Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inisiasi Usaha Pupuk Organik Granul dari Sludge Biogas : Desa Kediri Lampung
18 Oktober 2024 10:04 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Sri Ismiyati Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pupuk menjadi barang langka dan mahal di kalangan petani saat ini. Pengurangan subsidi dan pembatasan jumlah pupuk subsidi, tidak hanya berimbas pada mahalnya pupuk namun juga kelangkaan pupuk (Santoso, 2023). Oleh karenanya, perlu dicari sumber pupuk lain yang terjangkau, sehingga petani bisa keluar dari masalah ini.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, banyak potensi di pedesaan yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (Admin, 2023) . Bahkan, pupuk yang diperoleh adalah pupuk organik yang memiliki beberapa kelebihan dibanding pupuk kimia yang selama ini dipakai petani (Hartatik et al., 2015) . Namun kurangnya informasi petani terkait potensi yang dimiliki, pun hampir tidak adanya pendampingan terkait iptek yang bisa diterapkan untuk memproduksi pupuk organik, membuat potensi itu tetap saja tak termanfaatkan dan petani tetap pusing dengan persoalan pupuk. Padahal jika limbah ini bisa dikelola dengan baik, tidak hanya menyelesaikan permasalahan pupuk di tingkat petani, bahkan memungkinkan untuk dijadikan komoditas usaha di desa.
Salah satu desa yang potensial mengolah limbah peternakannya menjadi usaha pupuk organik adalah Desa Kediri, yang terletak di Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Desa ini telah memanfaatkan kotoran sapi untuk memproduksi biogas yang digunakan untuk memasak harian dan penerangan saat listrik padam. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 20 digester biogas dengan kapasitas 4 m3, 10 m3, dan 12 m3 telah terinstal di desa ini. Pendampingan pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas telah dilakukan di desa ini oleh Tim Dosen Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) Universitas Lampung mulai tahun 2013. Dukungan pendanaan telah diberikan oleh Kemendikbudristek mulai tahun 2014-2020, melalui berbagai skim hibah yaitu skim IbM (Ipteks bagi Masyarakat), KKN-PPM, dan PPDM (Program Pengembangan Desa Mitra) (Damayanti et al., 2020 ).
ADVERTISEMENT
Digester biogas tidak hanya menghasilkan biogas, namun juga menghasilkan bioslurry yang potensial untuk dijadikan pupuk organik (Sogn, et al., 2018; Yafizham and Sutarno, 2018; Hartanto, dkk., 2013) . Namun, wujud bioslurry yang berupa campuran padatan dengan air dalam jumlah yang sangat banyak, membuatnya sulit untuk diaplikasikan ke lahan. Karenanya, masyarakat Desa Kediri dengan pendampingan dari Tim Abdimas Unila kembali membuat inovasi dengan mendesain dan menginstal alat pemisah bioslurry menjadi fasa padat dan cairnya dengan pendanaan dari Kemendikbudristek melalui skim hibah PPDM tahun 2020. Alat pemisah ini cukup sederhana, mudah dibuat dan dioperasikan masyarakat, serta mampu memisahkan bioslurry menjadi fasa padat dan cairnya dengan sangat baik. Alat ini langsung terhubung dengan digester biogas (Damayanti et al., 2022) .
Kualitas pupuk bioslurry padat (sludge) yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar SNI berdasar SK Mentan RI Nomor : 261/KPTS/SR.310/M/4/2019. Hanya saja kandungan E.Coli masih di atas batas yang diperbolehkan. Namun kandungan ini bisa dikurangi dengan cara menjemur sludge di terik matahari selama sekitar 7 hari. Pupuk ini ternyata sangat diminati baik masyarakat lokal Desa Kediri maupun masyarakat luar desa. Selain digunakan sendiri, masyarakat juga menjual sebagian sludge bioslurry yang masih berbentuk curah ini.
Namun, bentuk curah sludge di atas, masih kurang praktis sewaktu disebar di lahan. Banyak petani yang menginginkan pupuk berbentuk granul. Tim Dosen Unila kemudian melakukan penelitian terkait granulasi pupuk tersebut, salah satunya granulasi pupuk menggunakan tanah liat. Pupuk Organik Granul (POG) hasil penelitian telah memenuhi standar SNI POG, bahkan keberadaan E. Coli pada POG ini sudah di bawah ambang batas yang diperbolehkan.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya digester biogas penghasil sludge bioslurry di Desa Kediri, dan dengan siapnya iptek-iptek yang akan diterapkan untuk memproduksi POG, maka masyarakat dan pemerintah desa sepakat untuk mengelola pupuk ini secara komersil. Tim Abdimas Unila kembali mendampingi masyarakat untuk menginisiasi usaha POG berbahan baku sludge digester biogas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Pokdarwis “Biogas Square”. Pendampingan ini dilakukan dengan dukungan dana dari Kemendikbudristek melalui skema hibah Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM) Tahun Anggaran 2024. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pendampingan meliputi :
Koordinasi dan konsolidasi sebelum kegiatan
Kegiatan ini menyepakati dan mendiskusikan kegiatan yang akan dilakukan. Disampaikan kembali bagaimana prospek usaha POG, apa manfaat yang akan didapat masyarakat, bagaimana gambaran alur produksi POG dan operasional usaha ke depan, dan siapa saya yang akan masuk dalam tim usaha POG.
Pertemuan ini menyepakati dibentuknya tim khusus yang mengoperasikan usaha. Pada pertemuan ini juga dibahas terkait pemasaran produk.
