Merayakan Mimpi Bersama TreesHome

Konten Media Partner
17 Januari 2020 20:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TreesHome, band asal Maluku Utara yang sudah tampil di panggung nasional. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
TreesHome, band asal Maluku Utara yang sudah tampil di panggung nasional. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Ternate masih suka cover lagu orang?”
Pertanyaan itu membuat telinga Eros panas. Ia tak menyangka stereotip yang kerap ia dengar itu ternyata masih melekat. Tapi ia menahan diri. Bukan si pelontar pertanyaan itu yang salah. Tapi bagaimana mindset pemusik di daerahnya yang wajib diubah.
ADVERTISEMENT
“Ternyata dorang (mereka) perhatikan, dan stigma semacam itu ada,” keluhnya.
Pertanyaan itu terlontar ketika TreesHome, band asal Maluku Utara yang digawangi Eros (Vocal & Gitar), Fano (Bassist), Jojo (Cajon), Koko (Gitar), Teguh Tidore (musikalisasi puisi), dan Bams Conoras (rapper), sedang berada di Bali, tepatnya pada September 2019 lalu.
Sebenarnya, Eros semestinya bangga dengan pertanyaan itu, sebab pada akhirnya dialah yang bisa membuktikan bahwa band asal negeri para raja ini tak melulu mendendangkan lagu orang. Namun, ia memang tak sedang memikirkan diri sendiri, tapi wajah musik Maluku Utara.
Saat itu, TressHome menjadi satu di antara penampil dalam salah satu gelaran musik terbesar di Indonesia: Soundrenaline. Mereka berhasil melewati proses seleksi lebih dari 1000 band, dan terpilih.
ADVERTISEMENT
“Seperti mimpi. Bahkan dulu saya takut untuk bermimpi main di Soundrenaline,” katanya.
TreesHome, band asal Maluku Utara
Akhir tahun lalu, cermat bersua dengan dua personil TreesHome di sebuah kafe di bilangan Santiong, Ternate Tengah. Tak susah mengenali personil band ini.
Seorang teman yang menjadi perantara pertemuan ini hanya mengatakan satu clue: “Kalau sudah sampai di kafe, lihat saja kalau ada orang rambutnya dikuncir terus wajahnya dipenuhi brewok, berarti itu mereka,” katanya.
Ternyata itu adalah Fano (bassist). Tampilannya memang nyentrik. Di depan Fano duduk sosok yang menjadi otak dari semuanya, Eros. Malam itu keduanya berbagi cerita tentang awal mula TreesHome terbentuk hingga bermusik di panggung-panggung nasional.
Semua berawal dari tahun 2014. Eros yang baru saja kembali dari Makassar merasa tak puas dengan nuansa musik di Tidore Kepulauan yang menurutnya begitu-begitu saja. Baginya, ruang bermusik di kota ini sangat minim.
ADVERTISEMENT
Maka berbekal sound system bekas karaoke di rumah, ia membuat sebuah panggung kecil. Sebuah sudut di Pasar Sarimalaha, Tidore, dijadikan tempat untuk memuaskan hasrat bermusiknya. Dari lokasi inilah kemudian nama komunitas musik bentukan Eros diambil: Music Corner.
“Yang nonton tra (tidak) sampai 50 orang. Torang (kami) yang angkat alat, torang yang susun, torang yang nge-MC, torang yang main, torang juga yang tepuk tangan. Puji diri sendiri. Abis itu bongkar,” kenang Eros.
Bagi dia, tak peduli seberapa besar panggung itu, sebab yang terpenting adalah adanya ruang bagi kreativitas, khususnya di bidang musik, bagi anak muda Tidore.
Tambahan energi diperoleh Eros ketika Fano pulang dari Makassar. Dari situ mereka berpikir, Music Corner bisa lebih besar lagi. Maka pada 2018, Eros memutuskan untuk ke Ternate.
ADVERTISEMENT
Biar bagaimanapun juga, di Maluku Utara, spotlight segala hal masih berada di kota di kaki gunung Gamalama itu. Apapun yang tumbuh di Ternate –entah itu fesyen, musik, atau bisnis—akan menjalar ke kabupaten/kota lain di Maluku Utara.
Terlebih, kata Eros, Tidore bukanlah kota yang nyaman untuk menampilkan pentas musik. “Salah satu alasan pindah ke Ternate juga untuk kritik bahwa di Tidore tidak ada ruang. Karena setiap pembangunan kebanyakan begitu-begitu saja. Taman kota lebih banyak tamannya. Panggung sebelah mana, penonton sebelah mana, kita tidak tahu,” kesalnya.
Dan benar saja, di Ternate nama Music Corner mulai dikenal orang. Pelbagai gigs berhasil dibuat. Salah satu yang membekas adalah tatkala gelaran Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) diselenggarakan di Ternate.
Bams Conoras, rapper asal Tidore, Maluku Utara.
Kala itu Music Corner diberikan hak untuk mengelola sebuah tempat di dalam Benteng Oranje. Hasilnya, ratusan orang setiap malam datang untuk menikmati suguhan musik dari komunitas ini.
ADVERTISEMENT
Semenjak pindah ke Ternate, Eros membentuk TreesHome. Nama itu dipilih memang bukan tanpa alasan. Bahwa alam adalah rumah. Dan manusia semestinya tak menjadi mahkluk menyebalkan yang hanya bisa merusaknya.
