Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahasa: Karavan Simbol dan Makna
3 Juli 2022 11:46 WIB
Tulisan dari Chindy Treisya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau ada yang dapat menggambakan bagaimana panjang dan berlikunya perjalanan, maka sebuah karavan dapat menjadi bentuk ideal pengilustrasiannya. Begitu pula dengan bahasa. Ia memiliki panjang asal mula kehadiran dan perjalanan menempuh pergantian zaman.
ADVERTISEMENT
Makna Bahasa
Ibarat sebuah karavan yang membawa iring-iringan para pengembara melewati banyak gurun dan kota, hingga turut membangun kehidupan di dalamnya. Bahasa pun berjalan menelusuri panjang penemuan dan serapan-serapan atas akar kehadiran manusia, para pembawanya sampai keturunan-keturunan mereka di dunia.
Bahasa yang terkadang luput dari pandangan dan pertumbuhan seorang anak manusia. Tampak begitu mudah, tetapi nyatanya mengandung beragam unsur pemaknaan dan pembentukan yang sedemikian melimpah. Tak sekadar mengutarakan, menuliskan ataupun menggambarkan. Bahasa adalah bagian dari pengejawantahan Tuhan atas jalur kehidupan yang diperjalankan.
Keinginan untuk lebih memahami hal-hal yang ditemukan. Kerinduan akan membahasakan semua penciptaan. Pengenalan manusia pada makhluk dan materi dalam bentuk pengamatan. Bagaimana cara menyampaikan pesan atas semua yang terlintas pada diri? Bak perbincangan pengembara Persia dengan penunggang unta Andalusia, berpapasan di tengah gurun tak bernama.
ADVERTISEMENT
Ide, pikiran, dan gagasan yang singgah sebab butuh untuk diutarakan. Baik dalam bunyi, gerak, gambar, lambang, huruf, angka, dan penyimbolan lain yang mampu menerjemahkan sebuah pesan melalui alat yang kini kita kenal dengan―bahasa.
Fakta Perjalanan Bahasa
Menurut salah satu linguis, Mc. Carthy yang menyebutkan bahwa, “Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.” Sebuah teori yang cukup mewakili kegundahan para penyair dan penulis sastra jika terkadang bahasa bukanlah bagian utama dari proses pencarian pengetahuan. Walau terkesan sedikit naif dan idealis, tetapi bahasalah yang telah memfasilitasi manusia untuk dapat berkelana ke dalam dimensi-dimensi kesempurnaan frasa hingga menjadi kalimat bermakna.
Pengetahuan bahasa adalah simbol yang tertangkap dan terbaca oleh pemahaman serta kesadaran manusia. Mulai dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menuliskan surat kepada penguasa Romawi, Heraclius. Socrates yang menyuarakan penemuan-penemuannya di alun-alun Athena. Van Gogh melukiskan semua penangkapan ilusi yang terbaca di kepala. Hellen Keller yang menulis tumpukkan literatur klasik tanpa pendengaran dan penglihatan yang dimiliki. Hingga Sebastian Bach yang masih mampu mengeja komposisi not menjelang tutup usia.
ADVERTISEMENT
Mereka tak hanya mempelajari bentuk-bentuk bahasa, menganalisis bunyi dan suara, mengamati pergerakan benda-benda semesta bahkan menuliskan serta menyampaikan makna yang telah hadir di dalam dirinya. Mereka menjadi bahasa. Merekalah bahasa yang tengah dibaca, ditulis, dan didengarkan oleh manusia lainnya.
Mereka menjadi sebagian bentuk dari gradasi warna yang dilukiskan, menjadi torehan murni penyampaian pesan kenabian, menjadi kantata dan tinggi rendah nada yang diperdengarkan, menjadi tokoh yang mampu mengerahkan segala jalan kebaikan untuk membahasakannya. Inilah semestinya bahasa. Penjelmaan dalam diri manusia atas kata, suara, dan gerak Tuhan yang sedang diturunkan.
