Konten Media Partner

Warga Kampung Sagea Halteng Minta PT First Pacific Mining Hentikan Aktivitas

26 Agustus 2022 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemuda dan masyarakat saat menggelar unjuk rasa menolok PT First Pacific Mining beroperasi di Desa Sagea. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pemuda dan masyarakat saat menggelar unjuk rasa menolok PT First Pacific Mining beroperasi di Desa Sagea. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Merasa sumberdaya alam dalam ancaman perusahaan tambang, sekelompok anak muda dan warga Desa Segea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, membangun gerakan Selamatkan Kampung Sagea.
ADVERTISEMENT
Adlun Fiqri, salah satu inisiator gerakan menjelaskan, gerakan yang dibikin bukan tanpa alasan. Karena tanah leluhur mereka saat ini dalam ancaman operasi tambang, terutama aktivitas industri PT. First Pacific Mining (FPM).
Potensi ancaman ini, menurut Adlun, nyata adanya, dikarenakan letak konsesi pertambangan PT. FPM berada di atas kawasan karst Bokimoruru. Sementara, lokasi rencana pabrik PT. FPM berada di antara Sungai Sageyan dan Danau Legaelol, belum lagi jarak dengan pemukiman penduduk yang sangat dekat.
“Dalam jangka panjang, semua sumber penghidupan kami di atas akan lenyap dan resiko pencemaran air dan udara akan terjadi. Kami telah melihat bukti nyata bagaimana pertambangan adalah industri kotor dengan daya rusak lingkungan. Itulah mengapa Gerakan Selamatkan Kampung Sagea hadir,” jelas Adlun kepada cermat, Jumat (26/7).
Partisipasi masyarakat dalam unjuk rasa menolok PT First Pacific Mining beroperasi di Desa Sagea. Foto: Istimewa
Apalagi, tambah Adlun, para leluhurnya telah berpesan untuk menjaga kampung mereka dengan segala isinya, seperti tanah, hutan, air, kebun, dan segala nilai dan adat istiadat agar tetap lestari. Kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, anak cucu.
ADVERTISEMENT
“Kami bersyukur dilahirkan dan dibesarkan dari rahim tanah ini. Kampung dengan hutan yang memberi udara segar, sungai dan mata air yang mengalirkan kehidupan, telaga yang keramat, kebun dan laut yang menghidupkan sejak dulu,” katanya.
Termasuk Sungai Sageyen, Danau Legayelol, dan Goa Bokimoruru, adalah anugerah bagi kampung Sagea, yang tengah dimanfaatkan sebagai objek wisata andalan di Halmahera Tengah.
Ketiganya bagian dari ekosistem karst di Halmahera yang patut dilindungi. Secara ekologis, kawasan karst memiliki fungsi resapan dan menyimpan air. Sementara, secara ekonomi, pemanfaatan wisata Bokimoruru dan Danau Legaelol telah mampu memberi manfaat bagi masyarakat Desa Sagea dan Desa Kiya.
Partisipasi masyarakat dalam unjuk rasa menolok PT First Pacific Mining beroperasi di Desa Sagea. Foto: Istimewa
“Bagi kami ini adalah contoh pemanfaatan sumber daya alam yang lestari, berkelanjutan, dan patut didukung oleh semua pihak, apalagi tengah didorong oleh pemerintah sebagai Kawasan Geopark,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Adlun, sejak hadir di kampung Sagea, pihak perusahaan tidak transparan memberi informasi pada masyarakat terkait perizinan dan kajian AMDALnya. Padahal, hal itu termasuk hak asasi yang harus dipenuhi. Menurutnya, perusahaan juga penyebab polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat.
“Secara nyata perusahaan juga tidak menghargai kampung ini karena secara sepihak menetapkan harga tanah dengan berbagai dalih, seakan-akan kampung ini tidak memiliki harga diri,” ujarnya.
Untuk itu, melalui Front Selamatkan Kampung Sagea, pihaknya mendesak PT. First Pacific Mining harus menghentikan segala bentuk aktivitasnya di kampung Sagea, Pemerintah kabupaten dan provinsi segera evaluasi perizinan PT. First Pacific Mining.
“Pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat, segera mengeluarkan kebijakan perlindungan kawasan karst di Kampung Sagea,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT