Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Hezbollah Juga Manusia?
4 April 2019 20:32 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Charles Somara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sahabat, masih ingat kan cerita saya mengenai Lebanon pada artikel-artikel sebelumnya? Pada cerita saya kali ini, saya ingin kembali menceritakan pengalaman saya di Lebanon khususnya sudut pandang dan pendapat saya, mengenai sebuah kelompok di sana yaitu Hezbollah. Ini bukan tulisan bermuatan politis atau ada niat khusus untuk membela suatu kelompok ya, sahabat.
ADVERTISEMENT
Saya hanya bermaksud untuk memberikan pandangan pribadi berdasarkan pengalaman di Lebanon bahwa apapun/siapapun kelompok/pribadi yang dituding berbahaya atau mengancam, mereka tetaplah manusia yang pasti punya rasa manusiawi juga. Begitu ya sahabat.
Dari artikel-artikel saya sebelumnya, mungkin sahabat bisa berasumsi bahwa Lebanon adalah negara yang indah dan aman. Tapi tahukah sahabat bahwa sejak tahun 1948 hingga saat ini, Lebanon dan Israel (negara yang saling berbatas darat) merupakan dua negara yang masih dalam status perang.
Kedua negara pun tidak hentinya untuk terus mencoba melakukan serangan ke satu sama lain, di mana serangan terbesar terakhir dilakukan oleh Israel ke Lebanon pada tahun 2006. Tidak heran hingga detik ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih menempatkan pasukan perdamaian di perbatasan kedua negara untuk menjaga stabilitas keamanan di sana.
ADVERTISEMENT
Sebutan bagi pasukan perdamaian itu adalah United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Hal yang membanggakan, Indonesia merupakan negara yang menyumbang kontingen tentara terbesar di UNIFIL dengan kekuatan tentara sekitar 1.280 personel.
Terlepas dari status perang antara Lebanon dan Israel, kondisi di Lebanon hingga tahun 1990 semakin diperparah dengan adanya perang saudara dari tahun 1975 hingga 1990. Mengerikan sahabat perang saudara di Lebanon. Dari literatur yang saya baca, perang saudara ini terjadi karena konflik agama antara Kristen Maronit, Islam Sunni, dan Islam Syiah. Hasil dari perang saudara juga masih bisa terlihat hingga sekarang di mana banyak gedung di Lebanon yang berlubang dan hancur karena tembakan senjata dan bom.
ADVERTISEMENT
Saya pernah berbincang dengan salah seorang teman saya warga Lebanon mengenai perang saudara ini. Namanya Ziad, dia adalah seorang Kristen Maronit. Menurut Ziad, pada saat perang saudara berlangsung, kondisi di Lebanon sangat genting. Hampir setiap hari mereka harus waspada terhadap serangan yang sewaktu-waktu datang dari kelompok oposisi.
Saat pergi ke sekolah, orang tua Ziad harus memastikan bahwa jalur yang dilalui bukanlah daerah yang dikuasai kelompok lawan. Karena kalau sampai ketahuan mereka bukan kelompoknya dan masuk ke wilayah tersebut, bisa bahaya dan dituduh mata-mata. Kebayang enggak sahabat? Orang Lebanon harus mengalami masa-masa seperti itu selama 15 tahun. Mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi di Indonesia ya.
ADVERTISEMENT
Nah pada saat perang saudara inilah sahabat, kelompok Hezbollah mulai dibentuk tahun 1985. Jadi awal mula Hezbollah terbentuk karena pada saat perang Lebanon–Israel tahun 1982, banyak warga Islam Syiah Lebanon di bagian selatan Lebanon yang terpojok karena kepungan kelompok militer Kristen yang didukung oleh Israel.
Kebayang kan sahabat bagaimana rumitnya politik dan keamanan Lebanon pada saat itu. Karena kondisi itulah, Iran yang juga bersitegang dengan Israel, membantu warga Islam Syiah di sana dan membentuk kelompok Hezbollah. Jadi tujuan awal kelompok ini adalah untuk menjaga wilayah mereka pada saat perang saudara yang juga bertindihan dengan konflik Israel pada saat itu.
