Konten Media Partner

Metode Pirolis, Solusi Permasalahan Sampah di Ternate

22 Februari 2019 20:08 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ami ketika menjelaskan tentang alat pengolahan sampah menjadi bahan bakar dengan metode pirolis, dalam gelaran Pesta Komunitas di Benteng Oranje pada tahun 2018. Metode pirolis bisa dilakukan di rumah dengan bahan bekas seadanya. Foto: Komunitas Peluk Bumi
zoom-in-whitePerbesar
Ami ketika menjelaskan tentang alat pengolahan sampah menjadi bahan bakar dengan metode pirolis, dalam gelaran Pesta Komunitas di Benteng Oranje pada tahun 2018. Metode pirolis bisa dilakukan di rumah dengan bahan bekas seadanya. Foto: Komunitas Peluk Bumi
ADVERTISEMENT
Persoalan sampah di Kota Ternate, khususnya sampah plastik cukup meresahkan masyarakat. Pihak pemerintah pun diharapkan cepat mencari solusi. Melihat persoalan itu, beberapa pemuda menciptakan alat untuk pengelolaan sampah plastik menjadi energi berbahan bakar minyak dengan metode pirolises.
ADVERTISEMENT
“Ini bukan hal baru sebenarnya, di luar sana, sudah banyak yang menggunakanya. Namun di Ternate sendiri alat ini masih terhitung baru,” kata Ami, salah satu anggota Komunitas Peluk Bumi, ketika ditemui cermat beberapa waktu lalu.
Kampanye pengolahan sampah plastik menggunakan metode pirolisis ini pernah dilakukan pada gelaran Pesta Komunitas 2018 di Benteng Oranje. Pirolisis merupakan metode perubahan secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan.
Alat Bermetode Pirolisis Buatan Komunitas Peluk Bumi. Foto: Rizal Syam/cermat
Komunitas Peluk Bumi pun membuat peralatan dari bahan bekas berupa kaleng dan selang. Proses pemanasan memakai bahan bakar minyak yang telah dihasilkan dari metode tersebut. Limbah sampah plastik yang telah padat, dapat dijadikan souvenir. Jadi, tidak ada sisa limbah. Semuanya jadi berguna.
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate melaporkan produksi sampah di kaki gunung Gamalama ini mencapai angka 60-80 ton setiap harinya. Jika dari jumlah tersebut setengahnya adalah sampah plastik, maka kuantitas sampah yang sulit terurai ini berkisar pada angka 30-40 ton per hari.
ADVERTISEMENT
Menurut Ami, tata kelola persampahan di Kota Ternate ini belum menyelesaikan masalah. “Kita hanya memindahkan masalah ke TPA saja, belum menyentuh pada persoalan penyelesaian masalah sampah,”kata Ami.
“Oleh karena itu metode pirolisis ini dibutuhkan dan diharapkan mampu menangani permasalahan sampah di Kota Ternate,”ujarnya.
Laporan Cermat sebelumnya, penanganan sampah di Ternate terkendala jumlah angkutan yang terbatas. Saat ini hanya ada 17 unit truk sampah yang beroperasi di wilayah Ternate. Bahkan, beberapa lokasi belum mendapat pelayanan dari truk sampah.
“Kami mengharapkan nantinya alat ini bisa digunakan di setiap Kelurahan, agar sampah-sampah dari rumah tangga itu tidak harus berakhir di TPA. Pemerintah Kota pun bisa menghemat pengeluaran kas guna membeli unit angkutan sampah. Penghematan berlaku bagi masyarakat, dengan menggunakan alat ini otomatis pembelian minyak tanah akan berkurang,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, alat sederhana ini bisa dibuat oleh siapa saja. Tak perlu biaya besar untuk membuat alat pengolahan sampah ini. “saya rasa ini murah. Kalau mau bisa dibuat di rumah,”tambahnya.
Alat ini bisa dibuat hanya dengan bermodalkan dua tabung bekas air panas dispenser, dan juga satu kaleng biscuit dan beberapa selang.
Alat bermetode pirolisis ini cukup banyak menghasilkan bahan bakar. Dengan membakar 450 gram plastik, sudah bisa menghasilkan sekitar 200 ml minyak.
Ami pernah menghitung bagaimana efektifnya jika metode ini diterapkan di sebuah lingkungan. “Jika di sebuah lingkungan ada 900 orang, dan setiap satu orangnya menghasilkan 1kg sampah perharinya, berarti sudah 900kg, dan jika setengahnya adalah sampah plastik (450kg) maka dari jumlah tersebut bisa menghasilkan bahan bakar sekitar 120 liter/hari,” Jelasnya.
ADVERTISEMENT
Rencananya, alat pirolisis ini akan dipresentasikan dalam agenda peringatan Hari Peduli Sampah Nasional di TPA pada tanggal 28 Februari nanti. “Ya, Kami diminta mempromosikan alat ini dihadapan Walikota Ternate.” Katanya.
Ia berharap, kedepannya metode tersebut bisa berguna bagi lingkungan dan menunjang kualitas hidup masyarakat Kota Ternate.
---
Rizal Syam