Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Wisata Museum MACAN Kian Ramai, Benarkah Tujuan Pengunjung Hanya Estetika Foto?
6 April 2022 18:32 WIB
Tulisan dari Chelsea Anastasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hingar-bingar sudut jalan yang takkan pernah mati, kota yang sama yang membuatku merasa sepi. Tampaknya, Kunto Aji tidak berbohong ketika menulis lirik lagu “Jakarta Jakarta”. Warga Jakarta membutuhkan banyak tempat wisata di kota metropolitan ini untuk menghilangkan letih yang seringkali hadirnya bersamaan dengan sepi. Sementara itu, tempat wisata di pusat Jakarta dikenal dengan museum-museum bersejarah—yang hampir semuanya telah menjadi destinasi “langganan” karyawisata sekolah-sekolah dasar di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Mulai tahun 2017, museum di Jakarta memiliki terobosan baru. Terobosan tersebut berwujudkan ruang aman untuk seni berparas modern dan kontemporer. Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) menawarkan pameran-pameran seni modern dan kontemporer yang dapat memikat mata dan hati siapapun yang melihatnya. Terletak di Kebon Jeruk, museum yang luasnya sekitar 4000 meter persegi ini baru kembali dibuka untuk umum pada Sabtu, 26 Maret 2022 setelah lama tutup karena pandemi.
Museum yang didirikan oleh Haryanto Adikoesoemo ini berusaha memberikan pengalaman yang menarik untuk pengunjung lewat susunan isi museum yang terarah. Menurut direktur Museum MACAN Aaron Seeto, peran museum bukan hanya untuk memamerkan karya seni, melainkan juga untuk melindungi karya seni dalam jangka waktu yang panjang. Karena pertimbangan tersebut, lokasi Museum MACAN di Jakarta merupakan pilihan yang strategis untuk mengatur pencahayaan, serta mengontrol kelembaban dan suhu udara.
Edukasi dan Pertukaran Budaya
ADVERTISEMENT
Museum ini memiliki visi edukasi sebagai visi utamanya. Aaron menuturkan, tujuan Museum MACAN adalah menampilkan banyak hal untuk Indonesia dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Pengaturan suhu di museum ini menjadi salah satu faktor pendukung museum ini dapat meminjam berbagai karya seni dari bangsa-bangsa lainnya, seperti salah satu instalasi favorit pengunjung, Infinity Mirrored Room – Brilliance of the Souls karya Yayoi Kusama dari Jepang.
Berbagai budaya dalam satu museum memunculkan pertukaran budaya yang terjadi antara Indonesia dan negara lain. Hal ini berdampak pada pertukaran yang mendorong individu berinteraksi dengan individu lainnya di seluruh dunia. Dengan tetap berbasis lokal lewat karya-karya seniman Indonesia yang dipamerkan, Museum MACAN ingin menciptakan dialog dua arah dengan dunia lewat model museum yang kontemporer. Bagi Aaron, kita bisa banyak belajar tentang cara hidup kita dan orang lain dengan melihat karya para seniman.
ADVERTISEMENT
Museum MACAN juga memiliki instalasi bernama Ruang Seni Anak. Di sana, para orang tua diperbolehkan menemani anaknya melihat karya dari berbagai seniman yang dapat disukai anak-anak. Seni yang dipajang tentu juga sesuai dengan minat anak-anak, seperti tokoh-tokoh Marvel Cinematic Universe.
Estetika Foto
Di museum ini, ketika menginjakkan langkah pertama ke dalamnya, kita dapat langsung menemukan orang yang sedang berfoto di depan seni yang dipamerkan. Tak heran, karya-karya seni yang ditampilkan di museum ini memang berbeda dari yang lainnya. Pemandangan para pengunjung berpose di depan karya seni memberi kesan seakan-akan tujuan pengunjung hanyalah mencari estetika foto. Jangan-jangan … benarkah demikian?
Ketika menghampiri pengunjung dengan rambut sebahu berbaju oversized, ia baru saja selesai mengambil foto untuk temannya. “Kalau untuk foto-foto doang, sih, enggak juga. Di sini banyak seni yang bisa kita tafsirkan sendiri gitu maknanya,” ujarnya yang memperkenalkan diri dengan panggilan Siska. “Lagian kalau menurutku, ke sini kalau foto-foto doang malah sayang, gak worth it, soalnya mahal juga. Tapi kalau kita sambil menikmati seninya, belajar juga gitu ya, worth it banget sih,” lanjutnya. Menurut Siska, menikmati, mempelajari, dan menafsirkan karya seni yang ada lebih penting dari mengambil foto saja. Meskipun begitu, ia tetap merasa tidak ada salahnya untuk mengambil foto karena ia pun melakukannya.
ADVERTISEMENT
Pengunjung kedua yang dapat dijangkau adalah seorang pemuda yang datang sendirian dengan kameranya. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Randy. “Kalau saya ke sini emang buat foto-foto aja sih, kebetulan (saya) fotografer,” tutur Randy.
“Karena karya di sini tuh gayanya modern, jadi kalau dipotret (karyanya) lebih menarik meskipun karya itu sendiri aja yang jadi objek,” lanjutnya. Menurut Randy, pengunjung yang datang hanya untuk berfoto di depan karya seni bukanlah sebuah masalah. Hal tersebut bisa jadi salah satu cara pengunjung mengekspresikan dirinya, yaitu memotret diri dengan latar yang estetik. Lagipula, bagi Randy, memotret karya seni ataupun diri di depan karya seni merupakan salah satu cara menghargai seniman dan karyanya.
Tentu selalu ada dua tipe pengunjung dalam sebuah museum, yaitu yang menikmati seni sebagai tujuan utama berkunjung dan yang bertujuan untuk mencari estetika foto. Saat ini, tipe pengunjung yang pertama masih dapat ditemui di museum, umumnya mereka yang lebih dalam memahami seni. Kedua tipe pengunjung sah-sah saja untuk masuk ke dalam museum selama museum memperbolehkan penggunaan kamera dan pengunjung tidak merusak karya seni. Lagipula, minat yang tinggi dari warga Jakarta untuk mengunjungi Museum MACAN dan museum-museum lainnya sudah merupakan langkah yang baik untuk mewujudkan tujuan edukasi museum.
ADVERTISEMENT