Sultan Babullah, Penguasa 72 Pulau Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Konten Media Partner
5 Maret 2019 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ziarah ke Makam Sultan Babullah
Lokasi makam Sultan Babullah di Foramadiahi, Ternate, Maluku Utara. Foto: Rizal Syam/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi makam Sultan Babullah di Foramadiahi, Ternate, Maluku Utara. Foto: Rizal Syam/cermat
ADVERTISEMENT
Sebuah pohon menjulang tinggi tepat berada di tengahnya. Di bawah pohon tersebut, persis berdekatan dengan akarnya, terdapat sebuah makam yang ditutupi kaca, sisi luarnya dibalut kain berwarna hijau tua. Di lokasi inilah berbaring sosok yang mashyur dalam lembar sejarah Ternate, bahkan Nusantara, Babullah Datu Syah namanya.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa, (5/3), cermat mengunjungi sebuah kampung tua di selatan Ternate, Foramadiahi nama kampung itu, tempat dimana Babullah Datu Syah beristirahat terakhir. Tak seperti kampung-kampung di Ternate yang kebanyakan berada di pesisir, Foramadiahi terletak di punggung Gunung Gamalama. Di ujung kampung Foramadiahi, di antara rimbunan pohon pala yang menyejukkan. Terdapat satu bangunan yang dikelilingi tembok berwarna kuning.
Lokasi Malam Sultan Babullah dikelilingi pagar beton bercat kuning. Terlihat satu pohon besar menjulang di tengah lokasi itu. Foto: Rizal Syam/cermat
Babullah adalah anak kesayangan Khairun Jamil, sultan ke-6 yang tewas karena tipu muslihat Portugis. Adalah Diego Lopez de Mesquita, Gubernur Portugis saat itu yang menjadi dalang terbunuhnya Sultan Khairun. Berawal dari peperangan yang cukup melelahkan bagi Portugis di Moro, ketika itu pihak kesultanan Ternate di bawah pimpinan Khairun berhasil memengaruhi penduduk pribumi di permukiman Kristen seperti di Sagula, Pune, dan Mamuya untuk beralih keyakinan ke agama Islam. Maka dari itu disusunlah perjanjian damai antara keduanya, namun perjanjian tersebut hanyalah muslihat belaka.
Rerimbunan pohon cengkeh dan pala nampak terlihat di samping makam Sultan Babullah di Foramadiahi, Ternate, Maluku Utara. Foto: Rizal Syam/cermat
Pada tanggal 25 Februari 1570 malam, sang gubernur mengundang Sultan Khairun guna merayakan perjanjian perdamaian yang sebelumnya sudah diperbarui. Tanpa rasa curiga, undangan itu diamini Khairun, ia kemudian datang ke benteng Gamlamo (sekarang Kastela). Namun kedatangan Khairun itu menjadi kepulangannya ke pangkuan Ilahi. Diego Lopes de Mesquite memerintahkan seorang prajurit bernama Antonio Pimental yang adalah kemenakannya sendiri, untuk membunuh Sultan Khairun.
ADVERTISEMENT
Antonio Pimental menghunuskan pedang ke arah Sultan Khairun. Malam itu mayat Sultan Khairun dibuang ke laut.
Mengetahui ayahnya dibunuh dengan cara licik seperti itu, Babullah murka. Saat penobatannya sebagai pengganti kedudukan mendiang ayahnya, Babullah bersumpah bahwa ia akan membalas kematian ayahnya. Bukan hanya itu, Babullah berjanji untuk mengusir Portugis keluar dari wilayah kesultanan Ternate.
Perang telah diikrarkan. Portugis salah kalau mengira dengan membunuh Sultan Khairun Jamil maka kekuatan Ternate bakal menurun. Sebaliknya, Babullah memerintah pasukannya untuk memburu orang Portugis dan membunuh mereka.
Lokasi Makam Sultan Babullah di kampung tua, Foramadiahi, Ternate, Maluku Utara. Foto: Rizal Syam/cermat
Jika pada masa Khairun Portugis bebas melakukan apa saja, tidak di era Babullah. Tak ada lagi perundingan, kesultanan Ternate mendikte sepenuhnya hubungan kedua bangsa tersebut. Dalam “Sejarah Kepulauan Rempah-rempah” Adnan Amal mengisahkan bahwa Babullah memrintahkan Kapita Kolasineo untuk memimpin pasukan ke Ambon. Rombongan tersebut kemudian memborbardir pasukan Portugis yang berada di Ambon.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Babullah juga memerintahkan tentaranya untuk mengepung benteng Gamlamo, tempat di mana ayahnya dibunuh. Kepungan itu kemudian menjadi berarti bagi kekalahan Portugis. Selama lima tahun pengepungan, Portugis di dalam benteng tersebut tak lagi memiliki akses untuk memperoleh makanan. Kelaparan melanda benteng Gamlamo. Moral Portugis seketika merosot tajam. Dari sebelumnya ada 900 orang penghuni benteng, pada tahun terakhir pengepungan hanya tersisa 400 orang.
