Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Video: Suasana Haru Saat Pembukaan Festival Kampung Nelayan Tomalou di Tidore
2 Maret 2020 13:20 WIB
ADVERTISEMENT
Puluhan tetua terlihat berkumpul, mengelilingi perahu di pantai Ake Doe. Ada yang memegang bambu berisi air. Ada yang memegang gerabah berisi sesajen. Mereka bersiap melangsungkan ritual Foladomo . Ritual para nelayan di Tomalou, Tidore Kepulauan, Maluku Utara, saat hendak melaut dengan perahu yang baru dibuat.
Sementara itu, di bawah terik matahari, tepatnya di pelataran depan Masjid Nurul Bahar, ratusan anak remaja berkumpul--meragakan tarian kolosal anak nelayan. Suara Tifa, suling dan alat musik tradisional lannya dipadu berirama.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba perahu sampan digotong belasan pria dewasa, diiringi beberapa kelompok pria yang juga menggotong delapan ekor ikan cakalang berukuran besar. Dalam sampan ada pria paruh baya, Ilyas Wada, namanya. Ribuan pengunjung terdiam serempak. Menyaksikan prosesi itu.
Meski mulut terdiam, air mata pun tak terbendung, melihat upaya masyarakat Tomalou menggambarkan perjuangan mereka, sebagai nelayan.
Hal ini Nampak terlihat dalam video di atas, pada pembukaan Festival Kampung Nelayan Tomalou (FKNT) 2020, Minggu (01/03/2020). Prosesi itu juga disaksikan langsung oleh Sultan Tidore Husain Sjah, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara, Wali Kota Ternate, Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk RI Jose Maria Matres Manso, juga Consul-General Australia untuk Indonesia, Richard Mathews.
Ketua Panitia FKNT 2020 Ismanto Saleh ketika dihungi cermat pada Senin (02/03/2020) mengatakan, tarian kolosal bahkan puluhan pemuda menggotong sampan dengan ikan di acara pembukaan itu, adalah simbol bahwa nelayan Tomalou akan tetap menekuni profesi sebagai nelayan.
ADVERTISEMENT
“Proses pertunjukan itu sebagai simbol. Kami menunjukkan bahwa nelayan tidak sekadar profesi. Ia adalah jati diri. Dan kami akan tetap menjalankannya hingga akhir hayat,” ungkap Ismanto.