Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Saat Ziarah Makam Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate
17 Februari 2019 22:10 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Beberapa kali terlibat pertempuran dengan Inggris dan Belanda, Mahmud Badaruddin II, sultan Palembang Darussalam ketujuh itu, akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Bersama keluarga beserta pengikutnya, ia kemudian hidup selama 30 tahun di Ternate.
ADVERTISEMENT
Makam sang Sultan bernama asli Raden Hasan Pangeran Ratu itu berada tepat di lokasi pekuburan Islam, Kelurahan Makassar Barat, Ternate Tengah. Cermat pada Minggu (17/2) berkesempatan ziarah ke makam tersebut.
Area makam itu cukup besar. Tampak sebuah bangunan berdiri gagah. Di dalam bangunan itu, ada tiga kuburan yang berdekatan. Jasad sang sultan berada di tengah. Di sisi kanannya adalah kuburan istrinya, Ratu Ulu Nyimas Zubaidah binti Kemas Haji Muhammad Alim, sementara di sisi kirinya adalah guru agama sultan, Al-Habib Umar bin Muhammad Assagaf.
Sekitar area itu, terdapat puluhan kuburan berderet rapi yang diyakini adalah kuburan keluarga dan pasukan setianya yang kala itu ikut diasingkan ke Ternate. Ruhaya, seorang perempuan paruh baya yang menjaga area makam tersebut, kepada cermat membenarkan, bahwa kuburan-kuburan itu adalah kuburan dari pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Ruhaya bercerita, sebelumnya, yang menjaga makam tersebut adalah orangtua dari suaminya. Namun, setelah orangtua suaminya meninggal, ia dan suami kemudian mengambil tanggung jawab itu. “Sebelum rusuh 1999 suami dan papa mantu (mertua) sudah menjaga kunci pekuburan Islam dan makam Sultan Mahmud Badaruddin II,” kata Ruhaya.
Upah yang didapat dari menjaga makam ‘orang besar’ itu memang tak seberapa. Sebelum suaminya meninggal, mereka menerima upah berkisar Rp400.000 per bulan. Namun, Ruhaya bilang, upah yang diterima saat ini sudah tidak rutin.
“Setelah suami saya meninggal, honor yang diterima tidak lagi setiap bulan, terakhir kali saya dapat honor selama lima bulan Rp1.500.000 dari Palembang ke Dinas Sosial Ternate,” katanya.
Sembari membersihkan daun pandan yang sudah mengering di atas tiga makam yang berdekatan itu, Ruhaya bercerita, bahwa makam ini memang sering diziarahi warga Palembang yang telah lama bermukim di Ternate.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah daerah dari Sumatera Selatan juga sering berziarah ke makam Sultan Mahmud Badaruddin II. Bahkan, diakuinya, baru dua bulan lalu, seorang pejabat dari Palembang juga datang berziarah. “Warga Palembang di Tenate sering ke sini. Dua bulan lalu ada pejabat dari Palembang juga,” ujarnya.
Cerita Pengasingan di Ternate
Dalam catatan sejarah, sebelum diasingkan ke Ternate, sang sultan beberapa kali melakukan pertempuran dengan Inggris dan Belanda. Salah satunya adalah Perang Menteng. Dalam pertempuran Perang Menteng yang pecah pada 12 Juli 1819, bersama pasukan, sultan Mahmud Badaruddin II berhasil meraih kemenangan.
Hanya saja, dua tahun kemudian, tepat pada 11 Juni 1821, dalam perang di Sungai Musi, sang sultan mengalami perlawanan hebat dari Belanda. Puncaknya pada 24 Juni 1821, bertepatan saat bulan Ramadan, Belanda menyerang rakyat Palembang pada waktu sahur.
ADVERTISEMENT
Pertempuran dahsyat terjadi. Meski begitu, serangan yang tiba-tiba itu membuat rakyat Palembang kewalahan. Tepat 25 Juni 1821, Palembang akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Pengasingan itu pun dimulai.
Beberapa bulan setelah peristiwa itu, jelang dini hari, sang sultan beserta keluarga dan pengikut setianya menggunakan kapal Dageraad menuju Batavia. Dari Batavia itulah, pejuang itu diberangkatkan ke Ternate, sebuah negeri yang kala itu menjadi pusat rempah-rempah dunia.
Selama masa pengasingan, Sultan Mahmud Badaruddin II diberikan lokasi pemukiman oleh Sultan Ternate, yang kala itu dikenal dengan Kampung Palembang. Lokasi Kampung Palembang saat ini memang sudah tidak bisa dikenali lagi.
Maulana Ibrahim, Ketua Ternate Heritage Society, mengatakan, jejak Kampung Palembang saat ini memang sudah tidak terlihat. “Terletak di antara Kampung Sarani dan Kampung Tengah. Jejak-jejaknya sudah tidak terlihat lagi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Maulana, diperkirakan kediaman Sultan Mahmud Badaruddin II berada di lokasi salah satu Bank milik negara, tepatnya di jalan Nukila, Kelurahan Gamalama, Ternate Tengah. Di sekitarnya banyak bangunan besar dan sudah menjadi pusat perbelanjaan.
Sejak kapan Kampung Palembang itu menjadi pusat ekonomi tidak banyak riwayat yang bisa menjelaskan mengenai hal itu. Jejak sang sultan di Ternate, yang sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 1984 itu, harus diakui sulit ditemui, kecuali makamnya.
---
Rajif Duchlun, Risman Rais, dan Rizal Syam