Di hari suci Santo Stephen, tepatnya 26 Desember 1575 Portugis menyerah pada Babullah dan bersedia angkat kaki dari Ternate.
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa pengusiran Portugis oleh Babullah itu menunda waktu penjajahan bangsa asing sekaligus menjadi kekalahan pertama bangsa asing di Nusantara.
Setelah itu Ternate mengalami kedigdayaan. Wilayah kekuasaannya tersebar hingga di kepulauan Marshall dan juga di Mindanao. Terakhir Babullah menganekasi Selayar yang kemudian melengkapi daerah kekuasaanya menjadi 72 pulau. Oleh karena itu ia kemudian menyandang gelar penguasa 72 pulau.
ADVERTISEMENT
Meluasnya wilayah kekuasaan Ternate di bawah Babullah juga berpengaruh pada penyebaran Islam. Ketika dilantik sebagai Sultan, Babullah memang sudah menegaskan ingin menegakkan agama Islam. Dalam tiap aneksasii ia selalu menyertakan imam untuk memberikan pesan agama kepada rakyat setempat.
Semasa kecil ia pernah disekolahkan di Sekolah Tinggi Jesuit Kolese Santo Paulus di Goa. Hal ini dikarenakan ayahnya, Sultan Khairun memang merupakan sosok yang punya jiwa toleransi. Khairun bahkan berteman akrab dengan seorang misionaris kondang, Franciscus Xaverius.
Tirai pada makam Sultan Babullah. Foto: Rizal Syam/cermat
Babullah mangkat pada tahun 1583. Ada beberapa versi menyangkut kematian sang Sultan besar ini. Ada versi yang menyatakan kematian Babullah karena sakit setelah ia diculik Portugis, namun adapula yang menyatakan ia diracuni oleh seorang gundik. Namun apapun versi dari kematiannya yang pasti adalah, Babullah Datu Syah mangkat membawa kehormatan serta nama besar ia dan juga kesultanan Ternate.
ADVERTISEMENT
Wacana Menjadikannya Pahlawan
“Karena perjuangannya untuk mengusir Portugis, yang merupakan salah-satu imperium pertama yang mengalahkan penjajah di Nusantara,” Jelas Ronny M. Saleh, Presidium Madopolo Keluarga Malamo Ternate (KARAMAT), saat ditanyai alasan mengapa memperjuangkan Babullah sebagai Pahlawan Nasional.
KARAMAT adalah inisiator dalam pengusulan gelar pahlawan nasional kepada sultan Babullah. Sepengetahuan Ronny, sebelumnya sempat ada yang mewacanakan hal tersebut, namun kemudian meredup.
Niat tersebut nampaknya mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Ternate. “Pak Walikota sangat mendukung niat ini, beliau kemudian membentuk Tim Peneliti dan Pengkajian Gelar Daerah (TP2GD), dan memberikan salah-satu ruangan di kantor walikota kepada kami,” Kata Ronny M. Saleh saat ditemui di ruangan PT2GD.
ADVERTISEMENT
Usulan memberikan gelar pahlawan nasional kepada Babullah ini sudah disampaikan kepada pemerintah pusat. Beberapa waktu lalu TP2GD bertemu dengan dirjen di kementerian kebudayaan. Pada pertemuan tersebut, dirjen kebudayaan mengatakan mendukung usulan dari TP2GD tersebut.
Bahkan menurut penuturan Ronny M. Saleh, Direktur Sejarah Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Triana Wulandari kaget ketika mengetahui Babullah belum menjadi Pahlawan Nasional. “Mereka kaget. Mereka mengira selama ini Babullah sudah menjadi Pahlawan Nasional,” kata Ronny M. Saleh.
Ke depannya TP2GD akan semakin mematangkan persiapan dalam hal memenuhi persyaratan Babullah sebagai pahlawan nasional. Akan dilakukan seminar guna membahas tentang usulan tersebut.
Di lain kesempatan, Irfan Ahmad sejarawan dari Universitas Khairun Ternate menilai pengusulan gelar tersebut patut dilakukan, mengingat bahwa Babullah adalah satu-satunya Sultan yang berhasil mengusir penjajah dan membangun diplomasi yang baik.
ADVERTISEMENT
“Bahkan menurut Valentijn (1742), Babullah sampai mengirimkan orang untuk komunikasi (mengenai) pengepungan Portugis ke Aceh,” kata Irfan.
“Jadi dalam konteks sejarah beliau layak diperjuangkan menjadi pahlawan. Hanya bangsa yang menghargai jasa pahlawannya yang dapat menjadi bangsa yang besar,” kata Irfan Ahmad ketika dihubungi Cermat.
Oleh karena itu, lanjut Irfan, pemerintah harus betul-betul siap memenuhi persyaratan yang terkandung dalam UU No 5 tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan. “Terutama untuk menyiapkan naskah akademiknya dan melibatkan stakeholder,” Pungkasnya.
---
Rizal Syam