Konten dari Pengguna

Cukup dengan Peduli untuk Membantu WNI

28 Maret 2019 20:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Charles Somara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pesawat tinggal landas dari bandar udara internasional Beirut - https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Airbus_A320_of_Middle_East_Airlines_taking_off_from_Beirut_International_Airport.jpeg
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat tinggal landas dari bandar udara internasional Beirut - https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Airbus_A320_of_Middle_East_Airlines_taking_off_from_Beirut_International_Airport.jpeg
ADVERTISEMENT
Sahabat, berlanjut dari artikel saya sebelumnya yang menceritakan bagaimana upaya Pemerintah Indonesia mengeluarkan para WNI dari Suriah setelah terjadinya perang di sana, pada kesempatan ini saya ingin menceritakan pengalaman saya membantu WNI yang telah ditipu untuk terbang ke Suriah melalui Lebanon dan bekerja di sana.
ADVERTISEMENT
Ya, sahabat tidak salah membaca. Meskipun kita tahu bahwa sejak tahun 2011 hingga saat ini, Suriah masih dalam status perang dan Pemerintah Indonesia telah melarang WNI untuk melakukan perjalanan ke sana. Namun, masih ada oknum-oknum yang berupaya untuk mengirim WNI ke Suriah dan dipekerjakan sebagai tenaga kerja non-profesional.
Jadi, pada tanggal 4 November 2016, KBRI Beirut mendapatkan telepon dari pihak bandara udara Beirut yang menginfokan bahwa pada saat itu ada 14 (empat belas) orang WNI yang berdasarkan dokumen perjalanan (tiket dan paspor) mereka akan melanjutkan penerbangan dari Lebanon ke Suriah. Tetapi, pihak bandara menyampaikan bahwa WNI tersebut menolak untuk berangkat ketika mengetahui akan lanjut terbang ke Suriah.
ADVERTISEMENT
Aneh memang kedengarannya mengapa mereka tidak mau melanjutkan perjalanan. Logikanya, mereka harusnya sudah tahu tujuan akhir perjalanan. Namun, keanehan saya langsung berubah menjadi kecurigaan karena Suriah seharusnya tidak menjadi negara tujuan perjalanan untuk alasan apapun. Kalau pun memang ada WNI yang akan ke Suriah, pasti perjalanan tersebut dalam rangka kunjungan resmi dan KBRI akan mendapat informasi. Mendapatkan kabar tersebut, KBRI segera berangkat menuju bandara untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan ke-14 WNI di bandara Beirut.
Saya dan rekan setibanya di bandara segera menemui WNI dan menanyakan ke pada mereka perihal tujuan ke Suriah. Mereka bercerita bahwa pada awalnya di Indonesia, ke-14 WNI dijanjikan oleh oknum untuk bekerja di berbagai negara seperti Malaysia, Mesir, Qatar, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Tetapi tidak tahu mengapa, mereka pada akhirnya berada di Lebanon untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Suriah untuk bekerja disana. Sadar bahwa mereka akan terbang ke Suriah dan mengetahui bahwa keadaan Suriah saat ini sedang tidak aman, mereka menolak untuk terbang.
ADVERTISEMENT
Seluruh WNI pada awalnya berangkat dari Jakarta tetapi berasal dari agen berbeda dan berangkat dengan waktu yang berbeda-beda. Mereka menggunakan jalur perjalanan yang sama untuk mencapai Lebanon yaitu Jakarta – Batam (menggunakan pesawat) – Johor (menggunakan feri) – Kuala Lumpur – Istanbul (menggunakan pesawat) – Beirut (menggunakan pesawat).
Saya ketika mewawancarai ke-14 WNI di bandara Beirut - dok. pribadi
Para WNI bercerita bahwa mereka harus menunggu untuk jangka waktu yang beragam ketika berada di satu tempat. Namun, berkisar antara satu minggu hingga satu setengah bulan. Selama berada di Malaysia seluruh WNI mengaku ditempatkan di sebuah apartemen yang dimiliki oleh orang yang berperawakan timur tengah. Sedangkan pada saat masuk ke Turki, seluruh WNI masuk menggunakan visa yang diperoleh melalui internet dan ditempatkan di satu gedung apartemen yang sama, yang menurut pengakuan para WNI dimiliki juga oleh orang yang berperawakan timur tengah.
ADVERTISEMENT
Ketika pertama kali tiba di Lebanon, seluruh WNI ditemui oleh seseorang yang menyuruh mereka untuk berkumpul dan menunggu dia untuk memproses perjalanan mereka selanjutnya. Ternyata orang itu telah mempunyai daftar nama ke-14 WNI dan memberikan mereka tiket perjalanan ke Suriah.
Para WNI kemudian disuruh untuk menunggu di gerbang keberangkatan. Untungnya ke-14 WNI sadar bahwa mereka akan ke Suriah dan meminta ke petugas bandara untuk tidak terbang. Pihak bandara kemudian menghubungi KBRI karena tidak tahu bagaimana kelanjutan keberadaan mereka di Lebanon karena tidak mempunyai visa Lebanon.