Seiring berjalannya waktu, personil band tersebut bertambah. Suatu saat Teguh Tidore, seorang penyair muda ambil bagian dalam Music Corner season 14.
Teguh dengan percaya dirinya mengajukan diri untuk membaca puisi sembari diiringi musik TreesHome. Melihat tingkah Teguh, Bams Conoras, rapper asal Tidore pun tak mau kalah. Bams naik ke panggung kemudian menampilkan teater.
“Ternyata jadinya keren. Unik,” kata Eros. “Mulai saat itu kami minta ke mereka berdua untuk turut serta kalau TreesHome manggung.”
TreesHome ketika tampil di Soundrenaline 2019.
Kehadiran Bams dan Teguh memang menambah warna pada band bergenre musik Folks ini. Jika sebelumnya mereka begitu identik dengan band asal Jakarta, fourtwnty, maka masuknya dua orang ini setidaknya menjadi pembeda. Terlebih puisi Teguh atau diksi milik Bams begitu lekat dengan unsur budaya Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
“Sekarang saya anggap bahwa TreesHome itu adalah pengiringnya Teguh dan Bams. Karena rohnya lebih dapat,” ucap Eros.
Manggung di Soundrenaline 2019
“Hah? Serius ini?”
Fano tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya. Itu adalah pesan dari manajemen Soundrenaline. Isi pesannya, memberitahukan bahwa TreesHome terpilih untuk tampil di Bali.
Saat itu mereka sedang sibuk menggelar Music Camp, sebuah event musik bernuansa alam yang dibuat di Kebun Cengkeh, Ternate.
Eros, vokalis TreesHome.
Mereka tak menyangka bakalan terpilih. Bagaimana tidak, menurut Eros, ada ribuan band yang diseleksi untuk bisa lolos dan tampil di Soundrenaline. Terlebih, kata dia, TreesHome sejatinya dibentuk hanya untuk menjaga eksistensi komunitas, yaitu Music Corner.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa band di Music Corner, dan band yang kita tidak anggap itu sebenarnya TreesHome, kita lebih ngebut band-band lain. Cuma itu, mereka lihatnya lebih detail,” jelas Eros.
‘Lebih detail’ yang dimaksud Eros adalah gerakan yang sudah ia bangun sejak 2014 silam. Dari manajemen Soundrenaline mereka tahu, terpilihnya TreesHome bukanlah sebatas musiknya, tapi juga ikhtiar yang dilakukan melalui komunitas Music Corner untuk menambah nafas permusikan Maluku Utara.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada musisi-musisi Maluku Utara untuk mempublikasi setiap kegiatan bermusik. Sekalipun hanya di panggung-panggung kecil.
Fano dan Eros tak bisa menemukan kata yang pas untuk menggambarkan respons penonton tatkala mereka tampil di Soundrenaline. “Pokoknya gila. Air mata nyaris jatuh,” kenang Fano.
ADVERTISEMENT
“Kenapa torang di Maluku Utara respeknya beda sama dengan orang di luar? Padahal torang bernyanyi etnik yang mereka tidak tahu. Kayak gini yang harus kita bagi ke teman-teman di sini,” Eros menimpali. Di Soundrenaline TreesHome membawa empat lagu.
Hal menyenangkan di tahun 2019 belum usai. Langkah TreesHome bukan hanya berhenti di Soundrenaline. Usai manggung di Bali, mereka kemudian berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara. Di sana TreesHome tampil dalam gelaran musik Soundsation.
Tak berhenti di Manado, mereka kembali terbang menuju Makassar, Sulawesi Selatan. Kali ini panggung Rock in Celebes 2019 telah menunggu mereka. Bersama Padi, Kunto Aji, Kelompok Penerbang Roket, NTRL, Efek Rumah Kaca, Seringai, dan musisi-musisi nasional lainnya, TreesHome tampil memeriahkan gelaran musik yang sudah berusia 10 tahun itu.
Teguh Tidore, penyair asal Tidore, Maluku Utara.
Lalu, pada Oktober 2019 TreesHome kembali lagi ke Manado, untuk kedua kalinya mereka manggung di Soundsation. Pada perjalanan kedua ini, TreesHome berbagi panggung dengan Fourtwnty.
ADVERTISEMENT
Sampai di sini, kiranya jargon “Dari Timur Bersuara, Bersua untuk Berkarya” yang identik dengan Music Corner telah menemukan jalannya. Bahwa suara-suara dari Timur Indonesia tak bisa tidak, harus didengarkan.
“Intinya torang harus percaya diri dengan karya sendiri. Boleh saja cover lagu orang lain, tapi maksimal lima lagu saja lah. Jangan terlalu banyak. Masak kalau cover lagu orang kita niat sekali, tapi tidak bisa bikin lagu sendiri,” ujar Eros.
Untuk itulah kini Music Corner rajin membuat workshop bagi musisi-musisi lokal. Saling berbagi ilmu dari mulai produksi hingga promosi.
Rencananya di tahun 2020 ini TreesHome bakal merilis album. Selama ini baru satu lagu yang telah resmi dirilis, yakni Bumi Bersuara. Lagu ini dapat dinikmati di channel Youtube TreesHome. Selain itu, tahun ini Music Corner Session 17 juga bakal digelar.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya mimpi apa lagi yang ingin dicapai pada tahun ini, Eros dan Fano kompak mengatakan, “Insyaallah bisa manggung di Synchronize festival.”