Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Sulitnya Pertahankan Sopan Santun saat Usia Beranjak Dewasa
30 Januari 2023 11:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Chelsea Cornelia Chandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini banyak video viral yang menunjukkan siswa SMA berperilaku sangat tidak sopan terhadap orang di sekitarnya, mulai dari guru, orang tua, bahkan temannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Banyak dari mereka yang merasa dirinya adalah seseorang yang tidak memerlukan etika sopan santun dan memperlakukan orang lain semau mereka. Namun, apakah sebenarnya sikap sopan santun ini tidak ada dalam diri mereka?
Masyarakat Indonesia dikenal dengan budaya sopan santun dan sikap terpuji lainnya yang dijunjung tinggi sejak zaman dahulu. Dari kecil kita pastinya diajarkan sopan santun oleh orang tua kita ataupun orang dewasa di sekitar kita, namun apakah itu akan bertahan hingga kita dewasa?
Sebagai seorang manusia yang merupakan individu sosial, setiap hari kita selalu bertemu orang lain yang di mana ini membutuhkan sikap mulia itu untuk dihargai oleh orang di sekitar kita.
Tapi, perlahan sikap tersebut mulai hilang entah ke mana, mulai dari individu di sekitar kita yang menunjukkan sikap tersebut atau mungkin kita sendiri yang melakukan hal tidak berlogika itu.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengamatan kita, sopan santun pada masyarakat Indonesia khususnya para remaja jarang sekali menyantunkan sikap mereka ke orang yang lebih tua bahkan ke orang yang seumuran dengan mereka.
Bisa dilihat ke lingkungan sekitar kita, mereka menunjukkan sikap kurang sopan seperti tidak menyapa, berkata kasar, membantah orang tua, berperilaku keras, tidak mengerti kata terima kasih, maaf, ataupun permisi. Sikap yang baik pun perlahan menghilang khususnya seiring bertambahnya umur mereka.
Perkataan yang mengandung unsur maaf pun semakin jarang terucap dari sebagian siswa khususnya siswa sekolah menengah atas atau SMA, contohnya murid SMA yang lebih memilih untuk memukul atau berkata kasar kepada guru mereka sendiri.
Belum lagi, anak SMA yang melawan sesama anak SMA lainnya atau sering disebut tawuran karena hal kecil. Namun, karena keegoisan mereka dalam bertindak menyebabkan berbagai hal buruk datang.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari sumber yang ada, perubahan sifat ini terjadi karena faktor internal maupun faktor eksternal yang diri mereka dapatkan sehingga mengubah mereka menjadi pribadi yang buruk.
Namun, apakah sifat ini dapat diubah lagi ke sifat baik sebelumnya? Tentu bisa. Kita sebagai anak murid apalagi yang bisa sadar akan kesalahan menjadi salah satu langkah untuk berubah untuk lebih baik lagi.
Sebagai seorang individu, kita harus dapat berproses terus menerus dan menerima bila kita salah bukan melawan kembali dengan sikap kasar yang malah membuang sikap positif dalam diri kita. Jadi, selagi kita bisa menahan sikap baik tidak keluar dari tubuh kita agar menjadi manusia yang tetap positif dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT