Konten dari Pengguna

Transformasi Karakter Siswa SDN 01 Mojoroto: Regulasi Emosi dan Public Speaking

Jessica Fitrie Anjuli
Mahasiswa Psikologi Universitas Diponegoro
13 Agustus 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jessica Fitrie Anjuli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto bersama Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro dengan anak-anak SDN 01 Mojoroto
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro dengan anak-anak SDN 01 Mojoroto
ADVERTISEMENT
Karanganyar – Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mojoroto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, telah memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan karakter siswa SDN 01 Mojoroto melalui dua program utama: Sosialisasi Regulasi Emosi dengan Art Therapy Puisi dan Pelatihan Public Speaking. Kedua program ini, yang diinisiasi oleh anggota Tim KKN Undip, Jessica Fitrie Anjuli dan M. Faris Asrofi, saling melengkapi dan menciptakan dampak positif yang nyata bagi siswa kelas 6 di sekolah tersebut.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi Regulasi Emosi: Dasar Pengembangan Emosi Sejak Dini
Program sosialisasi regulasi emosi, yang digagas oleh Jessica Fitrie Anjuli, berfokus pada pentingnya kemampuan mengelola dan mengendalikan emosi sejak usia dini. Jessica, yang memiliki latar belakang di bidang psikologi, memandang bahwa regulasi emosi adalah keterampilan esensial yang membantu individu dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dengan cara yang sehat dan konstruktif. "Emosi yang tidak terkelola dengan baik dapat mengganggu proses belajar dan hubungan sosial anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengajarkan mereka cara mengatur perasaan agar dapat berfungsi dengan baik di lingkungan sosial maupun akademis," jelas Jessica.
Dalam program ini, Jessica memperkenalkan konsep regulasi emosi kepada siswa kelas 6 SDN 01 Mojoroto melalui pendekatan seni, yaitu art therapy puisi. Seni puisi dipilih karena dianggap mampu menjadi media yang efektif untuk membantu siswa mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa. Jessica meyakini bahwa dengan menulis dan membaca puisi, siswa dapat lebih memahami perasaan mereka sendiri serta menemukan cara yang lebih baik untuk mengelola emosi, seperti marah, sedih, atau cemas.
ADVERTISEMENT
Sesi sosialisasi ini diawali dengan penjelasan tentang apa itu regulasi emosi dan mengapa hal tersebut penting dalam kehidupan sehari-hari. Jessica memberikan contoh situasi di mana regulasi emosi diperlukan, seperti saat menghadapi konflik dengan teman atau ketika merasa cemas menjelang ujian. Ia kemudian mengajak siswa untuk menulis puisi yang menggambarkan perasaan mereka dalam situasi-situasi tersebut. "Menulis puisi adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk memahami diri sendiri dan emosi yang sedang dirasakan. Dengan mengekspresikan perasaan melalui puisi, siswa tidak hanya belajar untuk mengenali emosi mereka, tetapi juga menemukan cara untuk menyalurkannya secara positif," ujar Jessica.
Setelah sesi penulisan puisi, siswa diminta untuk membacakan karya mereka di depan kelas. Kegiatan ini tidak hanya membantu siswa dalam mengelola emosi, tetapi juga menjadi sarana untuk melatih keberanian dan kepercayaan diri mereka dalam berbicara di depan umum. Jessica memberikan umpan balik yang positif dan membangun kepada setiap siswa, sehingga mereka merasa dihargai dan didukung dalam proses belajar mengelola emosi.
ADVERTISEMENT
Pelatihan Public Speaking: Mengasah Kepercayaan Diri Siswa
Melanjutkan program yang telah dimulai oleh Jessica, M. Faris Asrofi, anggota lain dari Tim KKN Undip, mengembangkan pelatihan public speaking untuk siswa kelas 6 SDN 01 Mojoroto. Faris melihat bahwa kemampuan berbicara di depan umum adalah keterampilan penting yang harus dimiliki setiap individu, dan bahwa penguasaan keterampilan ini akan membawa manfaat besar dalam jangka panjang. "Public speaking bukan hanya tentang berbicara di depan orang banyak, tetapi juga tentang bagaimana seseorang bisa menyampaikan pemikiran dan perasaannya dengan cara yang jelas dan meyakinkan. Keterampilan ini akan sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu di lingkungan sekolah, pekerjaan, maupun kehidupan sosial," ungkap Faris.
Dalam pelatihan ini, Faris menggunakan puisi-puisi yang telah ditulis oleh siswa dalam program sosialisasi regulasi emosi sebagai alat praktik. Siswa diminta untuk membaca puisi mereka di depan kelas, dengan fokus pada teknik-teknik public speaking seperti menjaga kontak mata, penggunaan intonasi yang tepat, pengaturan tempo, dan bahasa tubuh yang mendukung. "Dengan menggunakan puisi yang telah mereka tulis, siswa tidak hanya berlatih berbicara, tetapi juga menyampaikan perasaan mereka dengan cara yang lebih dalam dan bermakna. Ini adalah latihan yang sangat lengkap karena menggabungkan aspek emosional dan teknik berbicara yang baik," kata Faris.
ADVERTISEMENT
Faris memberikan panduan dan tips praktis kepada siswa mengenai bagaimana cara mengatasi rasa gugup saat berbicara di depan umum. Ia juga menunjukkan pentingnya persiapan yang baik sebelum berbicara, seperti memahami konten yang akan disampaikan dan berlatih di depan cermin atau teman. "Kunci dari public speaking yang baik adalah kepercayaan diri dan persiapan. Semakin siswa merasa siap, semakin besar kemungkinan mereka akan tampil dengan percaya diri," tambahnya.
Potret anak-anak yang maju ke depan untuk praktik membacakan puisi yang teah dibuat
Integrasi Pembelajaran dan Dampak Positif bagi Siswa
Kolaborasi antara program sosialisasi regulasi emosi dan pelatihan public speaking ini menciptakan sinergi yang kuat dalam pembelajaran siswa. Dengan menggabungkan aspek emosional dan keterampilan berbicara, siswa tidak hanya belajar mengelola perasaan mereka dengan lebih baik, tetapi juga bagaimana menyampaikan perasaan tersebut dengan cara yang efektif dan percaya diri.
ADVERTISEMENT
Respon dari siswa dan guru di SDN 01 Mojoroto sangat positif. Banyak siswa yang awalnya merasa gugup untuk berbicara di depan kelas akhirnya dapat tampil dengan lebih percaya diri setelah mengikuti pelatihan.
Beberapa siswa mengaku bahwa melalui program ini, mereka tidak hanya belajar tentang pentingnya mengelola emosi, tetapi juga mendapatkan kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum. Salah satu siswa, Lintang (12), mengatakan, "Dulu saya sering takut kalau disuruh bicara di depan teman-teman, tapi setelah belajar menulis puisi dan membaca di depan kelas, saya jadi lebih berani. Saya juga jadi tahu kalau menulis puisi bisa bikin saya merasa lebih lega."
Integrasi antara regulasi emosi dan public speaking ini juga membantu siswa untuk lebih mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan dan lebih peka terhadap perasaan teman-temannya. "Melalui kegiatan ini, siswa belajar bahwa tidak apa-apa untuk merasa sedih atau marah, dan yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola perasaan itu dan berkomunikasi dengan orang lain," kata Jessica.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Kelanjutan Program untuk Pengembangan Karakter Anak
Jessica dan Faris percaya bahwa pendidikan karakter seperti ini sangat penting untuk diteruskan dan dikembangkan lebih lanjut. Mereka berharap bahwa program-program ini dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lain di wilayah Karanganyar dan sekitarnya. "Pembelajaran regulasi emosi dan public speaking harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah karena keterampilan ini sangat penting untuk perkembangan pribadi anak-anak. Kami berharap apa yang kami lakukan di sini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain," ujar Jessica.
Kedua mahasiswa KKN Undip ini juga menekankan pentingnya dukungan dari guru dan orang tua dalam proses pembelajaran ini. Menurut mereka, anak-anak akan lebih mudah mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri jika mendapatkan dukungan yang konsisten dari lingkungan sekitarnya. "Peran guru dan orang tua sangat penting dalam membantu anak-anak mengelola emosi mereka dan mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang kuat, percaya diri, dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan baik," tambah Faris.
ADVERTISEMENT
Melalui program-program ini, mahasiswa KKN Undip telah menunjukkan bagaimana pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan cara yang kreatif dan efektif dalam proses belajar-mengajar. Mereka tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga keterampilan hidup yang akan berguna bagi siswa di masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, generasi muda dapat dibekali dengan kemampuan untuk mengelola emosi, berbicara di depan umum, dan berinteraksi dengan dunia sekitar mereka dengan penuh percaya diri dan kedewasaan.