Konten Media Partner

Nurhalis: Wisata Pantai di Ternate Butuh Strategi Pengembangan

4 Maret 2019 19:48 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurhalis saat berada di Pantai Sanur Bali waktu pelatihan Marine Spatial Planning. Foto: Doc Nurhalis
zoom-in-whitePerbesar
Nurhalis saat berada di Pantai Sanur Bali waktu pelatihan Marine Spatial Planning. Foto: Doc Nurhalis
ADVERTISEMENT
Keseriusan mengelola lokasi wisata bahari atau pantai di Ternate, Maluku Utara, agar tidak memakan korban, seperti yang baru terjadi beberapa pekan lalu di Objek Wisata Pantai Sulamadaha, Ternate Pulau, sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan akademisi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate, Dr Nurhalis Wahidin, saat dihubungi cermat, pada Senin (4/3).
Menurutnya, kegiatan wisata berkaitan dengan pemanfaatan ruang tertentu, misalnya wilayah pesisir, sehingga tidak bisa dipisahkan dari dokumen-dokumen perencanaan.
Dokumen itu seperti Rencana Tata Ruang (RTRW), Rencana Zonasi (RZWP3K) dan Rencana Induk Pengembangan Wisata (RIPW).
Hanya saja, sampai saat ini, ia mengaku belum dapat mengakses dokumen RIPW, padahal dokumen tersebut sangat penting untuk hal-hal yang berkaitan strategi pengembangan.
"Sampai saat ini saya belum dapat mengakses RIPW Kota Ternate. Kalu RTRW Kota Ternate atau RZWP3K mungkin sudah jelas kalau Sulamadaha peruntukkannya untuk kegiatan Wisata Bahari. Seyogyanya dalam RIPW akan termuat hal-hal yang lebih teknik, misalnya strategi pengembangan sarana prasarana, aksesibilitas sampai pada pemberdayaan masyarakat," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dalam perencanaan suatu kawasan, Nurhalis bilang, sebaiknya ditindaklanjuti dengan dokumen yang lebih teknis seperti rencana pengelolaan atau rencana aksi yang akan mengimplementasikan rencana strategis dari RIPW.
"Sehingga akan terlihat kajian-kajian yang lebih detail seperti kesesuaian, daya dukung daya tampung bahkan keamanan pelaksanaan kegiatan wisata," jelasnya.
Bahkan, menurutnya, beberapa daerah yang sudah maju dalam kegiatan wisata bahari, mereka punya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk penanganan keadaan darurat di kawasan wisata khususnya wisaya bahari berupa infrastruktur pendukung dan personil yang terampil dalam penanganan keadaan darurat.
Kawasan wisata bahari seperti yang terdapat di Pantai Sulamadaha, dijelaskan, seharusnya dibuat atau dianalisis secara ilmiah, karena karakter pulau-pulau di wilayah Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh musim Timur dan Barat yang dominan bertiup angin Utara dan Selatan.
ADVERTISEMENT
"Sehingga tidak seluruh wilayah wisata pantai/bahari mengalami dinamika yang kecil sepanjang tahun, tapi selama enam bulan tenang dan enam bulan bergelombang tergantung di bagian mana wilayah wisata berada," katanya.
Nurhalis menambahkan, apalagi saat ini, akibat pemanasan global cuaca semakin sulit diprediksi, terjadi pergeseran waktu musim. "Jadi sebenarnya perlu analisis sepanjang tahun untuk menetapkan bagian bagian wilayah kawasan wisata pantai yang aman untuk dilaksanakan kegiatan," tutupnya.
---
Rajif Duchlun