Pemerhati Khawatir Tambang di Malut Pengaruhi Sektor Perikanan

Konten Media Partner
19 Desember 2019 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pedagang sedang membelah ikan di pasar Bacan, Halmahera Selatan. Maluku Utara. Foto: Faris Bobero/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pedagang sedang membelah ikan di pasar Bacan, Halmahera Selatan. Maluku Utara. Foto: Faris Bobero/cermat
ADVERTISEMENT
Banyaknya industri pertambangan di Maluku Utara (Malut) dikhawatirkan memengaruhi sektor perikanan. Salah satunya yang dinilai dapat berdampak adalah aktivitas pembuangan limbah tambang ke wilayah pesisir.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Bidang Kemaritiman Ikatan Alumni Perikanan dan Kelautan (Ikaperik) Universitas Khairun (Unkhair), Ibrahim Asnawi, saat ditemui cermat, pada Kamis (19/12).
“Saat ini kita gelisah karena dari beberapa sumber media, ada maraknya aktivitas pertambangan, kalau tidak salah ada 313 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Malut. Satu sisi kita tidak menolak secara mentah-mentah eksploitasi pertambangan, tapi di sisi lain juga ada semacam keterancaman ruang siklus hidup di perairan atau sektor perikanan,” ujar Ibrahim.
Ia bilang, sebagian besar aktivitas pertambangan yang berorientasi atau bermuara ke pesisir akan memberikan dampak buruk pada ekosistem perairan, seperti terumbu karang, padang lamun, hingga mangrove.
“Jika perairan itu rusak atau semacam degradasi lingkungan tentu bisa memutuskan rantai atau siklus hidup di perairan. Ikan itu kalau mau beranak-pinak akan beruaya atau mencari wilayah-wilayah pesisir,” ucap Wakil Ketua Bidang Kemaritiman KNPI Malut ini.
ADVERTISEMENT
Pemerintah kabupaten dan kota di Malut, kata dia, semestinya tidak hanya fokus pada pembangunan yang berorientasi daratan. Menurut dia, sektor perikanan seharusnya mendapat kepedulian yang serius.
“Sebagai seorang pemerhati perikanan, saya melihat sektor perikanan di Malut itu primadona. Ketakutan kami ada wilayah-wilayah perairan yang masih subur, yang kaya potensi perikanan itu, juga kemudian rusak akibat dari efek pertambangan yang tidak bisa dikontrol,” tuturnya.
Ia berharap, para akademisi dapat melakukan riset dampak pertambangan di Malut dan menerbitkan hasil temuannya.
“Supaya kita bisa tahu seberapa besar ruang petani di darat yang semakin kecil, dan ruang laut di mana migrasi ikan terjadi. Sehingga kadang nelayan itu mengeluh, fishing base (pangkalan nelayan) ke fishing ground (daerah penangkapan) yang dulunya dekat, sekarang itu semakin jauh. Tentu ini berdampak pada penggunaan operasional nelayan, terutama bahan bakar minyak dan lainnya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT