Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Peran Kematangan dan Pendekatan Behavioristik vs Humanistik dalam Proses Belajar
29 Oktober 2024 8:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Cika Aulia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peran Kematangan dalam Proses Belajar
Kematangan adalah tingkat perkembangan fisik, emosional, dan kognitif seseorang yang memengaruhi kesiapan mereka untuk belajar dan menerima pengetahuan baru. Dalam konteks pendidikan, kematangan menjadi faktor penting yang menentukan bagaimana seseorang merespons proses pembelajaran. Individu yang telah mencapai kematangan tertentu cenderung memiliki kemampuan untuk berpikir lebih kritis, mengendalikan emosi, dan memahami hubungan antar konsep yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Seiring pertambahan usia dan pengalaman, kematangan seorang pembelajar meningkat, yang memungkinkan ia memahami materi pembelajaran yang lebih sulit dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, misalnya, anak-anak berkembang melalui tahapan tertentu, dan hanya pada usia tertentu mereka siap untuk memahami konsep-konsep yang lebih abstrak. Dengan demikian, memahami tingkat kematangan seorang pembelajar sangat penting bagi guru untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai.
Pendekatan Behavioristik dalam Pembelajaran
Teori behavioristik berpendapat bahwa pembelajaran adalah hasil dari interaksi antara stimulus dan respons. Tokoh-tokoh utama dalam pendekatan ini seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner, berfokus pada bagaimana perilaku dapat dibentuk dan diubah melalui pembiasaan dan penguatan.
ADVERTISEMENT
Dalam pendekatan ini:
- Peran guru sangat penting sebagai pengontrol stimulus dan pemberi penguatan positif atau negatif untuk membentuk perilaku belajar yang diinginkan.
- Penguatan menjadi salah satu faktor utama, di mana respons yang diinginkan akan terus diulang melalui penghargaan atau konsekuensi yang diberikan.
- Pembelajaran mekanistik sering digunakan, di mana siswa secara perlahan diperkenalkan pada materi sederhana yang kemudian diikuti dengan yang lebih kompleks, sehingga terbentuk perilaku yang diinginkan.
Pendekatan behavioristik efektif untuk pembelajaran dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung, karena mengandalkan pengulangan dan pemberian imbalan. Namun, pendekatan ini kadang dianggap kurang mendorong pemahaman mendalam karena lebih fokus pada hasil daripada proses berpikir kritis atau motivasi intrinsik.
Pendekatan Humanistik dalam Pembelajaran
ADVERTISEMENT
Pendekatan humanistik, yang dikembangkan oleh tokoh seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, menempatkan individu sebagai pusat proses pembelajaran. Fokus utama pendekatan ini adalah pada pertumbuhan pribadi dan aktualisasi diri, dengan tujuan untuk membantu pembelajar mencapai potensi penuh mereka. Humanistik berlandaskan pemahaman bahwa setiap individu memiliki motivasi intrinsik untuk berkembang, yang terpengaruh oleh lingkungan yang mendukung.
Dalam pendekatan ini:
- Motivasi intrinsik memainkan peran penting. Pembelajar didorong untuk mengeksplorasi minat dan nilai pribadi mereka dalam proses belajar.
- Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada pengendali, memberikan dukungan, bimbingan, dan ruang untuk pembelajar mengekspresikan diri dan mencapai pemahaman mendalam.
- Lingkungan belajar yang aman adalah fokus utama, di mana siswa merasa dihargai dan diterima, yang penting untuk perkembangan kognitif dan emosional.
ADVERTISEMENT
Pendekatan humanistik cocok untuk pembelajaran yang mendorong kreativitas, pemecahan masalah, dan pengembangan identitas. Pembelajaran humanistik bertujuan membangun siswa yang tidak hanya memahami materi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan bekerja sama dalam masyarakat.
Perbandingan Pendekatan Behavioristik dan Humanistik dalam Konteks Kematangan
1. Pengaruh Kematangan dalam Behavioristik: Kematangan dianggap sebagai suatu keadaan yang mendukung terbentuknya perilaku tertentu melalui pembiasaan. Behavioristik tidak terlalu menekankan aspek kematangan emosional atau motivasi intrinsik, namun lebih berfokus pada respons yang terlihat.
2. Pengaruh Kematangan dalam Humanistik: Kematangan menjadi bagian penting dalam pendekatan humanistik karena pembelajar perlu mencapai tingkat emosional dan kognitif tertentu untuk melakukan refleksi dan memahami diri mereka secara mendalam. Humanistik mengakui bahwa pembelajaran sejati terjadi ketika siswa mencapai tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk belajar dengan dorongan internal.
ADVERTISEMENT
3. Pembelajaran Berbasis Hasil vs. Proses: Pendekatan behavioristik lebih berorientasi pada hasil yang dapat diukur, sedangkan humanistik berfokus pada proses pembelajaran dan pengembangan pribadi, yang tidak selalu terlihat dalam hasil langsung namun penting untuk perkembangan jangka panjang.
4. Peran Guru: Dalam pendekatan behavioristik, guru bertindak sebagai pemimpin yang memberi arahan tegas, sedangkan dalam pendekatan humanistik, guru berperan sebagai pendamping dan pemandu, yang lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Peran kematangan dalam pembelajaran menunjukkan bahwa tingkat kesiapan seseorang dalam memahami konsep dan informasi baru dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan emosional mereka. Pendekatan behavioristik dan humanistik menawarkan pandangan yang berbeda tentang pembelajaran: behavioristik menekankan kontrol eksternal dan penguatan perilaku, sementara humanistik lebih mengedepankan peran individu dan motivasi intrinsik.
ADVERTISEMENT
Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan efektivitasnya tergantung pada kebutuhan pembelajaran dan tingkat kematangan siswa. Untuk pendidikan yang lebih holistik, menggabungkan unsur-unsur dari kedua pendekatan dapat membantu menciptakan proses belajar yang lebih efektif, adaptif, dan berpusat pada pengembangan diri pembelajar.