Konten dari Pengguna

Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

Cika Aulia Putri
Nama saya Cika Aulia Putri, saya sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas yaitu, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta semester 2 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
28 Oktober 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cika Aulia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
sumber: shutterstock
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dari kajian di atas menyoroti bahwa perilaku prososial – tindakan sukarela untuk membantu orang lain – merupakan hasil interaksi yang kompleks antara berbagai faktor psikologis, termasuk empati, nilai moral, dan rasa tanggung jawab sosial. Empati, sebagai salah satu faktor utama, sering kali memprediksi perilaku prososial dan berkaitan dengan perhatian terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, terutama mereka yang memiliki hubungan dekat secara emosional, seperti keluarga atau anggota kelompok sosial terdekat. Individu dengan tingkat empati tinggi cenderung lebih peka dan terdorong untuk membantu demi menghindari rasa bersalah saat menyaksikan penderitaan orang lain. Namun, kajian juga menunjukkan bahwa empati semata tidak dapat menjelaskan keseluruhan motivasi di balik perilaku prososial.
ADVERTISEMENT
Berbagai model teoretis mengemukakan bahwa nilai-nilai moral yang terinternalisasi, seperti prinsip kepedulian dan keadilan, berperan penting dalam memotivasi seseorang untuk membantu orang lain yang kurang dikenal atau jauh secara sosial. Prinsip-prinsip moral ini membentuk pola pikir seseorang tentang kewajiban untuk membantu orang lain, terutama ketika bantuan tersebut membutuhkan upaya dan perencanaan lebih lanjut. Misalnya, ketika individu memandang pentingnya nilai kepedulian dan keadilan dalam penilaian moralnya, mereka lebih cenderung bertindak secara prososial tidak hanya terhadap orang-orang dekat, tetapi juga terhadap orang asing atau mereka yang berada di luar lingkaran sosial langsung.
Selain empati dan nilai moral, rasa tanggung jawab sosial juga memainkan peran mediasi yang signifikan dalam mendorong perilaku prososial. Kajian menunjukkan bahwa dalam situasi krisis, seperti pandemi COVID-19, rasa tanggung jawab sosial dapat menghubungkan empati dengan tindakan prososial yang lebih konkret. Orang yang merasa berkewajiban membantu komunitas atau kelompok yang membutuhkan tidak hanya mengalami empati, tetapi juga menunjukkan perilaku prososial secara lebih aktif dan terencana. Rasa tanggung jawab sosial memperkuat niat untuk bertindak, sehingga perilaku prososial muncul lebih nyata, bahkan ketika individu berada dalam situasi yang penuh tekanan atau risiko. Studi longitudinal menunjukkan bahwa individu yang menilai tanggung jawab sosial sebagai nilai pribadi yang penting cenderung konsisten dalam menunjukkan perilaku prososial dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kajian menemukan bahwa individu dengan identitas moral yang kuat – persepsi diri yang erat terkait dengan nilai moral – menunjukkan kecenderungan lebih besar untuk berperilaku prososial, bahkan ketika kemampuan kontrol diri mereka sedang menurun. Individu semacam ini dapat mengatasi impuls egois dan cenderung memilih untuk membantu demi menjaga citra diri yang konsisten dengan identitas moral mereka. Penelitian juga menunjukkan bahwa apresiasi terhadap nilai moral dapat mengurangi kecenderungan terhadap perilaku antisosial, seperti pada populasi atlet di Amerika Serikat, di mana perilaku prososial berkorelasi positif dengan apresiasi nilai moral, sementara perilaku antisosial berkorelasi negatif.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti pentingnya tiga elemen utama – empati, nilai moral, dan tanggung jawab sosial – yang saling melengkapi dalam membentuk perilaku prososial yang stabil dan konsisten di berbagai situasi. Sementara empati menjadi dasar yang penting, penanaman nilai-nilai moral seperti keadilan dan kepedulian, serta peningkatan rasa tanggung jawab sosial, dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk meningkatkan perilaku prososial dalam konteks masyarakat yang beragam. Penerapan nilai moral dan tanggung jawab sosial di berbagai lingkungan, seperti di tempat kerja atau sekolah, berpotensi memperkuat motivasi prososial dan mengurangi kecenderungan perilaku egois, yang pada akhirnya membantu membentuk masyarakat yang lebih peduli dan responsif terhadap kebutuhan orang lain.
ADVERTISEMENT