Wanita Punya Hak untuk Memimpin dalam Dunia Pekerjaan

Chelsea Theresia Wang
Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
2 Januari 2023 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chelsea Theresia Wang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.canva.com/design/DAFV1RGzj34/Xf9Ih6awCKEfWwVWnhxVLQ/view?utm_content=DAFV1RGzj34&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=publishsharelink
zoom-in-whitePerbesar
https://www.canva.com/design/DAFV1RGzj34/Xf9Ih6awCKEfWwVWnhxVLQ/view?utm_content=DAFV1RGzj34&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=publishsharelink
ADVERTISEMENT
Di dalam dunia pekerjaan ada berbagai masalah yang pasti akan terjadi, salah satunya adalah ketidaksetaraan gender pada dunia kerja. Orang-orang masih melihat bahwa peran pria dalam dunia kerja lebih baik dan pria memiliki keterampilan memimpin yang baik serta bisa di katakan bahwa pria memiliki derajat yang tinggi pada dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Sehingga, ketika melihat wanita bekerja dengan memiliki jabatan sebagai pemimpin, banyak yang meremehkannya serta sering kali terjadi orang-orang mengatakan bahwa wanita tidak cocok untuk menjadi pemimpin atau mengatakan bahwa wanita kalau memimpin itu tidak becus. (Halim et al., 2019) Tidak hanya itu, banyak orang juga masih memandang konsep lama bahwa wanita tidak perlu bekerja karena yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban bekerja adalah pria.
Berdasarkan (Annazah, 2021) menyatakan bahwa partisipan wanita yang bergabung pada dunia kerja pada tahun 2019 sebanyak 51,89%, sedangkan partisipan pria yang bergabung pada dunia kerja pada tahun 2019 sebanyak 83,13%. Oleh karena itu, mari kenali lebih dekat dengan faktor perbedaan partisipan wanita dan pria di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Faktor Gender
Istilah gender digunakan untuk menunjukkan perbedaan pria dan wanita yang dipelajari dari jenis kelamin yang dapat memberikan perbedaan berdasarkan biologis pria dan wanita. Perbedaan yang bisa dilihat berdasarkan sifat, yaitu untuk pria memiliki sifat yang maskulin, sedangkan untuk wanita memiliki sifat yang feminism. (Weiten et al., 2018)
Faktor Seksisme
Seksisme merupakan sebuah tindakan prasangka ataupun diskriminasi terhadap individu atas dasar jenis kelamin. Biasanya pelaku seksime yang sering terjadi adalah pria yang mendiskriminasi wanita pada dunia pekerjaan. (Weiten et al., 2018) Seksisme bisa terjadi dikarenakan adanya kepercayaan bahwa salah satu jenis dari gender lebih berharga dari yang lain, adanya chauvinism atau kecintaan yang berlebihan pada salah satu gender, memiliki sifat misogini atau kebencian terhadap wanita, dan terjadinya ketidakpercayaan kepada orang yang memiliki jenis gender yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Adapun pelaku seksisme yang ekstrem bahkan bisa melakukan kekerasan seksual, pemerkosaan, dan berbagai bentuk pelecehan seksual lainnya. (Salama, 2013) Berdasarkan (Jannah, 2021) pada tahun 2017 terdapat sebanyak 2.290 kasus atau 74% terjadinya kekerasan seksual dan diikuti dengan kekerasan fisik sebanyak 490 kasus atau 16%. Data ini berasal dari kasus-kasus yang telah dilaporkan saja.
Kelebihan Wanita dalam Memimpin
Menurut (Afriani et al., 2021) bahwa kepemimpinan wanita tidak kalah jauh dari pria. Selain itu, wanita juga memiliki kecerdasan dan kekuatan dalam menempatkan diri di tempat kerja, di rumah, bahkan dalam lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu, wanita dengan memiliki gaya kepemimpinan feminism lebih memilih berfokus pada hubungan kinerja dengan anggotanya dibandingkan ketercapaian tugas. (Tsany & Setiawan, 2022) Dengan wanita memiliki gaya feminism dapat membantu menyeimbangi pria yang memiliki gaya maskulin, hal ini terjadi dikarenakan wanita memiliki pengalaman konkret dan berbeda yang bisa membedakan wanita dengan pria adalah pengalaman sebagai ibu, mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, dan mengasuh anak (Yulianti et al., 2018)
ADVERTISEMENT
Adapun hal yang membuat wanita bisa di katakan sebagai pemimpin yang baik, yaitu wanita yang memimpin sangat memahami bawahannya, pendengar yang baik, lebih rinci, dan punya dorongan untuk sukses. Wanita yang memimpin memiliki kualitas yang terbaik serta mampu memahami bawahannya serta mempertimbangkan pandangan dari bawahannya. Selanjutnya, wanita merupakan individu yang memiliki kemampuan menjadi pendengar yang baik dan wanita memiliki kecenderungan untuk memberikan kesempatan untuk orang lain dapat memberikan pendapat sehingga hal ini dapat membantu agar saat wanita memimpin dengan bawahannya bisa melakukan kerja sama dengan baik antara satu sama lain. (Sasmita & Raihan, n.d.)
Kemudian, wanita merupakan seorang yang bisa lebih rinci atau detail akan suatu hal serta tidak melewatkan hal sekecil apa pun itu, sehingga ketika wanita memimpin akan cenderung memiliki kepedulian yang tinggi akan hal yang kecil dari pekerjaan maupun bawahannya. Terakhir, faktor penghambat wanita dalam menjadi pemimpin, yaitu gender dan seksisme. Kedua hal ini yang membuat jadi tekanan bagi wanita, dengan adanya tekanan ini membantu meningkatkan keinginan wanita untuk bisa sukses serta menunjukkan bahwa wanita juga bisa memimpin. (Sasmita & Raihan, n.d.)
ADVERTISEMENT
Jadi, seharusnya pada zaman sekarang sudah tidak perlu adanya ketidaksetaraan gender pada dunia pekerjaan, baik wanita maupun pria memiliki kesetaraan yang sama serta memiliki kelebihan masing-masing. Selain itu, gender apa pun juga bisa memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin tanpa ada batasan maupun syarat, termasuk wanita pun juga bisa menjadi pemimpin. Berilah kesempatan untuk wanita bisa bekerja dengan jabatan pemimpin tanpa adanya membahas permasalahan gender maupun perilaku seksisme.