
Pantauan cermat di area konservasi seluas 20x30 meter itu, terdapat empat bak penampungan. Masing-masing berukuran 4x6 meter, sedangkan tempat penyimpanan telur berukuran 4x1 meter. Kemudian, ada beberapa fasilitas pendukung, seperti bak penampungan air, rumah jaga, serta tempat penyuluhan.
Hariyanto bilang, penyu hanya bertelur setahun sekali. Waktu bertelurnya berlangsung pada April hingga pertengahan atau akhir Juli.
ADVERTISEMENT
"Saat bertelur perdana, jumlahnya 500 butir. Kalau kedua, ketiga, dan seterusnya itu sudah mulai berkurang. Bahkan hanya 100 butir," jelasnya.
Menurut dia, penyu selalu mencari pesisir pantai yang bersih dari kotoran sampah dan jauh dari keramaian. "Kalau ramai-ramai atau laut kotor dia tidak naik (bertelur). Sedangkan waktu bertelurnya sekira pukul 00.00 WIT hingga 01.00 WIT," jelasnya.
Di Pantai Tobololo ini, kata Hariyanto, terdapat dua ekor penyu yang kerap naik bertelur. Sedangkan tanda kehadirannya dapat dilihat dari jejak kaki di pasir pantai. Namun ada satu keunikan dari hewan ini. Saat bertelur, penyu-penyu tersebut membuat lebih dari satu sarang telur.
"Jadi seolah-olah lebih dari satu sarang tempat dia menyimpan telur. Tapi itu hanya strateginya untuk mengelabui orang, agar tidak mengambil telurnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara, proses pemindahan telur sendiri dilakukan secara manual. Mulai dari penggalian hingga dibawa ke lokasi penyimpanan telur, yang sudah digali sebelumnya. Sedangkan masa penetasan, jika di alam bebas membutuhkan waktu sekira 20-30 hari.
"Kalau di tempat konservasi butuh waktu sekitar 40 hari atau 2 bulan. Dan rata-rata hampir semua telur menetas. Setelah itu kita pindahkan ke kolam penampungan selama 3 hari atau paling lama satu minggu, baru dilepaskan ke laut," katanya.
Saat ini, mereka membutuhkan satu bak induk berukuran besar. Lantaran hewan yang satu ini adalah perenang handal, sehingga dibutuhkan kolam penampungan yang luas.
"Kalau kolamnya kecil dia saling menerkam. Jadi muncul sifat kanibal. Sedangkan penyu kan bergerak luas," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, terdapat kurang lebih 1.000 ekor tukik. Sebelumnya, di Juni 2019, Kompak Ori Ma Fala baru saja melepaskan 1.750 ekor tukik.
"Kalau yang sekarang ini baru saja menetas. Mungkin sepekan lagi baru dilepas," jelasnya.
Saat ini, Kompak Ori Ma Fala dibawa pembinaan Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Sorong (LPSPS), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan Provinsi Maluku Utara, dan Kodim 1501/Ternate.
“Kami Kompak Ori Ma Fala mendapat bantuan dari LPSPS berupa lembaran seng, satu unit longboat dilengkapi mesin 15 PK, pelampung, 2 radio dan 2 unit kamera. Longboat ini dipakai mengambil telur di pesisir pantai Takome dan Kastela untuk dibawa ke lokasi konservasi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
---
Olis