Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa Itu Stoikisme dan Bagaimana Menerapkannya?
21 Januari 2023 9:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari CHEONG CHALLY CRISTIAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa Itu Stoikisme?
Stoikisme atau bisa kita kenal “stoik”, adalah salah satu filosofi kuno yang praktis dan mungkin telah dipraktikkan oleh banyak orang tanpa mengenal istilahnya. Aliran filsafat yang satu ini juga tidak memiliki tumpang tindih dengan suatu kepercayaan atau agama.
ADVERTISEMENT
Stoikisme adalah aliran dan pemikiran yang berasal dari masa Yunani Kuno sekitar tahun 301 SM. Ajaran ini dibawa oleh Zeno dari Citium dan terus berkembang sampai saat ini. Terdapat 3 karya Stoa Romawi kuno yang sangat berpengaruh hingga sekarang, yakni karya milik Seneca si pedagang, Marcus Aurelius sang kaisar, dan Epictetus si budak. Ketika orang terus mengembangkan ajaran dari Zeno secara berdampingan. Dengan demikian, stoikisme dinilai sangat inklusif, bukan menjadi aliran pikiran dan filsafat yang hanya bisa dinikmati kalangan tertentu.
Stoikisme mendefinisikan hidup terbagi menjadi dua yaitu; Dimensi internal dan eksternal yang dikatakan dikotomi kendali. Dimensi internal adalah segala sesuatu yang berada dalam kendali kita secara penuh. Seperti, kehendak kita, etos kerja kita dan profesionalitas kita, aksi kita. Semua berada di kendali diri kita. Namun, berbeda dengan dimensi eksternal, dimensi eksternal hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti penilaian seseorang, respon orang lain, dan pendapat orang lain.
ADVERTISEMENT
Masalah yang sering ditemukan dalam kehidupan saat ini adalah, pribadi seseorang lebih condong terhadap dimensi eksternal, yang di mana mereka menaruh faktor kepuasan dan kebahagiaan mereka di dimensi eksternal. Sehingga mudah terjadinya hal-hal yang membuat mereka terjatuh karena harapan mereka atas apa yang tidak bisa mereka kendalikan tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.
Oleh karena itu, Stoikisme mengajarkan agar kita bisa memisahkan antara dimensi internal sebagai hal yang bisa kita kendalikan, dan dimensi eksternal sebagai hal yang tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya pemisahan ini, diharapkan kita menjadi lebih tenang dan terhindar dari kekecewaan akibat ekspektasi berlebihan.
Cara Sederhana Mempraktikkan Stoikisme;
1. Fokus Apa yang Bisa Kita Lakukan
Kita tidak memiliki kendali atas banyak peristiwa kehidupan, contohnya adalah, dimensi eksternal. Alih-alih banyak yang menaruh faktor kebahagiaan mereka di dimensi eksternal. Perlu disadari bahwa, banyak hal yang tidak bisa kendalikan oleh diri kita sendiri, contohnya adalah penilaian seseorang. Kita tidak bisa memiliki kehendak untuk apa kita dinilai tetapi kita hanya bisa mengendalikan apa yang kita bisa seperti, aksi kita, pemikiran kita, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
2. Menjaga Waktu yang Kita Miliki
Kaum Stoa tahu bahwa waktu adalah sumber daya kita yang paling berharga. Waktu, tidak seperti milik kita, tidak dapat diganti begitu hilang. Akibatnya, kita harus berusaha untuk menyia-nyiakannya sesedikit mungkin. Mereka yang menyia-nyiakan sumber daya yang terbatas ini untuk kesembronoan atau hiburan pada akhirnya akan kehabisan waktu. Kita akan kembali menghantui kita jika kita terus menunda melakukan sesuatu. Besok tidak pasti. Namun, mereka yang dengan bebas memberikan waktunya kepada orang lain juga akan menemukan bahwa mereka berada pada posisi yang sama dengan mereka yang menyia-nyiakannya.
3. Membuang Sikap Ego dan Kesombongan
Salah satu gangguan terbesar adalah ketika seseorang memiliki sikap egois dan sombong atas apa yang mereka bisa lakukan, seperti misalnya mereka percaya bahwa mereka bisa melakukan sesuatu di berbagai aspek, sehingga mereka berpendapat apa yang tidak bisa dikendalikan mereka adalah suatu hal yang bisa mereka kendalikan. Sehingga tak jarang beberapa orang yang memiliki pemikiran seperti itu merasa kecewa atas dirinya sendiri atau apa yang telah terjadi. Karena ego dan kesombongan mereka telah menutupi fakta yang ada.
ADVERTISEMENT
Stoikisme adalah ide yang bijaksana, kenapa? Karena kita semua memiliki kesan bahwa kita berada di pusat dunia. Itu menciptakan ilusi tentang kedudukan kita yang menjadi pusat perhatian semua orang. Kita membayangkan bahwa kita adalah karakter utama dalam cerita kita sendiri. Namun, pada kenyataannya, kita hanya memiliki persepsi ini di dalam pikiran kita. Hidup harus benar benar realistis dan tidak mengkhayalkan sesuatu yang tidak-tidak. Belajar untuk memahami kekuatan dan keterbatasan dalam diri kita, adalah jalan yang terbaik untuk memahami diri kita sendiri. Kita juga harus mengantisipasi untuk hidup dalam kemungkinan terjadinya situasi yang buruk atau situasi yang diluar kendali kita.