Mendengar cerita dari ke-14 WNI, saya berkesimpulan bahwa dalam kejadian ini ada indikasi Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Kenapa begitu? Karena dari 3 (tiga) unsur yang ada untuk mengkategorikan seseorang sebagai korban TPPO berdasarkan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TPPO, dua unsur sudah dipenuhi yaitu:
ADVERTISEMENT
Saya juga mencurigai orang yang pertama kali menemui para WNI di bandara Lebanon adalah orang dalam dan merupakan bagian dari jaringan perdagangan orang. Kecurigaan saya bertambah karena pada saat saya dan rekan memisahkan diri dari para WNI untuk membelikan makan siang, orang ini kembali menemui mereka untuk memintakan paspor. Namun, para WNI mengaku bahwa paspor sudah dipegang oleh KBRI.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, seluruh WNI bisa dipulangkan ke Indonesia melalui Lebanon dengan menggunakan pesawat yang tiketnya disediakan oleh Pemerintah Indonesia. KBRI Beirut juga telah berkoordinasi dengan pihak bandara terkait orang misterius itu dan kesimpulan dari otoritas bandara, orang yang menemui para WNI pertama kali merupakan orang dari maskapai penerbangan dan hanya menjalankan perintah dari maskapai untuk membantu para WNI berangkat ke Suriah.
KBRI juga telah menemui pimpinan dari maskapai penerbangan dan memberikan posisi Pemerintah Indonesia terkait perjalanan WNI ke Suriah. Maskapai penerbangan mengerti kondisi itu dan berjanji akan lebih berhati-hati kedepan apabila ada pemesanan tiket dari WNI yang akan terbang ke Suriah.
Ke-14 WNI telah kembali ke Indonesia dengan selamat - dok. pribadi
Namun, saya berfikir bahwa apa iya upaya pencegahan yang ada sudah cukup. Coba sobat bayangkan, untungnya ke-14 WNI bisa tahu bahwa kondisi Suriah sedang tidak aman dan tidak mau lanjut terbang. Tapi kalau mereka tetap melanjutkan perjalanan, apa yang bisa terjadi dengan mereka di Suriah. Enggak bisa diprediksi apa benar mereka ini adalah korban pertama, atau sebelumnya sudah banyak WNI yang ke Suriah dengan modus yang sama tapi tidak ketahuan oleh Pemerintah.
ADVERTISEMENT
Saya kemudian melakukan pendekatan ke otoritas bandara Lebanon dan meminta bantuan apabila ada WNI yang ingin melanjutkan penerbangan ke Suriah, mohon dicek secara rinci tujuan mereka ke sana. Apabila ada WNI yang mau ke Suriah, mohon agar KBRI dapat dikabari segera agar dapat melakukan pengecekan.
Kabar baiknya sahabat, otoritas Lebanon mau membantu. Bahkan mereka bilang kalau pihak imigrasi Lebanon akan melakukan pencegatan apabila ketahuan ada WNI yang akan ke Suriah baik dari bandara maupun perbatasan darat Lebanon – Suriah.
Kalau ada yang ketahuan, imigrasi Lebanon juga akan langsung menghubungi KBRI untuk dapat memberikan bantuan. Luar biasa bukan sahabat. Bersyukur saya bahwa Pemerintah Lebanon sangat peduli kepada WNI kita, dan dengan adanya komitmen ini saya rasa upaya pencegahan WNI untuk masuk ke Suriah melalui Lebanon sudah cukup memadai.
ADVERTISEMENT
Kabar terakhir yang saya dapat, ke-14 WNI telah sampai ke Indonesia dengan selamat dan telah dibantu instansi terkait di Indonesia untuk pulang ke daerah mereka masing-masing.
Begitu sahabat, sekelumit permasalahan yang pernah saya alami dalam menangani upaya pengiriman ilegal WNI ke Suriah. Kesal saya melihat fakta masih ada orang yang tega untuk “menjual” seseorang ke daerah berbahaya hanya demi mendapatkan keuntungan. Tapi untungnya Pemerintah Indonesia terus berupaya agar kasus-kasus seperti ini bisa dicegah dikemudian hari.
Pesan saya sahabat, membantu Pemerintah Indonesia untuk menghentikan perdagangan orang ga perlu dengan cara yang ribet. Cukup dengan peduli pada lingkungan sekitar. Misalnya nih sahabat lagi jalan-jalan ke luar negeri dan melihat di bandara ada segerombolan orang Indonesia yang (maaf) kelihatannya tidak begitu cocok untuk berpergian ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Coba sahabat iseng-iseng bertanya mengapa mereka di sana dan tujuannya mau kemana. Kalau ternyata mereka akan pergi ke negara yang sahabat tahu sedang tidak aman kondisinya, bisa tanya lebih lanjut kenapa sih mereka mau ke negara itu. Dan kalau ternyata mereka mau bekerja, segera kasih tau otoritas bandara dan minta mereka hubungi KBRI terdekat karena ada indikasi mereka korban TPPO.
Atau mungkin di daerah tempat sahabat tinggal, misalnya, mendengar obrolan orang mengenai saudara anda yang ingin bekerja di luar negeri, tetapi ke negara yang pemerintah sudah menghentikan pengiriman tenaga kerja non-profesional seperti ke timur tengah.
Sahabat bisa beri penjelasan kalau pergi ke negara tersebut sangat berisiko. Atau kalau sahabat mendapat informasi lebih lanjut ternyata orang tersebut berangkat karena keluarganya berhutang, bisa sangat mungkin orang tersebut dan keluarganya sudah dijebak oleh oknum perdagangan orang. Segera laporkan ke pihak berwajib kalau mengetahui situasi seperti ini.
ADVERTISEMENT
Mudah-mudahan dengan kepedulian dan bantuan para sahabat, mereka yang tadinya hampir diperdaya untuk menjadi korban perdagangan orang, bisa diselamatkan.