Konten Media Partner

SPBU Sula Diduga Utamakan Melayani Pengecer yang Menggunakan Motor Gede

8 April 2022 19:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas SPBU saat melayani pengecer yang menggunakan Moge untuk mendapatkan BBM jenis pertalite. Foto: Iwan/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Petugas SPBU saat melayani pengecer yang menggunakan Moge untuk mendapatkan BBM jenis pertalite. Foto: Iwan/cermat
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax, oknum petugas SPBU justru memanfaatkan bisnis ilegal BBM jenis pertalite. Karena itu, meskipun lebih murah, pertalite menjadi langka di Sanana, Kepulauan Sula.
ADVERTISEMENT
Intan, salah satu pengecer di Desa Mangon, kepada cermat mengaku membayar uang tip kepada petugas pengisian di SPBU untuk mendapatkan BBM jenis pertalite.
“Dalam sehari kami 3 kali masuk dengan Moge (Motor Gede). Itu pun kami sudah membayar uang deal 20 ribu ke petugas SPBU untuk sekali masuk,” ungkap Intan, Jumat (8/4).
Intan juga bilang, hasil antrian menggunakan Moge itu, ia bisa mendapat jenis pertalite kurang lebih 35 liter per hari.
“Kalau BBM pertamax itu gampang dapat dan biasanya jatah pengecer dua kali dengan galon ukuran 25 liter per hari," tukasnya.
Sementara, La Bahri, pengecer di Desa Fogi, yang membeli pertalite melalui jalur normal mengaku kecewa dengan sistem pelayanan di SPBU.
ADVERTISEMENT
“Aturan yang pihak SPBU sampaikan kepada kami hanya mendapatkan jatah minyak BBM pertamax 25 liter per hari, dan tak ada jatah pertalite," kata Bahri.
Bahkan, ujar Bahri, ketika pihaknya mau membeli BBM jenis pertalite, petugas SPBU selalu melarang.
“Alasan mereka, stok BBM jenis pertalite terbatas dan dilarang oleh admin SPBU,” katanya.
Rauda, salah satu pengecer di Desa Fatcey, juga berharap SPBU tak pilih kasih dalam pelayanan agar dapat memberi jatah pertalite kepada semua pengecer yang membutuhkan.
“Sistem pelayanan SPBU harus berlaku sama bagi semua pengecer. Jangan pakai pilih kasih," ucap Rauda.
Rauda juga bilang, jika pihak SPBU menginginkan dibayar lebih seperti yang dilakukan pengecer yang menggunakan Moge, pihaknya pun sanggup.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama dikeluhkan Irma, pengendara sepeda motor. Ia mengaku pernah menegur langsung Petugas SPBU dan pengecer yang menggunakan Moge.
“Akan tetapi, jelang beberapa hari kemudian, pengecer masih terus mengantri minyak menggunakan Moge,” ucap Irma.
Perilaku pengecer yang menggunakan Moge itu, tambah ia, kerap juga membuat stok BBM pertalite habis, bahkan membatasi waktu pelayanan.
“Padahal pengecer yang di dekat SPBU, stok pertalitenya banyak, bahkan ada yang jual menggunakan jerigen 5 sampai 25 liter,” tandasnya.
Ia berharap Pertamina dapat menegur pihak SPBU untuk menertibkan pengecer yang menggunakan Moge, sekaligus memberi sanksi tegas kepada petugas SPBU.
Sampai berita ini terbit, cermat masih mencoba untuk konfirmasi tenaga administrasi SPBU di Desa Mangon, Kecamatan Sanana, tentang masalah pelayanan sepihak kepada pengecer.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, (28/10/2021), cermat pernah memberitakan penimbun BBM yang menggunakan Moge di SPBU Sanana, meresahkan warga.
Tenaga administrasi SPBU Sahbudin Abd. Latif Buamona, saat itu, mengaku jika ada petugas yang terindikasi main mata dengan pengendara Moge penimbun BBM, maka akan diberi sanksi keras seperti pemecatan.
Namun, sesuai pantauan cermat, aksi para pengecer yang menggunakan Moge dan bekerja sama dengan petugas SPBU masih terus dilakukan hingga saat ini. Moge yang digunakan pengecer adalah Thunder 125 merk Suzuki dengan daya tampung tangki 14 liter.
Sekadar diketahui, harga pertalite di pengecer wilayah Sanana saat ini 10 ribu per liter. Sementara, pertamax 15 ribu, bahkan sampai 17 ribu.
---
Iwan Umamit