Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Video: Berlibur ke Pulau Meti di Utara Halmahera
7 November 2021 9:33 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Akhir tahun sudah dekat. Sebulan lagi. Jangan hanya menelusuri ‘surga’ tersebunyi di mesin pencarian google. Yuk, persiapkan perlengkapan berlibur anda. Beberapa destinasi di utara Halmahera telah menanti. Salah satunya di Pulau Meti.
ADVERTISEMENT
sejak adanya Meti Cottage atau Pondok Meti, pulau tersebunyi ini pun banyak diminati para pelancong dalam negeri maupun luar.
Sebelum sampai ke sini, bagi pengunjung dari luar, tentu tiba dulu di Bandara Sultan Baabullah di Ternate. Lalu menyeberang ke Sofifi menggunakan speed boat dengan harga Rp 50 ribu perorang. Perjalanannya hanya memakan waktu sekira 40 menit.
Setelah itu, dari Sofifi ke Halmahera Utara menggunakan mobil angkutan. Dengan harga Rp100 ribu. Sekira 3 jam perjalanan, sampai di Desa Mawea, Tobelo Timur, Halmahera Utara , Maluku Utara.
Dari Desa Mawea, Anda dapat menumpangi perahu ketinting dengan harga perorang Rp 10 ribu. Sekira 10 menit sampailah di Meti Cottage. Ada Tante Juti, warga setempat, yang melayani anda. Tante Juti akan menyambut anda dengan ramah.
ADVERTISEMENT
“Kalian pasti lelah, perjalan jauh ke sini. Istirahat dan minum jus dulu,” sambutan khas tante Juti.
Beberapa pulau-pulau kecil tak berpenghuni di sekitar Pulau Meti juga menjadi daya tarik pengunjung. Juti bilang, tidak jauh dari Pulau Meti, ada pulau kecil berpasir putih.
“Orang-orang sering berfoto di situ. Kalau nelayan di sini mencari ikan, juga sering ke situ. Banyak ikan di sana,” katanya.
Badan Pusat Statistik tahun 2016 mencatat, Halmahera Utara merupakan Kabupaten Bahari, terletak di Timur Indonesia, berbatasan dengan Samudera Pasifik, memiliki 216 pulau. Luas keseluruhan mencapai 22.507,32 km2 (22%) dan lautan 17.555,71 km2 (78%).
Selain itu, jejak Perang Dunia II masih terlihat di sini, seperti meriam peninggalan Jepang, bangkai pesawat yang tenggelam di kedalaman 25 meter, menjadi salah satu spot diving menarik.
ADVERTISEMENT
“Tamu yang datang ke sini, selalu ingin melihat meriam jepang, jadi kami antar,” kata Yeni Nyonyie (50), penduduk Pulau Meti yang bekerja di Meti Cottage.
Arsitektur Meti Cottage dibangun dengan limbah kayu yang terapung di laut. Hal ini tampak terlihat dari tempat duduk dan meja yang ada di Meti Cottage. Tiang bangunannya dibuat dari bambu yang diambil dari seberang pulau di daratan besar yang tak jauh dari Pulau Meti.
Supriadi, pengelola Meti Cottage, menyebut ide membangun tempat wisata atau Meti Cottage awalnya adalah ia ingin berkontribusi untuk Indonesia, terutama di daerah-daerah yang tertinggal.
Sekira lima tahun sebelumnya, Supriadi masih berada di Jerman, mengambil gelar Master of Business Administration. Ia memang sudah merindukan pulang ke Indonesia. Saat itu, ia melihat beberapa surat kabar di sana, dan mencari daerah yang jauh dari akses. Maluku Utara adalah salah satu daerah yang menarik di hatinya.
ADVERTISEMENT
“Karena di daerah yang tertinggal infrastrukturnya masih sulit, guru juga masih sulit, inilah alasan kita ingin membangun Meti Cottage,” ungkap Supriadi.
Dengan konsep pariwisata yang berkelanjutan, Supriadi menambahkan, ia lebih mementingkan lingkungan dan pendidikan bagi masyarakat setempat. Sebanyak 20 persen dari hasil pendapatan, ia sisihkan untuk program pendidikan bagi anak-anak usia sekolah dasar dan menengah pertama.
“Saat ini, kami buat program belajar Bahasa Inggris, setelah itu Bahasa Jerman, dan Prancis. Saya meyakini, pendidikan adalah solusi untuk anak-anak di daerah tertinggal,” ujar Supriadi.
Ia juga mengajak siapa saja yang peduli terhadap pendidikan anak-anak Pulau Meti, bisa menjadi relawan, bahkan berdonasi.