Persiter dan Masa Depan Sepak Bola Ternate

Konten Media Partner
11 Juli 2019 23:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah spanduk bertulisakan "Kami Butuh Liga Bukan Piala Indonesia" di lapangan Gelira Kieraha. Sumber Foto: Fb Asghar Saleh.
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah spanduk bertulisakan "Kami Butuh Liga Bukan Piala Indonesia" di lapangan Gelira Kieraha. Sumber Foto: Fb Asghar Saleh.
ADVERTISEMENT
Sebuah spanduk terpasang di tribun timur Gelora Kie Raha, saat laga Persiter kontra PSM Makassar di Piala Indonesia akhir 2018 silam. Kalimat di spanduk itu tertulis: Kami butuh Liga, bukan Piala Indonesia.
ADVERTISEMENT
Asghar Saleh, pengamat sepak bola juga mantan sekertaris umum Persiter, dalam salah-satu tulisannya mengatakan, kalimat di spanduk tersebut adalah pengingat serta motivasi, “sudah saatnya Laskar Kie Raha –julukan Persiter—di liga yang representative,” tulis Asghar.
Kondisi Tribun Utama di Lapangan Gelora Kie Raha, Ternate, Maluku Utara. Foto: Rizal Syam/cermat
Sebagai salah-satu tim era perserikatan yang punya jejak sejarah menawan di kancah persepak bolaan tanah air, kehadiran Persiter menjadi kerinduan tersendiri bagi masyarakat kota Ternate.
Tahun 2005 menjadi tahun paling manis bagi Superman--sebutan bagi pendukung Persiter. Pada tahun itulah Laskar Kie Raha berhasil naik kelas ke Divisi Utama, setelah mampu meraih juara ketiga divisi 1.
Terlihat rumbuput menumpuk di Tribun bagian Selatan Lapangan Gelora Kie Raha. Foto: Rizal Syam/cermat
Tahun itu Kota Tenate diisi dengan karnaval-karnaval tiap tengah dan akhir pekan. Warga penuh euforia. Superman menjadi kebanggaan di dada, bak pahlawan di tengah Kota.
ADVERTISEMENT
Nama-nama seperti Rahmat Rivai, Fandi Muchtar, hingga John Takpor adalah kenangan indah yang terus tersimpan di kepala pendukung Persiter. Persiter kala itu, menjelma sebagai salah-satu kekuatan yang diperhitungkan.
Kondisi bangunan tribun utama Gelora Kie Raha yang mangkrak. Foto: Rizal Syam/cermat
“Di sini (Ternate) orang hanya fanatik pada dua hal, pertama agama, kedua adalah Persiter,” ucap Asghar saat ditemui cermat di bilangan kelurahan Kota Baru, Ternate Tengah, Maluku Utara, beberapa pekan lalu.
Kejayaan Persiter itu berakhir pada titimangsa 2007. Ketika Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan aturan tentang larangan penggunaan APBD sebagai pembiayaan klub, Persiter menjadi salah-satu klub yang terpaksa undur diri karena merasa tak mampu menemukan sponsor.
Asghar masih ingat betul, saat ia dipanggil oleh Syamsir Andili, Wali Kota Ternate saat itu, sekaligus Ketua Umum Persiter guna membicarakan kelanjutan klub kebanggaan warga Ternate itu.
Nampak kondisi trimun Gelira Kie Raha. Foto: Rizal Syam/cermat
“Memang waktu itu diimbau agar klub-klub mencari sponsor. Tapi di satu sisi, Ternate ini tidak punya perusahaan besar yang bisa kasih sponsor,” ucap pria yang juga merupakan mantan jurnalis.
ADVERTISEMENT
Asghar bilang, waktu itu ada niatan untuk menggaet perusahaan tambang yang beroperasi di Maluku Utara untuk dijadikan sponsor, akan tetapi, kendala demi kendala dihadapi. Terputusnya komunikasi dengan gubernur salah-satunya.
