Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Saatnya Arab Saudi Belajar dari Indonesia
6 Mei 2018 20:01 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Chairil Anhar Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari belakangan marak isu Arab Saudi akan membuka gereja setelah kunjungan tingkat tinggi pejabat Vatikan, Presiden Dewan Pontifisial untuk Dialog Antar Agama, Kardinal Jean-Louis Touran ke Riyadh akhir April lalu.
ADVERTISEMENT
Isu ini pertama kali dimuat sebuah media Mesir yang kemudian menghapusnya setelah ada klarifikasi dari Vatikan sendiri yang menyatakan bahwa pemberitaan tersebut adalah salah. Sayangnya banyak media sudah menyebarluaskan isu tersebut, termasuk media di Indonesia.
Beragama di Arab Saudi
Penduduk Arab Saudi dibebaskan untuk memilih dan menjalankan agama masing-masing. Namun demikian, Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang tidak memperbolehkan agama selain islam untuk menunjukan aktivitas ibadahnya ke publik.
Sebagai contoh, rumah ibadah agama lain selain islam tidak boleh didirikan di Arab Saudi. Selain itu, penganut agama selain islam tidak diperkenankan untuk menggelar ritual keagamaan di rumahnya, selain untuk dirinya atau keluarganya sendiri.
Jadi, pemeluk agama lain dapat merayakan hari besar keagamaannya hanya bersama keluarganya saja, tidak boleh mengundang orang lain untuk datang merayakan bersama.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, terdapat beberapa kompleks perumahan WNA di Arab Saudi yang memperbolehkan penghuninya untuk menjalankan aktivitas-aktivitas yang tidak boleh dijalankan di luar kompleks tersebut.
Di antaranya adalah kompleks perumahan dan perwakilan negara asing Diplomatic Quarter di Riyadh dan kompleks perumahan perusahaan minyak nasional Arab Saudi yang bernama Saudi Aramco di Dhahran, Provinsi Timur.
Selain itu, pemegang agama selain islam tidak boleh memasuki 2 kota suci, yakni Mekkah dan Madinah.
Muttawa, Penegak Hukum Syariah
Penegakan peraturan hukum islam (syariah) di Arab Saudi dijalankan oleh polisi syariah yang biasa disebut Muttawa. Dulu, Muttawa adalah sosok yang ditakuti.
Hingga sekitar tahun 2014 masih terdapat beberapa kasus yang dinilai sebagai pelanggaran HAM oleh Muttawa. Seperti pengeroyokan WNA oleh sekelompok Muttawa yang dinilai melakukan perbuatan tidak pantas karena jalan dengan seorang wanita Arab Saudi, yang belakangan diketahui bahwa mereka memang berstatus suami istri.
ADVERTISEMENT
Kewenangan yang diberikan kepada Muttawa sejatinya adalah berdakwah, menghimbau agar pemeluk agama islam menjalankan ibadah wajib dan sunnah menurut ajaran islam. Seorang Muttawa pernah terlihat menasehati seorang pria muda dalam sebuah pusat perbelanjaan tingkat atas, karena memiliki rambut panjang yang menyerupai wanita.
Namun sekarang kewenangan Muttawa sudah sangat dibatasi. Dewasa ini Muttawa sehari-hari hanya bertugas menyampaikan ajakan shalat di waktu-waktu menjelang shalat wajib.
Caranya juga unik, 2 orang Muttawa mengendarai mobil jeep yang dilengkapi pengeras suara berteriak-teriak memperingatkan agar orang-orang segera menghentikan aktivitasnya untuk menjalankan ibadat shalat wajib. Serentak seluruh toko dan warung tutup, dan penjaga serta pengunjungnya bergegas ke masjid. Tidak ada seorangpun yang berani menunjukkan keberadaanya di jalan-jalan. Bagi yang tidak shalat sebaiknya segera masuk rumah atau bersembunyi di gang-gang yang tidak terlihat.
