Musim Kampanye Di Depan Mata: 3 Tips Agar Tidak Kehilangan Teman dan Saudara

Konten dari Pengguna
17 Oktober 2018 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chiara Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Pixabay.com
Siapa di sini yang mulai was-was dengan musim kampanye Presiden di depan mata? Berkaca dari pengalaman musim kampanye sebelumnya banyak cerita yang penulis lihat dan dengar bahwa kampanye tersebut menyebabkan putusnya tali silatuhrahmi antar teman bahkan keluarga. Wow…drama bener ya hehe. Penulis sendiri sempat mengalami diskusi panas dengan keluarga inti yang memiliki perbedaan pandangan di kampanye Presiden 2014 yang lalu tapi alhamdulillah tidak membuat hubungan kami terputus. Setelah itu Hayati lelah kalo harus ribut-ribut lagi masalah kampanye dan idola capres. Kan gak lucuudah gede gini gak tegor-tegoran di acara keluarga atau reuni atau arisan hehe.
ADVERTISEMENT
Belajar dari pengalaman tersebut dan terinspirasi dari salah satu mata pelajaran Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) ke-62, Kementerian Luar Negeri, yang sedang dijalani oleh penulis berjudul ‘Pentingnya Pemahaman Literasi Digital di Era Teknologi Informasi’ oleh Dr. Shafiq Pontoh, chief strategy officer dari perusahaan konsultan Provetic, maka lahirlah tulisan sederhana ini.
Saya mengambil beberapa poin dari kuliah oleh Mas Shafiq sebagai bekal kita menghadapi masa kampanye ke depan. Berikut beberapa tips agar hidup kita tetap tenang dan damai dan terus memelihara hubungan baik dengan orang-orang terkasih di sekeliling kita:
1. JANGAN Mau Jadi Korban MICRO-TARGETING.
Sumber: Pixabay.com
Kemajuan buatan atau artificial intelligence (AI) saat ini sangat mendominasi kehidupan kita sehari-hari. Pernah terpikir tidak ketika kita buka email atau platform media sosial terdapat iklan-iklan yang sangat mirip dengan hasil pencarian di mesin pencari ataupun komunikasi kita dalam email ataupun aplikasi telepon?
ADVERTISEMENT
Kebetulan? Tentu tidak.
Saya juga menyadari hal serupa setelah membeli barang-barang online. Beberapa hari ke depan platform media sosial saya akan dibajiri dengan iklan produk serupa.
Sekali lagi hal tersebut bukanlah kebetulan. Bukan juga ‘mestakung’ alias semesta mendukung tapi saya menjadi target micro-targeting dan kemungkinan besar Anda pun telah menjadi korban sistem yang sama.
Micro-targeting menurut beberapa sumber terbuka merupakan strategi pemasaran yang memanfaatkan big data pengguna sehingga dapat mengidentifikasi rasa ketertarikan individu terhadap sesuatu produk atau isu sehingga dapat mengemas pesan ataupun produk sesuai dengan selera individu tersebut.
Dengan menggunakan strategi micro-targeting maka pesan ataupun produk yang akan dijual akan lebih tepat sasaran. Oiya, micro-targeting tidak hanya digunakan untuk menjual produk ya. Sejak tahun 2004 strategi ini telah digunakan dalam kampanye politik di AS yang memenangkan Presiden George W. Bush untuk kedua kalinya, tahun 2008 dan 2012 untuk Presiden Barrack Obama dan tahun 2016 untuk Presiden Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Kenapa strategi micro-targeting berhasil? Karena setiap pesan atau iklan yang ditampilkan di buat tailor-made sesuai dengan karakteristik dari setiap individu. Steven Bertoni, staff Forbes, dalam wawancaranya dengan Jared Kushner, menantu dan tim kampanye Donald Trump, menyatakan bahwa kubu Trump menggunakan message tailoring, sentiment manipulation, dan machine learning dalam kampanyenya secara efektif dan terbukti berhasil.
Bagaimana cara kita agar tidak menjadi korban micro-targeting? Simpel banget. Batasi pemberian informasi pribadi kita di media online. Thats it. Pembatasan tersebut akan membetengi diri kita dari pencurian data pribadi yang dapat digunakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pelit-pelitlah memberikan info pribadi kita di media digital.
2. HOAX FREE ZONE PLEASE!
Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kadang kita terlalu passionate terhadap suatu isu ataupun capres idola kita sehingga kita tidak melakukan klarifikasi atas konten berita yang kita share. Efeknya dahsyat. Kasus RS adalah contoh baru-baru ini yang menurut kami paling fatal.
Untuk itu kiranya biasakan untuk ber-tabayyun dengan mencari kejelasan tentang sesuatu sehingga benar-benar jelas keadaannya. Jangan ber-tabayyun tetapi sudah memiliki agenda tertentu atau memiliki pandangan yang sudah ditetapkan. Itu artinya mencari justifikasi, bukan mencari kebenaran dan fakta.
Menyebarkan hoax itu artinya turut menyebarkan fitnah lho. Makanya hati-hati ya. Penyebar hoax itu nanggung dosa orang yang percaya juga kan… Serem ih.
Mas Shafiq Pontoh juga memberikan beberapa tips kiranya ada anggota grup chat yang suka mengirimkan hoax yaitu dengan kontak mereka melalui japri kemudian tanyakan konten yang di-share di dapat dari siapa, apakah benar infonya, tau dari mana, dstnya. Dengan demikian orang tersebut akan lebih berhati-hati dalam menyebarkan berita yang belum diketahui kebenarannya dan kita tetap menjaga hubungan baik karena telah ‘face-saving’ (menjaga kehormatan) mereka di mata anggota grup lainnya.
ADVERTISEMENT
Intinya jangan terpancing dan gegabah menyebarkan berita yang belum kita ketahui kebenarannya ya.
3. SEDEKAH “Like” dan “Share” KONTEN POSITIF
Sumber: Pixabay.com
Naaah…ini nih tip yang paling saya senangi. Kalo kita melihat konten yang positif maka rajin-rajinlah mencet tombol Like dan men-share-nya supaya timeline kita juga penuh dengan konten positif. Pokoknya penuhi platform media sosial kita dengan positivity. Istilahnya kita lakukan imunisasi digital dengan menyebarkan konten positif sehingga orang-orang disekeliling kita pun akan ikut menyebarkan konten positif. Kalo dah gini kan buka media sosial apapun jadi tenang, tentram dan gak emosian. Kalo saya suka share info kesehatan, video tentang binatang yang lucu-lucu dan tingkah laku anak-anak yang bikin gemaaaay.
ADVERTISEMENT
Semoga tiga tips ini membantu kita menghadapi kejamnya musim kampanye, menjadikan kita orang-orang yang bertanggung jawab atas konten yang kita sebarkan, dan dapat menjaga hubungan silaturahmi dengan orang-orang terkasih yaaaa.
Sumber: Pixabay.com