Konten Media Partner

Pelesir ke Pulau Imam: 'Pulau Kuburan' di Halmahera Tengah

7 Juli 2019 20:01 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau ini tidak hanya untuk kuburan Islam saja, melainkan juga terdapat kuburan untuk agama Nasrani. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Pulau ini tidak hanya untuk kuburan Islam saja, melainkan juga terdapat kuburan untuk agama Nasrani. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Halmahera Tengah memiliki salah satu pulau yang berbeda dengan kebanyakan pulau di Indonesia, yaitu Pulau Imam. Meski berada tepat di depan kota Weda, tak ada pemukiman di tempat ini. Warga di sini menjadikannya sebagai area pemakaman.
Pulau Imam, berada tak jauh dari pesisir kota Weda. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Imam, berada tak jauh dari pesisir kota Weda. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Minggu (7/7) siang itu, langit kota Weda terlihat mendung. Tanda-tanda akan hujan tampak dari gumpalan awan hitam. Kendati begitu, cermat bersama rombongan Garasi Genta, salah satu lembaga yang bergerak dalam beberapa profesi, di antaranya kebudayaan dan pariwisata, tetap pelesir ke Pulau Imam.
Para peziarah ke Pulau Imam. Foto: Edo Huka/ Garasi Genta
Posisinya memang tidak jauh dari pesisir kota Weda. Menggunakan motor tempel dari bibir pantai Desa Vidi Jaya, sekiranya 200 meter atau tiga menit saja untuk sampai ke pulau tersebut. Terlihat, perahu-perahu nelayan lalu-lalang. Laut di selat Weda hari itu juga cukup tenang.
Pulau Imam di Halmahera Tengah, nampak dari atas. Foto: Sofyan Daud/ Garasi Genta
Pulau Imam memiliki sebuah jembatan, tempat berlabuh para peziarah. Pulau ini memang hanya difungsikan untuk lahan pekuburan. Menariknya, area ini tidak hanya untuk kuburan Islam saja, melainkan juga terdapat kuburan Nasrani. Dari ujung jembatan, terlihat di sisi kiri untuk kuburan Islam, sementara di sisi kanan untuk kuburan Nasrani.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Halmahera Tengah, Arman Alting, yang juga ikut bersama rombongan, menyebut mulanya pulau ini hanya dipakai untuk area pemakaman agama Islam saja.
Kuburan warga di Pulau Imam, Halmahera Tengah. Foto: Sofyan Daud/ Garasi Genta
“Menurut cerita itu, kuburan ini untuk orang Muslim saja. Sebagian orang Muslim di Weda yang meninggal memang dikubur di sini. Dalam perkembangan kemudian, sudah bercampur dengan yang lain. Seperti di sana (sambil menunjuk kuburan) dari keluarga non-muslim,” ujar Arman.
Alasan untuk menjadikan tempat ini sebagai lahan pekuburan pun beragam. Namun, umumnya diketahui, tanah di kota Weda bertekstur rawa, sehingga akan sulit membuka lahan pekuburan.
Nampak Pesisir Weda dari Pulau Imam, Halamera Tengah, Foto: Sofyan Daud/ Garasi Genta
Tidak salah apabila awalnya merupakan pemakaman agama Islam. Bisa dilihat dari penamaan pulau. Warga di sini sejak dahulu memberikan kepercayaan kepada seseorang yang dipilih sebagai Imam untuk menjaga pulau tersebut. Maksud menjaga di sini, menurut Arman, mewarisi harta yang ada di pulau ini. Imam di sini dapat diartikan sebagai pemimpin salat.
ADVERTISEMENT
“Menurut cerita, siapapun yang diangkat sebagai Imam, maka dia mewarisi harta yang ada di pulau ini. Sehingga pulau ini dinamakan Pulau Imam,” ucapnya.
Satu-satunya jembatan di Pulau Imam, menghadap ke pesisir kota Weda, Halmahera Tengah. Foto: Sofyan Daud/ Garasi Genta
Sebelum dijadikan area pemakaman, diakuinya, sejumlah tanaman yang ada memang dikelola oleh para Imam untuk kepentingan warga.
Selain itu, warga di sini juga mengenal pulau ini dengan nama Pulau Koleyevo. Kata ‘Koleyevo’ sendiri memiliki arti yang tidak jauh berbeda dengan nama Pulau Imam. Di sisinya, juga terdapat sebuah pulau, yaitu Pulau Yefi.
Pulau Imam, tempat pemakaman di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Foto: Sofyan Daud/ Garasi Genta
Arman bilang, selain untuk area pekuburanumum, juga ada sebuah jere atau keramat yang kerap diziarahi para orang tua. “Di sini juga ada jere. Ada di atas (puncak). Jere Koleyevo,” katanya.
Setelah sekitar setengah jam berada di pulau ini, rombongan akhirnya memutuskan kembali. Rinai hujan sudah tampak dari kejauhan. Meski begitu, sebuah motor tempel berisi para peziarah baru saja tiba di Pulau Imam. “Itu ada yang datang ziarah lagi,” ujar motoris yang akan mengantarkan kami kembali ke kota Weda.
ADVERTISEMENT
---
Rajif Duchlun