ADVERTISEMENT
Dialog Antar Umat Beragama
Sementara itu, Indonesia sebagai bangsa yang majemuk terdiri atas berbagai suku, bangsa, agama dan kebudayaan. Setidaknya terdapat 1.340 suku dan 742 bahasa daerah. Secara formal, Indonesia mengakui 6 agama namun mempersilakan penduduknya untuk menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
Dialog antar umat beragama telah berjalan sejak lama dan terbentuk dari hubungan sehari-hari. Hal ini dilatarbelakangi kehidupan sosial Bangsa Indonesia tidak dapat terlepas dari toleransi dalam pergaulan sehari-hari dengan orang yang beragama dan kepercayaan yang lain.
Bahkan di dunia internasional, secara formal Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan dialog lintas agama dengan beberapa negara sejak tahun 2004. Hal ini sebagai bentuk upaya proaktif Indonesia dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar sesama umat beragama dan antar peradaban.
ADVERTISEMENT
Setidaknya Indonesia telah menyelenggarakan dialog lintas agama dengan Austria, Australia, Belanda, Ethiopia, Italia, Inggris, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat.
Hubungan Indonesia-Arab Saudi
Saat ini hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi sedang memasuki masa keemasan. Kunjungan Raja Salman Al Saud pada 2017 lalu merupakan kunjungan kepala negara yang mendapat sambutan paling meriah dari masyarakat Indonesia.
Meminjam istilah yang digunakan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Bapak Agus Maftuh Abegebriel, hubungan kedua negara saat ini menggunakan istilah Saunesia (Saudi-Indonesia).
Hubungan antarkedua negara sudah berjalan sejak sangat lama, bahkan sebelum masa penjajahan dengan pemberangkatan Jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi. Menurut cerita para sesepuh, dahulu sebelum Arab Saudi menemukan kandungan minyak, jamaah haji asal Indonesia dilayani para kuli panggul penduduk Arab Saudi. Sejak lama, jamaah haji asal Indonesia dikenal kaya dan royal.
ADVERTISEMENT
Pascakemerdekaan, Arab Saudi juga termasuk salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Saat ini Indonesia dikenal Arab Saudi sebagai negara pengirim TKI. Pengiriman TKI sudah berjalan sejak tahun 1960an. Awalnya dijalankan swasta hingga kemudian diatur pemerintah mulai oleh Departemen Tenaga Kerja hingga saat ini ditutup melalui kebijakan penghentian pengiriman sementara pekerja sektor informal ke 19 negara di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi.
Dengan sejarah panjang tersebut, bukan tidak mungkin para pejabat pemerintahan di Arab Saudi saat ini adalah hasil didikan para TKI yang dulu pernah bekerja di rumah mereka. Maka dalam beberapa hal, Indonesia sudah sejak lama mengajari Arab Saudi.
Modernisasi Arab Saudi
Arab Saudi kini sedang memasuki era modernisasi yang diusung Putera Mahkota Pangeran Muhammad Bin Salman Al Saud, yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
ADVERTISEMENT
Berbagai perubahan terjadi di Arab Saudi, mulai dari pembukaan bioskop, memperbolehkan pertunjukan musik hingga penjajakan kemungkinan memperbolehkan wanita menyetir.
Sesungguhnya dengan pola Saunesia, Arab Saudi bisa belajar banyak dari Indonesia. Mulai dari urusan hiburan, penghormatan terhadap perempuan hingga toleransi antar umat beragama. Jadi, bukannya Indonesia yang belajar larangan bioskop seperti niatan Pemda NAD tempo hari. Namun, seyogyanya Arab Saudi dapat belajar dari Indonesia mengenai tata pengelolaan bioskop.
Meskipun Arab Saudi belum berencana mengizinkan pendirian rumah ibadah agama lain, namun modernisasi berarti keterbukaan dan toleransi terhadap pembaharuan, termasuk cara memperlakukan pemeluk agama selain Islam di sana. Arab Saudi belum berpengalaman daam hal tersebut, dan dapat mempelajarinya dari Indonesia.
Selama ini Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia telah menunjukkan eksistensinya dalam urusan toleransi antar umat beragama. Meskipun memang sempat terjadi kerikil akibat paham radikalisme, namun Indonesia mampu mengatasi hal tersebut.
ADVERTISEMENT