Konten Media Partner

Pohon Seho Bukan Hanya Tentang Miras

1 Februari 2020 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pohon Enau atau Seho. Sumber foto: phytoimages.siu.edu/kompasiana
zoom-in-whitePerbesar
Pohon Enau atau Seho. Sumber foto: phytoimages.siu.edu/kompasiana
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sama seperti pohon kelapa, pohon enau (Arenga pinnata) atau aren, atau masyarakat Maluku Utara biasa menyebutnya sebagai pohon seho, memiliki manfaat mulai dari akar hingga pucuknya.
ADVERTISEMENT
“Aren itu, dari akar sampai daun ada manfaatnya. Nilai ekonominya tinggi,” ucap Mahdi Tamrin, Akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Khairun Ternate, Sabtu (1/2).
Dari daunnya, lanjut Mahdi, biasa dijadikan sebagai sapu lidi, sementara ijuknya juga sering digunakan masyarakat Maluku Utara untuk jenis sapu lainnya, yakni gumutu. Selain itu gumutu juga kerap dijadikan sebagai tali dan kualitasnya teruji. Dalam beberapa literatur bahkan menyebutkan ijuk bisa menjadi perekat antar batu pada sebuah bangunan.
Itu dari segi ekonomi, sementara dari sisi ekologisnya, enau bisa diandalkan untuk mengendalikan erosi, banjir, atau bahkan longsor. Musababnya, kata Mahdi, tanaman ini memiliki perakaran yang keras, sehingga membuatnya tak gampang rubuh.
Pemanfaatan pohon enau yang paling sering ditemui adalah pembuatan gula merah. Di Maluku Utara, kata Mahdi, pohon aren tersebar di pelbagai wilayah. Di Bacan, Halmahera Selatan, misalnya, ada beberapa wilayah yang sejak lama dikenal sebagai penghasil gula merah.
ADVERTISEMENT
“Ada di Kampung Makeang, Tomori, dan Babang,” ucap Mahdi.
Dalam riset yang pernah dilakukannya, Mahdi menemukan perbedaan kualitas antara daerah penghasil gula merah lainnya dengan wilayah yang disebutkan di atas. Katanya, wilayah tersebut memiliki kualitas gula merah yang baik.
Mahdi bilang, pohon enau di Halmahera Selatan merupakan tanaman yang tumbuh sendiri tanpa ada proses penanaman oleh petani.
“Kita lihat di Ternate misalnya, sumber gula terbesar untuk gula aren itu kan dari Bacan,” katanya.
Ada perbedaan mencolok antara gula merah yang berasal dari Bacan dengan yang berasal dari wilayah lain di Maluku Utara, sebut saja misalnya di Halmahera Utara. Gula merah yang dari Bacan, kata Mahdi, biasanya dibungkus menggunakan daun pisang. Sementara yang dari Halut menggunakan daun woka. Perbedaannya juga terdapat pada ukuran; gula merah dari Bacan biasanya berukuran lebih kecil.
ADVERTISEMENT
Proses produksi gula merah membutuhkan waktu tiga hari. Dengan kurun waktu tersebut, per petani dapat menghasilkan 50 – 100 kg atau 120 buah gula yang sudah dikemas.
Pembuatan Saguer
“Saya bilang sekali lagi, tidak semua petani pohon aren melakukan hal itu. Saya kira 80-90% persennya membuat gula aren,” tegas Mahdi ketika ditanyai terkait pembuatan minuman keras tradisional yang bersumber dari pohon aren, yakni Saguer.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam rangka menekan angka peredaran miras, Kepolisian Resor (Polres) Morotai memusnahkan 20 pohon enau di Desa Raja, Kecamatan Morselbar. Pemusnahan itu dilakukan dengan cara dibakar. Sontak, tindakan tersebut menyulut protes dari pelbagai kalangan.
Budayawan Maluku, Rudi Fofid, dalam status facebooknya menganggap tindakan pembakaran tersebut sebagai sesuatu yang keliru. Ia mengatakan bahwa masih banyak kegunaan yang bisa didapat dari pohon enau tanpa harus memusnahkannya. Rudi mencontohkan buah enau yang dapat dibuat menjadi kolang-kaling.
ADVERTISEMENT
Saguer memang menjadi minuman tradisional oleh masyarakat Maluku Utara sejak zaman dahulu. Saguer diproduksi dari fermentasi nira yang disadap dari pohon enau.
Mahdi khawatir, pemanfaatan pohon enau dalam pembuatan Saguer berdampak buruk kepada penilaian tanaman tersebut.
Ia bahkan meminta agar pemerintah segera membuat peraturan terkait dengan tanaman tersebut. Sebab menurutnya, ketimbang hal yang dianggap buruk, pohon enau lebih banyak memberikan manfaatnya.
“Pemerintah harus membuat aturan dalam bentuk perda, untuk melindungi tanaman ini, karena kontribusinya sangat tinggi. Secara ekologinya juga cukup bagus. Terlebih ini masuk dalam kategori Hasil Hutan Bukan Kayu,” tegasnya.
Selain itu, Mahdi menyarankan agar pemerintah serius dalam mendampingi petani. Sebab menurutnya, masih banyak petani gula merah yang tak memiliki pengetahuan yang mencukupi terkait penjualan produk tersebut.
ADVERTISEMENT
“Dari dari hasil riset saya, kontribusi dari aren itu, antara 98% memiliki kontribusi terhadap pendapatan petani. Tapi lagi-lagi soal keterbatasan pengetahuan, jadi inovasinya masih minim, sehingga dari potensi aren yang begitu banyak, belum maksimal pengelolaannya,” ujarnya.
Apalagi bagi Mahdi, dengan terbukanya pelbagai kawasan wisata, dapat berdampak kepada naiknya permintaan terhadap gula merah, sebab bisa digunakan sebagai campuran air kelapa muda.
“Kalau pemerintah serius, itu bisa menambah pendapatan daerah. Tapi kita tahu sejauh ini kan tak terlihat,” tukasnya.