Minyak Kelapa Warga Gane Dipasarkan Hingga Papua

Konten Media Partner
30 Juli 2019 20:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minyak kelapa dan gula aren buatan warga Desa Samo, Gane Barat, Halmahera Selatan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Minyak kelapa dan gula aren buatan warga Desa Samo, Gane Barat, Halmahera Selatan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Warga Desa Samo, Gane Barat Utara, Halmahera Selatan, Maluku Utara, sedikit legah setelah sekian lama hampir belum bisa berbuat apa-apa kala harga kopra anjlok.
ADVERTISEMENT
Saat ini, mereka sudah memproduksi minyak kelapa sendiri. Dibimbing serta difasilitasi Pakativa, salah satu lembaga swadaya atau Non Governmnet Organization (NGO) di Maluku Utara, minyak kelapa buatan warga itu berhasil dijual hingga ke Papua.
"Waktu anggota Pakativa datang, dorang (mereka) ajak tanam padi ladang. Dorang bantu cari bibit. Terus diajak juga buat minyak kelapa. Semua mulai dari nol," cerita Julaiha, perempuan paruh baya asal Desa Samo, saat ditemui awak media usai Seminar yang digelar Pakativa di Grand Dafam, Selasa (30/7).
Julaiha, perempuan paruh baya asal Samo yang juga ikut dalam Seminar yang digelar NGO Pakativa dan Yayasan Econusa. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Julaiha mengaku, dari usaha itu, kebutuhan mereka sehari-hari sedikit terbantu. "Setelah dibagi dengan anggota, ada yang beli sabun, ada yang beras satu dua liter. Untuk kebutuhan sehari-harilah. Alhamdulillah anggota Pakativa itu jual sampai di Papua," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Seminar Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Bingkai Pengembangan Ekonomi Desa Berbasis Kearifan Lokal yang dibuat Pakativa bekerja sama dengan Yayasan Econusa itu menghadirkan dua pembicara, yaitu dosen Ekonomi Universitas Khairun, Nurdin I Muhammad, dan Analis Disperindag Provinsi Maluku Utara, Kusman Malik.
Seminar yang dimoderatori Mahmud Ichi, salah satu pendiri Pakativa itu, diihadiri oleh beberapa warga Samo, sejumlah NGO di Maluku Utara, dan pekerja media, baik media cetak maupun daring.
"Sebetulnya kita bisa menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak utama. Sektor pertanian itu sektor basis," ujar Nurdin I Muhammad, kepada awak media usai Seminar.
Foto bersama warga Samo, pihak Pakativa dan narasumber Seminar. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Nurdin menyebut data 2018 hampir 40 persen kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) berasal dari pertanian.
ADVERTISEMENT
"Maka tidak ada pilihan lain, kebijakan pembangunan ekonomi termasuk regulasi dan kebijakan fiskal di sisi anggaran difokuskan kepada pengembangan sektor pertanian. Terutama produksi lokal, seperti produk kelapa olahan ini," ucapnya.
Sementara Kusman Malik sendiri lebih menyoroti pada aspek kualitas minyak kelapa serta peningkatan sumberdaya manusia. Ia menyarankan warga Samo agar segera mengurusi perihal standarisasi produk yang dibuat.
"Selanjutnya fasilitator Pakativa memfasilitasi kelompok warga untuk peningkatan sumberdaya manusia, hal teknis, pendampingan, sampai bagaimana strategi penjualan," ujar Analis Standarisasi dan Konsultan IKM Disperindag Provinsi Maluku Utara itu.
Kusman bilang, saat ini pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara sudah dapat mengurusi produk halal, bahkan Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) Maluku Utara pun sudah punya kapasitas untuk menguji produk yang dibuat warga.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, diakuinya, sekarang proses standarisasi produk masih terkendala sumberdaya manusia. "Padahal infrastruktur untuk menguji standarisasi itu sudah ada," tuturnya.
Sementara itu, Manajer Program Pakativa, Faisal Ratuela, mengatakan, saat ini pihaknya masih fokus pada aspek teknis, seperti pelatihan dan pendampingan.
"Pelatihan itu seperti pada tiga produk yang dibuat warga, yaitu minyak kelapa kampung, gula aren, dan padi ladang. Semua itu adalah tradisi lokal warga yang sudah ada di sana," kata Faisal.
"Kami melihat tradisi itu sudah mulai tergerus oleh modernisasi. Tapi tradisi itu masih ada di kampung. Sehingga itu yang kami kembangkan," sambungnya.
Warga Samo saat ini memang tidak hanya memproduksi minyak kelapa, mereka juga membuat gula aren dan menanam padi ladang.
ADVERTISEMENT
Faisal mengatakan, untuk menjalankan usaha tersebut, dibuatkan sejumlah kelompok. Sekira ada 6 kelompok untuk usaha minyak kelapa yang semuanya perempuan, 8 kelompok padi ladang, dan 1 kelompok untuk gula aren.
"Ini kami baru memulai. Sekiranya Januari 2019. Tapi bukan berarti hanya di Desa Samo. Meski begitu, kami terbiasa mengajarkan itu sampai tuntas. Kami keluar kalau warga sudah bisa mengelola potensi secara mandiri," pungkasnya.
---
Rajif Duchlun