Bentuk dan Ragam Bahasa
Bahasa seakan mengalami resonansi di dalam pembentukannya. Bukan hanya nyanyian yang ternyata memilikinya. Bahasa pun memiliki gelombang atau getaran yang dapat membunyikan antara satu simbol dengan simbol lainnya. Akan terbentuk sebuah gerak harmonik apabila frekuensi atau ketepatan kata dan penyampaian tersebut―bertemu pada satu getaran yang sama.
ADVERTISEMENT
Secara morfologi, bahasa dapat terjalin ketika tanda-tanda yang kita kenali mampu terbaca melalui pertukaran rangkaian kata atau gerak. Sebuah hasil dari proses penyampaian bahasa, sebuah kemampuan yang dapat disebut dengan istilah komunikasi universal. Sehingga, tak perlu heran jika bahasa dapat memiliki berbagai bentuk dan rupa.
Bahasa tulis, semisal aksara paku, sansekerta, dan bahasa taktil (tekstur raba) seperti huruf braille. Bahasa simbol seperti aksara Tionghoa dan hieroglif pada masyarakat Mesir yang tergabung atas huruf dan logograf―satu kata atau lambang dapat mewakili satu pembentukan morfem. Tak kalah menarik, yaitu bahasa isyarat atau sign language yang menjadikan emosi perasaan, gerak tubuh, dan gerak bibir sebagai media penyampaian bahasa.
Manfaat Bahasa
Jika diibaratkan, pengetahuan bahasa seperti rombongan karavan yang tak henti mencari persinggahan untuk ditinggali. Ia selalu berusaha menemukan cara untuk mewujudkan rangkaian ide dan gagasan hingga dapat tersampaikan.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari begitu banyak perbincangan mengenai asal mula bahasa, pada hakikatnya setiap ciptaan memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasanya masing-masing. Kemampuan berinteraksi dalam menyampaikan pesan, berbagi pengetahuan, mengungkapkan pikiran dan perasaan. Membahasakan kesan dari sebuah hal yang ditampakkan ataupun telah ditemukan.
Jadi, apakah bahasa itu bermanfaat? Atau memiliki andil besar dalam memahami kehidupan. Jawabannya, sudahlah tentu. Konon, Tuhan dalam setiap kepercayaan selalu menyampaikan pesan atau ayat yang diturunkan melalui bahasa dengan cara rahasia, subtil tak terkira.
Maka dari itu, terdapat istilah ‘bahasa Tuhan’ yang sering kita pakai dalam keseharian. Dengan interpretasi penyederhanaan menjadi bahasa kalbu, bahasa hati atau bahasa yang keluar dari dalam jiwa terdalam manusia. Bahasa-bahasa yang sebenarnya tak terhitung jika diklasifikasikan pada setiap makhluk di alam semesta.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, bahasa menjadi alat penyampai yang memiliki banyak manfaat pada aktivitas keseharian kita. Manusia mampu membagikan temuan-temuan dari ide yang didapat sehingga lahirlah penemu, guru besar, dan ilmuwan yang tercatat di sepanjang masa. Para pemikir dan penulis, serta filsuf besar beserta arif pengetahuan yang mampu dibahasakan. Melintasi berbagai sistem akademik hitung dan sains yang membuat kita mampu memahami gagasan mereka secara lebih sederhana.
Menumbuhkan pemahaman jika bahasa dapat pula terbentuk atas citra yang tertangkap oleh pancaindra. Gerakan dan suara manusia, pergerakan akar dengan zat pepohonan, tarian-tarian unik pada hewan, serta bahasa dalam bentuk rasa yang terungkap pada tulisan dan gambar.
Layaknya karavan yang meninggalkan jejak perapian demi melanjutkan perjalanan, bahasa selalu memiliki tanda untuk dapat dibaca dan diungkapkan. Sebuah penghantar dalam memaknai pola dan simbol pada kehidupan.
ADVERTISEMENT