Konten Media Partner

Musim Panen, Harga Cengkeh di Ternate Anjlok, Pala Masih Aman

16 November 2020 18:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cengkeh yang dikeringkan. Foto: Gustam Jambu/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Cengkeh yang dikeringkan. Foto: Gustam Jambu/cermat
ADVERTISEMENT
Petani pala di Ternate akhirnya sedikit bernapas lega setelah tahu bahwa kisaran harga masih tetap aman seperti tahun sebelumnya. Ini berbeda dengan petani cengkeh, mereka sepertinya harus lebih bersabar melihat anjloknya harga cengkeh tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sabtu (14/11) lalu, di toko Moderen Raya, harga beli cengkeh mencapai Rp53.000 per kilogram, sementara Toko Andika, harganya mencapai Rp51.000 hingga Rp53.000.
Harga tersebut sangat menurun jika dibandingkan dengan 2019 lalu yang mencapai kisaran Rp90.000 per kilogram.
“Harga cengkeh yang menurun ini dikarenakan permintaan pabrik yang terbatas. Saat ini hanya pengusaha-pengusaha besar saja yang bisa membeli, kalaupun beli permintaannya dibatasi dan kalaupun dibeli harganya pasti murah karna pabrik belum buka,” tutur Andika, pemilik Toko Andika, saat ditemui di kawasan terminal Gamalama.
Selain itu, salah satu petani cengkeh, Riswan, mengeluhkan harga cengkeh yang saat ini menurun jauh. Ia mengungkapkan, turunnya harga komoditi cengkeh menyebabkan biaya pengeluaran untuk sewa buruh dan penjual tidak seimbang.
ADVERTISEMENT
“Biaya sewa buruh yang saya keluarkan Rp100.000 per orang ditambah kesiapan lain seperti roko dan makanan. Jadi dengan pengeluaran ini membuat tidak sebanding dengan harga cengkeh saat ini,” ucap Riswan.
Sementara itu, harga pala sendiri masih tetap stabil atau sama dengan kisaran harga tahun sebelumnya.
Seperti yang terdapat di Toko Angsa Nugraha. Jainudin, salah satu karyawan di toko tersebut mengatakan, harga pala saat ini semuanya sama di kabupaten/kota di Maluku Utara.
Ia bilang, biji buah pala utuh harganya mencapai Rp80.000 per kilogram, untuk fuli (kulit) Rp240.000 per kilogram, sementara untuk yang sudah kering Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram.
“Yang menjadi kendala torang (kami) itu keterbatasan stok komoditi pala sehingga proses ekspor agak lambat. Ternyata saat ini yang saya tahu ada pembeli (pelaku usaha) dari luar yang langsung turun ke lapangan sehingga mereka langsung membelinya,” ujar Jainudin.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya hal ini harus ada ketegasan dari pihak pemerintah untuk membuat kebijakan yang bisa mengontrol sistem pemasaran yang baik sehingga stok komoditi pala ini terus ada karena komoditi pala ini sangat diperlukan di pasaran,” pungkasnya.