Namun begitu, persoalan yang paling genting menurut Asghar adalah menyangkut fasilitas pertandingan, dalam hal ini adalah Gelora Kie Raha. Ia mengatakan bahwa pernah pihak PSSI datang untuk meninjau Gelora Kie Raha, namun menurut tim penilai tersebut Gelora Kie Raha belum layak digunakan untuk Liga 2.
Kondisi Tribun Utama Gelora Kie Raha. Foto: Rizal Syam/ceramt
“Kalau rumputnya sudah memadai. Tapi fasilitas lain seperti tribun, ruang ganti, dan lainnya masih belum layak,” katanya.
Pada titik inilah, lanjut Asghar, dibutuhkan peran dari pemerintah daerah. Ia menyesali keadaan Gelora Kie Raha yang kini memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
“Dari berbagai kajian, kami sampai pada dua kesimpulan. Persiter harus lepas dari kontrol pemerintah secara penuh, kalaupun Pemkot mau berinvestasi ya dalam bentuk saham,” ujarnya.
“Yang kedua, tugas pemda itu menyediakan infrastruktur, karena dia bisa intervensi lewat APBD, misalnya memperbaiki Gelora,” tambahnya.
Kondisi toilet tanpa pintu di ruang ganti pemain di lapangan Gelora Kie Raha. Foto: Rizal Syam/cermat
Menurut catatannya, saat ini, kurang lebih sebanyak 30an pemain asal Ternate yang berlaga di berbagai level kompetisi sepakbola nasional. Nama-nama tersebut antara lain, Ilham Udin Armayn, Zulham Zamrun, Zuhrizal A. Gamal, Ardi Idrus, Rizky Pora, Frets Butuan, dan masih banyak lagi yang bermain di Liga 2 dan Liga 3.
“Bayangkan kalau mereka bermain untuk Persiter,” harap Asghar. Oleh karena itu, kata Asghar, demi kebangkitan Persiter, dibutuhkan sosok pemimpin yang punya kemauan pada kebangkitan Persiter.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Asghar bersama dengan pelaku-pelaku sepakbola Ternate, rencananya bakal mengadakan pertemuan, mengundang para kandidat Calon Wali Kota Ternate, guna membicarakan tentang masa depan Persiter kedepan.
“Kami akan undang mereka. Tapi kami tidak mau hanya sekadar janji semata. Harus ada skema-skema yang mereka tawarkan. Bagaimana strategi mereka untuk membangkitkan Persiter,” ujar Asghar.
“Memang secara fisik kehadiran Persiter tidak terlalu signifikan bagi kehidupan, tapi secara batin Persiter dibutuhkan oleh pendukungnya.” tukas Asghar.
Terpisah, Hany Kodja, salah seorang tokoh sepakbola usia muda di Maluku Utara mengatakan, ia sependapat dengan pemikiran Asghar.
“Mudah-mudahan ada kandidat dalam Pilwako yang betul-betul mau membangkitkan sepakbola di Ternate,” ucap Hany saat dihubungi cermat.
ADVERTISEMENT
Pelatih SSB Tunas Gamalama ini mengatakan, saat ini di Ternate ada sekitar 13 SSB, dan masing-masing dari SSB itu memiliki puluhan hingga ratusan siswa. Hal inilah yang menjadi sorotan bagi Asghar. Ia bilang, kalau tak ada Persiter, pemain-pemain usia muda ini tak bakal punya wadah.
Sementara itu, dukungan juga datang dari salah satu legenda Persiter, yakni Rahmat Rivai. Poci –panggilan akrabnya.
“Pada intinya saya juga sependapat dan sangat mendukung figur yang mau membangkitkan Persiter. Namun, kalau berkaca dari pengalaman sebelumnya, figur tersebut juga harus hobi (sepakbola). Jadi kalau ada figur yang hobi dan mau berbuat, ayo mari torang (kita) dukung,” ucap Rahmat Rivai.
---
Rizal Syam