Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Siswa SD dan SMP di Malut Ramaikan Festival Tunas Bahasa Ibu
15 November 2022 7:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara (Malut) resmi menghelat Festival Tunas Bahasa Ibu di Hotel Sahid Bela, Ternate, pada Senin (14/11).
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang diikuti oleh peserta dari perwakilan empat kabupaten/kota, Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Selatan, dan Kepulauan Sula, ini akan berlangsung hingga Kamis (17/11).
Kepala Kantor Bahasa Malut, Dr. Arie Andrasyah, dalam kesempatan tersebut, mengatakan di Maluku Utara ada beberapa bahasa daerah yang terancam punah, terutama bahasa Ternate, Tobelo, Makeang Timur, dan Sula.
Menurutnya, kepunahan bahasa daerah itu terjadi karena para penutur asli tak lagi mewariskan ke generasi berikutnya.
“Dan kalau bahasa daerah punah, sama halnya dengan hilangnya kekayaan batin. Sebab bahasa daerah ini bagian dari jati diri bangsa. Jika punah, hilang pula peradaban dan kekayaan budaya,” jelas Arie.
Karena itu, kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu yang digelar ini, sebagai langkah merevitalisasi empat bahasa daerah yang terancam punah tersebut.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini, kata ia, adalah puncak dari beberapa tahap kegiatan yang telah digelar, yakni rapat koordinasi, pelatihan guru master, pemantauan pembelajaran bahasa daerah di kelas, dan Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Kabupaten.
“Dalam festival ini, siswa-siswi akan mengikuti enam mata lomba. Lomba membaca puisi, tembang tradisi, dan mendongeng untuk siswa tingkat SD sederajat. Dan lomba menulis cerpen, pidato, dan lawakan tunggal untuk siswa SMP,” katanya.
Semua mata lomba, sambung ia, wajib menggunakan bahasa daerah sesuai dengan bahasa ibu masing-masing.
“Setelah kegiatan festival ini, kami juga akan dorong kurikulum pembelajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah, termasuk di komunitas literasi,” tandas Arie.
Sementara, Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Dr. Iwa Lukman, menjelaskan bahasa daerah penting dipertahankan. Karena bahasa merupakan kendaraan yang mengubah cara berpikir, cara merasa, juga berbagai nilai yang berlaku, yang dipahami, para penutur bahasa tersebut.
ADVERTISEMENT
“Dengan demikian, semakin banyak bahasa daerah yang selamatkan, semakin banyak pola pikir yang terselamatkan,” terangnya.
Asisten Bidang Ekonomi dan Administrasi Pembangunan, Srihartanti Hatari, saat mewakili Gubernur Maluku Utara, mengatakan festival tunas bahasa ibu yang diselenggarakan ini sebagai langkah menggencarkan revitalisasi bahasa ibu. Langkah ini termasuk sosialisasi bahasa daerah ke generasi muda.
“Bahasa daerah juga harus dimasukkan sebagai bahasa gaul, karena anak muda sering menganggap bahasa daerah tak keren,” katanya.
Dalam membuka kegiatan tersebut, ia juga mengapresiasi Pemerintah Kota Ternate yang sejak awal telah menerapkan kurikulum bahasa daerah di tingkat sekolah. Ia berharap pemerintah di kabupaten/kota lain juga bisa memulai.