Kalau mau diartikan secara harafiah, arti kata Hezbollah adalah Partai Allah atau Partai Tuhan. Entah kebetulan atau tidak, nama itu juga menjadikan Hezbollah saat ini sebagai salah satu partai politik besar dan penting di Lebanon. Bahkan mereka banyak memperoleh kursi di Parlemen Lebanon dan dapat memengaruhi keputusan politis di sana.
ADVERTISEMENT
Hezbollah selain sebagai partai, dengan melihat sejarah berdirinya, saat ini juga mempunyai sayap militer yang dinilai kekuatannya melebihi kekuatan militer yang dimiliki tentara Lebanon.
Saya tidak tahu pastinya kenapa sahabat, tapi saat ini Hezbollah dikategorikan oleh banyak negara sebagai suatu kelompok teroris. Saya juga tidak akan membahas lebih dalam mengenai kenapa Hezbollah dikategorikan sebagai teroris. Tapi kalau kita melihat pernyataan dari AS misalnya mengenai Hezbollah, mereka mengatakan Hezbollah adalah kelompok teroris asal Lebanon yang mempunyai kekuatan militer dan politik, dan mempertahankan posisi kekuatannya di Lebanon.
Hezbollah juga bertujuan untuk menghancurkan negara Israel, melakukan tindakan balasan ke 'Barat', dan menyediakan dukungan paramiliter kepada rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Anehnya sahabat, kebanyakan orang Lebanon saat ini yang melihat Hezbollah bukan sebagai kelompok teroris, tetapi sebagai salah satu kelompok yang ikut menjaga keamanan Lebanon.
ADVERTISEMENT
Seorang teman Lebanon saya yang beragama Islam Sunni bernama Ahmed mengatakan Hezbollah banyak membantu Pemerintah Lebanon dalam perang melawan Israel. Hal ini karena kalau mau jujur kata dia, kekuatan tentara Hezbollah jauh lebih kuat dari tentara Lebanon.
Teman Lebanon saya yang lain bernama Ali (Islam Syiah) mengatakan kekuatan paramiliter Hezbollah tidak hanya didukung oleh persenjataan yang kuat. Tetapi alur komando di Hezbollah juga sangat terstruktur sehingga mudah bagi mereka apabila ingin mengerahkan pasukan.
Seperti pada perang Lebanon–Israel tahun 2006 kata Ali, ketika perang pertama meletus, Hezbollah lah yang langsung turun tangan melakukan serangan balasan dan langsung menempatkan tentara di titik-titik penting. Ketika kondisi sudah mulai kondusif dan mulai bisa ditangani oleh Pemerintah Lebanon, atas instruksi dari komandan tertinggi, seluruh tentara yang berjaga di titik-titik penting langsung balik kanan dan memberikan kontrol pengawasan kepada tentara Lebanon. Terstruktur seperti itu alur komando di Hezbollah kata Ali.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri punya pengalaman menarik dengan Hezbollah. Sudah merupakan aturan tidak tertulis bagi kalangan diplomat asing di Lebanon untuk tidak pergi ke daerah-daerah yang dikuasai Hezbollah tanpa adanya pengawalan resmi karena adanya stigma negara barat. Tetapi saya lihat aturan tersebut tidak berlaku buat dua negara yaitu Iran (karena mereka pendukung Hezbollah sejak awal) dan Indonesia. Nah, Indonesia ini yang unik, sahabat. Hezbollah tidak sama sekali menganggap Indonesia musuh.
