Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Reinkarnasi Srikandi di Era Modernisasi
15 Desember 2022 22:04 WIB
Tulisan dari Chantigi Mutiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tokoh Srikandi merupakan salah satu tokoh wayang perempuan. Tokoh perempuan ini digambarkan sebagai pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, berani, berkompeten yang memiliki sikap kepemimpinan dan rela mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk mengutamakan kepentingan negara. Tidak sedikit perempuan Indonesia yang berjiwa patriotik atau berkepribadian seperti itu yang sering disebut sebagai pahlawan wanita Indonesia. Perempuan-perempuan yang berprestasi di dunia pewayangan sering dijadikan panutan bagi perempuan-perempuan yang terus berjuang demi bangsa Indonesia di berbagai bidang (Y. Murdiyati, 2004). Dalam dunia pewayangan, Srikandi sudah dikenal seantero negeri. Dia bukan hanya putri dari istana terkenal atau keturunan bangsawan. Namun, ia lebih dikenal sebagai pejuang wanita yang kuat, pemberani, dan cerdas.
ADVERTISEMENT
Srikandi adalah putri kedua Raja Drupada. Srikandi lahir dari rahim Dewi Gandawati, pasangan raja Drupada dari Kerajaan Pancala. Setelah pubertas, pahlawan wanita tersebut dikaitkan dengan Arjuna, ksatria tengah Pandawa. Untuk bertemu Arjuna di Kasatia Madukara, Srikandi pertama kali belajar memanah dari salah satu kekasih Arjuna bernama Larasati. Ketika Arjuna mengetahui bahwa Srikand memiliki bakat memanah, dia langsung diterima sebagai murid dan kekasihnya. Srikandi mampu menyerap semua informasi yang diberikan oleh Arjuna secara instan.
Ketika Dewi Srikandi dewasa, dia bertunangan dengan seorang raja tampan dan kaya bernama Prabu Jungkungmardeya dari Kerajaan Paranggubarja. Awalnya, Raja Drupada menerima tawaran itu. Hal ini terutama karena raja Cempalaradya sangat mengetahui kekuatan pasukan Paranggubarja. Jika permintaan itu ditolak, Raja Jungkungmardeya yang sudah terkenal kesaktiannya akan menyerbu negerinya. Namun Dewi Srikandi tidak mau menjadi istri Prabu Jungkungmardeya karena diam-diam mencintai Arjuna. Tiba-tiba dia langsung turun ke arena. Srikandi berhasil mengalahkan Raja Jungkungmardeya yang berencana menghancurkan Kerajaan Pancala. Sepeninggal Raja Jungkungmardeya, Srikandi menjadi istri sah Arjuna.
ADVERTISEMENT
Karena keberaniannya dan keahliannya dalam memanah dan kanuragan, Srikandi selalu memenuhi syarat untuk menjadi pelindung dan senjata perang ketika kerajaan dalam bahaya. Saat pecah Perang Bharatayuda, Srikandi membantu pihak Pandawa dan dinobatkan menjadi panglima perang melawan panglima Kurawa di bawah pimpinan Resi Bhisma. Akhir hidup Dewi Srikandi cukup tragis. Bersama adiknya Drestajumena dan Pancawala, putra Yudistira, Srikandi menjadi korban pembunuhan Aswatama. Beberapa hari setelah menyelesaikan Aswatama, Bharatayuda berhasil memasuki perkemahan Pandawa pada suatu malam dan dengan pengecut membunuh mereka saat mereka tidur.
Banyak orang mengagumi Srikandi dan ingin menirunya dalam banyak hal karena kemandirian dan kecantikannya pada saat yang bersamaan. Dia berhasil menjadi panutan tidak hanya untuk wanita tetapi juga untuk pria bagaimana menjadi kuat tetapi juga lemah lembut, mandiri tetapi juga hormat. Dalam modernisasi ini, kita harus menjangkau perempuan. Srikandi juga mengajarkan untuk kuat dan berani dalam segala hal. Srikandi dikenal selalu kuat dan berani dalam segala hal, layaknya Wonder Woman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menjadi wanita mandiri harus dimulai dengan belajar. Seorang pahlawan wanita bisa menjadi begitu kuat tanpa usaha sehingga semua orang tahu bahwa keterampilan memanah Srikandi adalah hasil dari pembelajarannya yang tak lekang oleh waktu. Dan meskipun heroine itu kuat, dia tetap bisa tampil cantik sebagai seorang wanita.