Seni Kontemporer yang Semakin Populer

Chindy Treisya
Seorang pendidik, mahasiswa di Universitas Terbuka, dan manusia yang jatuh cinta pada rangkai kata semesta.
Konten dari Pengguna
1 Januari 2022 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chindy Treisya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebuah lukisan bertema kontemporer khas dengan warna cerah. Photo by Steve Johnson on Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah lukisan bertema kontemporer khas dengan warna cerah. Photo by Steve Johnson on Unsplash.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konon, seni adalah sebuah hakikat keindahan Tuhan yang diturunkan kepada manusia dalam bentuk inspirasi yang tak terduga. Seperti aliran sungai Seine di belahan Prancis yang menemani indah Museum Louvre. Pun bangunan-bangunan tua di Cordoba yang ditakdirkan memenuhi agama dan budaya kuno Andalusia.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda sepakat dengan hal tersebut? Atau mungkin berpikiran bahwa ia hanyalah gambaran-gambaran objek penuh warna dengan kumpulan makna tersisip di dalamnya.
Bagi saya, seni merupakan sejarah perjalanan panjang antara manusia dengan kisah hidup yang dimilikinya. Ia tak dapat berhenti pada satu teknik dan aliran. Sebuah terminologi keindahan yang semestinya memiliki beragam sudut pandang tak terbatas, tetapi kaya akan unsur kearifan. Bak kedalaman ilmu sang pioneer romantis naturalis, Raden Saleh di masa pertengahan Jawa dan Eropa.
Gambaran sebuah Galeri dengan lukisan kontemporer di dalamnya. Photo by Alvan Nee on Unsplash.
Modernitas seni pun kian menggaung di tanah-tanah Batavia. Para cendekiawan yang hendak jujur akan pemikiran, serta keterbukaan dunia atas kehidupan sosial. Seni tak lagi hanya membicarakan mengenai molek dan kesempurnaan khas Mooie Indie di abad 20. Pun turut memiliki nilai-nilai realitas kemanusiaan yang berpadu dengan unsur keindahan alam.
ADVERTISEMENT
Jika saja seni diibaratkan atas ingatan-ingatan manusia akan penciptaan dan keberadaan Tuhan, mungkin ia akan lahir dalam kebijaksanaan ekspresi dan komposisi yang lebih mendalam.
Lukisan beraliran Naturalis mengenai pemandangan alam di Museum & Art Gallery, Birmingham. Photo by Birmingham Museum Trust on Unsplash.
Bukan tanpa alasan, S. Sudjojono—seorang pelukis nasionalis yang menaruh perhatian pada kehidupan sosial masyarakat kala itu, riuh memperkenalkan konsep ‘jiwa’ dalam realisme seni yang diperjuangkannya.
Bapak Seni Rupa Modern yang mulai menyadari dan berani untuk mengungkapkan makna seni secara lugas, atas kondisi masyarakat Indonesia di era kolonialisme. Tak begitu salah juga, jika beberapa dari kita bahkan tak sependapat dengan pemikiran heroik tersebut.
Sebuah seni instalasi karya Tomas Saraceno yang berkisah mengenai pergerakan manusia dan sejarahnya. Photo by Alina Grubnyak on Unsplash.
Kendati begitu, kehadirannya tetaplah memperkaya kita bahwa lukisan adalah gambaran jiwa dari setiap pelukisnya. ‘Jiwa tampak atau jiwa ketok’—yang semestinya menjadi kesadaran fundamental dalam memandang kehidupan bagi setiap seniman. Tak terkecuali seni kontemporer di negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seni yang kini kian dinikmati dan diminati oleh banyak mata, tidaklah hadir tanpa perjalanan penuh perjuangan dan keyakinan dari masa lalu. Ia lahir dari pendalaman rasa dan pemikiran luas yang diawali dari seni lukis, seni musik, seni tari, seni rupa, hingga berpadu menjadi seni ke-sekarang-an baru atau lebih dikenal dengan Contemporary Art.
Contemporary art atau seni kontemporer sebetulnya dapat diinterpretasikan secara bebas sesuai dengan pemahaman dari berbagai sudut pandang. Sebab ia adalah sebuah seni yang dilahirkan dari pengalaman individual, namun bermakna universal bagi penikmatnya. Seni ekspresif tak terikat, namun berkesan sarat nilai dan harapan.
Ilustrasi limbah kayu yang kerap dijadikan media seni pahat seniman Anusapati. Photo by Dave Hoefler on Unsplash.
Sebut saja karya seorang pematung, Anusapati yang bertajuk ‘Preserve vs Exploit’ yang dapat dimaknai dalam berbagai penafsiran. Bukan hanya sekadar sembilan peti perhiasan kayu yang dibariskan dengan lampu penerang, tetapi ia memiliki makna mendalam terhadap manusia dan konsep keseimbangan alam.
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak menyenangi kebebasan? Tanpa perlu mengikuti kesepakatan dan disiplin lama yang kadung terasa mengikat kehendak manusia. Namun, tidak begitu dalam memahami konsep ‘kebebasan seni’ yang tengah mendunia ini.
Seni kontemporer sejatinya adalah turunan dari khazanah keilmuan lama yang ditambahi kesadaran atas para pelakunya. Bagaimana ia menanggapi kehidupan, lingkungan, permasalahan sosial, dan kebijakan lain di sekitarnya. Ia tidak begitu saja meninggalkan sejarah peradaban yang telah membesarkannya. Seni yang kini telah bertransformasi menjadi Performance Art, Installation Art, Video Art, dan kebaruan seni teknologi lainnya.
Pola bintik dalam bentuk lingkaran yang menjadi dominan karya dari Yayoi Kusama. Photo by Nick Night on Unsplash.
Beberapa seniman kenamaan seperti FX Harsono dalam konsep performance art ‘Writing in the Rain’, yang bercerita tentang perjuangannya sebagai warga negara keturunan Tionghoa di masa dulu. Konsep hujan yang dapat dimaknai beribu kisah, sesuai dengan perjalanan kita yang menikmatinya.
ADVERTISEMENT
Jangan lupakan Yayoi Kusama. Salah satu seniman kontemporer Avant-garde multitalenta, yang mampu menjadikan trauma psikologis yang dialaminya menjadi berbagai seni instalasi besar mendunia. ‘Narcissus Garden’, sebuah karya instalasi bermakna mendalam—tentang bagaimana cara manusia memandang keberadaan diri dan objek lain di sekitarnya secara luas. Termasuk menghargai hadirnya seni kontemporer hamparan bola stainless steel yang pernah singgah di Venice Art Biennale ini.
Potret pengunjung di sebuah Galeri Contemporary Art dengan sebuah lukisan. Photo by Jessica Pamp on Unsplash.
Ternyata, pejuang bukan hanya seseorang yang mengusung senjata di medan perang. Siapapun yang berkehendak bergerak dalam nama kebaikan, bisa saja disebut sebagai pahlawan. Termasuk seniman, penulis, pendidik, bahkan mungkin para kolonel-kolonel Belanda yang dulu pernah memberikan beasiswa seni kepada pelajar Nusantara ke negara mereka.
Singkat kata, tidaklah begitu utama seni bagian mana yang akan Anda tautkan. Sebab semestinya, ia tetaplah membicarakan perihal makna keindahan yang berasal dari dalam jiwa sang seniman. Tentang bagaimana ia dapat merasakan kehadiran Tuhan, hingga mampu memaknai seluruh keberadaan diri atas kebaruan seni yang hendak diungkapkan.
ADVERTISEMENT