Ada sedikitnya dua alasan menurut saya kenapa itu bisa terjadi. Pertama, karena Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam. Kedua, tentara kita di UNIFIL yang daerah operasinya merupakan daerah kekuasaan Hezbollah mendapat simpati dan sambutan yang sangat positif di sana karena keberhasilan cara pendekatan dan penanganan masalah yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Saya bahkan mendapat informasi dari sumber yang tidak bisa saya sebutkan, beberapa tahun lalu pernah ada kunjungan dan pertemuan tertutup antara salah satu ulama besar Indonesia dengan pimpinan tertinggi Hezbollah, Hassan Nasrallah, di Lebanon. Dalam pertemuan itu, Nasrallah secara tegas mengatakan bahwa “Tentara Indonesia di UNIFIL adalah anak-anak saya. Mereka tidak perlu khawatir dalam menjalankan tugas dan teruslah lakukan apa yang telah dilakukan”.
Kembali ke pengalaman saya, selama di Lebanon dan sering pergi ke daerah-daerah yang dikuasai Hezbollah tidak pernah saya merasa takut atau ada ancaman. Malahan saya merasa aman karena entah kenapa merasa selalu 'diawasi', atau mungkin bahasa halusnya dijaga oleh mereka. Saya suka lho makan di daerah Hezbollah karena selain rasanya enak, harganya relatif lebih murah. Belanja kebutuhan sehari-hari juga entah kenapa, lebih murah di daerah Hezbollah.
ADVERTISEMENT
Pengalaman paling unik saya waktu diajak teman-teman Indonesia ke pemandian tradisional arab (Hammam Maghribi) di daerah Hezbollah. Ini pengalaman unik karena di pemandian tradisional arab, kita tidak hanya sekadar mandi tetapi juga disediakan ruang sauna dan pijat.
Eh tapi jangan pikir yang engga-engga ya. Di sini, pemandian tradisional arab jadwalnya dibagi dua yaitu waktu untuk pria dan waktu untuk wanita. Kalau saya mau ke sana tapi waktu yang tersedia untuk wanita, maka saya tidak dapat masuk. Dan waktu saya di pemandian, semuanya laki-laki termasuk yang memijat (sakit pijatannya, tenaga orang arab kuat bener).
Nah, yang bikin pengalaman ini paling unik karena pemandian berada di daerah Hezbollah, maka dapat dipastikan semua orang yang ada di sana, termasuk pekerja, adalah orang Hezbollah. Lucunya lagi, setelah selesai mandi dan kami bersantai minum teh di restoran pemandian, ada dua anak muda yang tiba-tiba datang dan sok ngobrol dengan kami. Tapi saya melihat bahwa sembari mengobrol, mereka mencoba mengambil gambar secara diam-diam.
ADVERTISEMENT
Ya saya sih diamkan saja karena saya tahu pasti mereka disuruh untuk mencari tahu siapa orang asing yang datang ke daerah mereka. Dan kalau tahu dari Indonesia, pasti tidak apa-apa dan justru saya merasa dijaga selama berada di sana.
Begitu sahabat pengalaman saya berinteraksi dengan kelompok Hezbollah di Lebanon. Mungkin bagi sebagian orang/negara menganggap Hezbollah sebagai kelompok teroris dan berbahaya. Tapi kalau saya melihat kepribadian dan keseharian orang-orang Hezbollah di Lebanon, saya rasa mereka tetaplah manusia biasa yang hidup dengan normal. Selama kita sopan, hormat, dan bersikap ramah ke mereka, layaknya manusia biasa mereka juga akan sopan, ramah, dan menghormati kita.
Jadi sahabat, saya mohon sekali lagi tulisan ini jangan dilihat sebagai suatu tulisan bermuatan politis yang mempunyai kecenderungan untuk membela suatu kelompok/organisasi ya. Saya hanya ingin memberikan pandangan sebagai seorang manusia, bagaimana manusia dari sebuah kelompok/organisasi yang katanya berbahaya memandang dan/atau memperlakukan manusia lainnya yang berasal dari kelompok/negara berbeda. Tapi dalam perspektif yang positif ya sahabat.
ADVERTISEMENT