ADVERTISEMENT
Pembuatan alat pemisah pupuk di 2 lokasi digester
Kelayakan ekonomi sebuah industri tak lepas dari kapasitas minimum produksinya. Pada kegiatan pendampingan inisiasi usaha POG ini juga dilakukan penambahan alat pemisah pupuk bioslurry untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Alat pemisah pupuk ini dibuat di 2 lokasi digester, yang tidak jauh dari “Biogas Square”. Pemilihan lokasi terdekat dilakukan untuk mengefisienkan aktivitas industri ke depan. Pengangkutan bahan baku menjadi lebih mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar.
Sebelum kegiatan berlangsung tim dosen abdimas melakukan kunjungan ke digester terpilih untuk melihat kondisi di lokasi dan berkomunikasi dengan warga yang ketempatan digester tersebut.
Pembangunan dilakukan dalam 6 hari, yang selanjutnya diikuti dengan kegiatan pengisian digester hingga bioslurrynya meluap menuju alat pemisah pupuk. Masyarakat turut membantu tenaga dan konsumsi ala kadarnya selama pembangunan.
Selain alat pemisah pupuk, yang merupakan salah satu alat produksi, masyarakat mitra juga disupport modal kerja berupa mesin giling sludge, semprotan air bertekanan, timbangan duduk, alat jahit karung, sekop, dan cangkul. Sedangkan pan granulator telah dimiliki desa.
ADVERTISEMENT
Pelatihan dan pendampingan pembuatan POG
3.1. Persiapan bahan baku
Bahan baku yang harus disiapkan adalah sludge yang sudah kering dan halus. Selain itu juga bahan perekat tanah liat yang sudah kering dan halus. Tanah liat yang digunakan hanya sekitar 10-20% dari sludge yang diolah. Bahan baku berupa sludge dan tanah liat dijemur dahulu, digiling, kemudian dikemas untuk stok bahan baku.
3.2. Pembuatan pupuk organik granul (POG)
Setelah bahan baku siap, dilakukan pelatihan dan pendampingan pembuatan POG. Bahan yang digunakan adalah sludge kering yang halus, perekat tanah liat yang kering dan halus, serta air. Alat yang digunakan adalah pan granulator dengan alat semprot bertekanan yang berfungsi untuk menyemprot air. Proses pembuatan diawali dengan penimbangan bahan baku, kemudian dilanjutkan dengan proses granulasi. POG yang terbentuk dikeringkan di bawah sinar matahari dengan dialasi terpal. POG yang telah kering diayak hingga diperoleh ukuran 2-5 mm, sesuai syarat ukuran SNI. POG reject baik undersize maupun oversize akan digiling ulang, kemudian digranulkan kembali. POG dikemas dalam karung berlabel dengan berat 10 kg dengan harga jual per karung Rp. 40.000.
Masyarakat sangat antusias dengan inisiasi industri POG berbahan baku sludge digester biogas ini. Masyarakat telah mampu mengolah limbah yang dimiliki sekaligus memproduksi POG yang siap dijual. Selain desa menjadi lebih bersih, petani pun tidak pusing lagi dengan masalah pupuk. Bahkan pendapatan meningkat, yang berasal dari keuntungan penjualan POG. Tantangan yang masih dihadapi di depan adalah kemampuan manajerial masyarakat untuk mengelola atau menjalankankan usaha POG secara berkelanjutan, yang tentunya menjadi PR kita bersama.
ADVERTISEMENT
Dr. Sri Ismiyati Damayanti
Dosen Universitas Lampung dan Penggiat Pemberdayaan Masyarakat
Referensi :
Admin. (2023). Pupuk Organik untuk Tanah Subur : Pertanian Berkualitas di Agricamp Papayan. Website Desa Papayan. https://www.papayan.desa.id/pupuk-organik-untuk-tanah-subur-pertanian-berkualitas-di-agricamp-papayan/
Damayanti, S. I., Ginting, S., Nawansih, O., & Hudaidah, S. (2020). Implementation of biogas-based energy security program and evaluation of its sustainability in Kediri Village, Pringsewu District, Lampung Province. ASEAN Journal of Community Engagement, 4(1). https://doi.org/10.7454/ajce.v4i1.1074
ADVERTISEMENT
Damayanti, S. I., Nawansih, O., Iryani, D. A., & Ginting, S. B. (2022). Diseminasi Alat Pemisah Pupuk Bioslurry dan Diseminasi Pengomposan Pupuk Bioslurry Padat-Kulit Kopi Sebagai Upaya Pengoptimalan Pengelolaan Kotoran Sapi Menjadi Biogas. Nemui Nyimah, 2(2).
Hartanto, Y dan Putri, C. H., 2013. Pedoman Pengguna dan Pengawas Pengelolaan dan Pemanfaatan Bioslurry. Yayasan Rumah Energi. Jakarta.
Hartatik, W., Husnain, H., & Widowati, L. R. (2015). Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan, 9(2), 107–120.
Santoso, B. (2023). Pupuk Subsidi Dibatasi, Petani Rogoh Kocek Lebih Dalam. Investor.Id. https://investor.id/business/345965/pupuk-bersubsidi-dibatasi-petani-rogoh-kocek-lebih-dalam
Sogn, T. A., Dragicevic, I., Linjordet, R., Krogstad, T., Eijsink, V. G. H., & Greatorex, S. E. (2018). Recycling of biogas digestates in plant production : NPK fertilizer value and risk of leaching. International Journal of Recycling of Organic Waste in Agriculture, 7(1), 49–58. https://doi.org/10.1007/s40093-017-0188-0
ADVERTISEMENT
Yafizham, & Sutarno. (2018). Fermentation of Anaerobic Cow Waste as Bio- Slurry Organic Fertilizer and Nitrogen Chemical Fertilizer on Soybean. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science