Warga Pulau Batang Dua Wafat Sesak Napas, COVID-19 Sudah Masuk Pulau Terpencil?

Konten Media Partner
15 Juli 2021 18:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pasien di Kecamatan Pulau Batang Dua saat dievakuasi untuk dirujuk ke pusat Kota Ternate. Sumber foto: Facebook Keegan Lopulalan.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pasien di Kecamatan Pulau Batang Dua saat dievakuasi untuk dirujuk ke pusat Kota Ternate. Sumber foto: Facebook Keegan Lopulalan.
ADVERTISEMENT
Warga Kelurahan Mayau, Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Maluku Utara, dalam minggu ini dihantuai rasa cemas. Sebab, sudah ada 5 warga yang meninggal karena sakit dan keluhan sesak napas.
ADVERTISEMENT
Bahkan, hingga kini, hampir sebagian warga mengeluh karena sakit dengan gejala sesak napas pula. Mereka khawatir hal tersebut akibat gejala COVID-19.
Sementara itu, warga juga keluhkan kondisi fasilitas kesehatan di puskesmas setempat, yang masih minim. Warga yang sakit harus dirujuk ke RS di pusat Kota Ternate menggunakan perahu atau loangboat. Nyaris Pulau ini jauh dari akses dan berada di tengah laut antara pusat Kota Ternate dan Bitung, Sulawesi Utara.
“Kalau rujuk ke Ternate, menggunakan longboat, memakan waktu perjalanan 7 sampai 8 jam. Belum lagi menghadapi cuaca ekstrim (ombak) saat perjalanan,” ungkap Edwin Pama, Sekretaris Tim Relawan Bencana Gereja Protestan Maluku (GPM) Mayau, ketika dihubungi cermat pada Senin (12/7) malam.
Kata Edwin, bahkan longboat yang digunakan tersebut milik warga, bukan fasilitas kesehatan. Untuk biaya atau kebutuhan bahan bakar longboat, Edmin mengaku belum tahu dapat dari mana. Bisa jadi warga patungan.
ADVERTISEMENT
“Sampai sekarang kami takut keluar rumah. Hampir semua tetangga sakit dengan gejala yang sama; sesak napas. Kasihan kami tidak bisa saling berkunjung. Kemarin ada warga yang meninggal, anaknya tidak dapat ikut pemakaman karena sakit dan dirujuk ke Ternate,” ungkap Edwin.
Edwin bilang, mereka, warga setempat, belum bisa mengandalkan puskemas setempat karena fasilitas yang minim. Bahkan, katanya, APD belum ada. Selain itu, katanya, warga belum paham soal varian corona yang baru ini.
Sebab itu, ia meminta agar Pemerintah Kota Ternate melalui Satgas, hingga Dinas Kesehatan datang ke Pulau Batang Dua.
“Bahkan kalau boleh ada vaksinasi massal di sini ataupun sweb test dan PCR. Kasihan warga belum tahu soal varian baru corona ini,” pintanya.
ADVERTISEMENT
Semantara itu, Donny Toisuta, Pendeta GMP mencatat nama orang yang meninggal dalam pekan ini di Pulau Batang Dua sebagai berikut:
Semantara pasien yang dibawa berobat ke Manado yakni, Bapak Yusias Salu (Sesak napas. Kini dirawat di RS Medical Central Pall Dua Manado)
Pasien yang dirujuk ke Ternate:
Hingga kini, katanya, pemerintah sudah mengirimkan tabung oksigen ke puskesmas setempat.
“Kemarin juga kami dapat informasi bahwa pemerintah sudah kirimkan APD dan tabung oksigen sekira 6 ke Mayau. Kemudian dari gereja juga mengeirimkan masker, handsanitizer, dan obat-obatan ringan seperti vitamin untuk dibagi ke jemaat,” tambah Donny.
ADVERTISEMENT
Donny bilang, angka kematian yang tiba-tiba dalam satu minggu ini di Pulau Batang Dua itu bagi mereka cukup banyak, sebab mereka berada di pulau terpencil. Hal ini membuat warga terpukul. Meski sebenarnya angka kematian akibat pandemi di kota Ternate terbilang lebih banyak dari pada Pulau Batang Dua.

Warga Batang Dua Belum Dapat Vaksinasi

Nurbaiti Radjabessy, Kadis Kesehatan Kota Ternate ketika dihungi mengatakan, hingga saat ini, di Pulau Batang Dua belum ada kegiatan vaksinasi.
Ketika ditanya terkait dnegan kondisi kesehatan warga Batang Dua saat ini, yang mengeluhkan sakit dengan kegejala yang sama, Nurbaiti bilang, pihaknya sudah berupaya untuk mengirim oksigen dan obat-obatan.
“Itu sudah diupayakan, saya sudah siap-siap kirim oksigen, kirim obat, kirim APD lengkap, sudah, sudah kirim,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia bilang, sebenarnya pihaknya akan turun ke Kelurahan Mayau, Kecamatan Batang Dua, hanya saja, katanya, trasportasi perbuhungan belum ada.
Torang (Kami) ini mau berangkat (ke Mayau) tapi kan perhubungan belum ada. Jadi saya kirim alat-alat (Oksigen, obat-obatan, APD) itu dan dorang (mereka) antar pasien itu ke sini dengan motor kacil (loangboat) itu,” katanya.
“Sudah ada dokter dengan perawat di sana yang layani,” tambahnya.