Konten dari Pengguna

Dibalik Sepiring Makanan: Kisah Halal, Dedikasi, dan Nilai dalam Layanan Gizi RS

Chintya Puspa Ayu Tirta
Praktisi Manajemen Rumah Sakit
6 Mei 2025 10:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chintya Puspa Ayu Tirta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo, pagi itu tampak seperti biasa—riuh, penuh lalu-lalang tenaga medis dan pasien. Namun di balik salah satu pintu bertanda “Instalasi Gizi”, ada aktivitas yang tak kalah sibuk: dapur besar yang menjalankan satu misi mulia—menyajikan makanan halal dan bergizi bagi ratusan pasien setiap harinya.
Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo (Kredit: Chintya Puspa Ayu)
zoom-in-whitePerbesar
Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo (Kredit: Chintya Puspa Ayu)
“Banyak yang mengira instalasi gizi cuma soal memasak,” ujar Muflihatus Syarifah, S. Gz., Ahli Gizi RS PKU Muhammdiyah Wonosobo, sembari menunjukkan daftar menu pagi itu. “Padahal, di balik satu piring makanan pasien, ada proses panjang yang harus memenuhi standar gizi klinis sekaligus prinsip kehalalan yang ketat.”
ADVERTISEMENT

lebih dari sekedar dapur

Instalasi gizi bukanlah sekadar tempat memasak makanan rumah sakit. Ini adalah pusat kendali nutrisi, tempat para ahli gizi dan juru masak bersinergi. Menu disesuaikan dengan kondisi medis pasien—mulai dari penderita diabetes, gagal ginjal, hingga pasien pascaoperasi—tanpa mengabaikan kaidah syariah.
Proses penyusunan menu diawali dengan asesmen medis oleh tim dokter dan ahli gizi. Lalu, dapur halal mengambil alih. Di sinilah proses unik dimulai: semua bahan makanan diperiksa kehalalannya, termasuk sertifikasi dari LPPOM MUI.
“Bahkan bumbu dapur seperti kecap atau margarin kami cek betul sertifikasinya,” tambah Mufli.

Audit halal yang ketat

RS PKU Muhammadiyah Wonosobo merupakan salah satu rumah sakit yang sudah tersertifikasi halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Untuk mempertahankannya, instalasi gizi harus melewati audit berkala. Mulai dari kebersihan alat, pelabelan bahan mentah, hingga pencatatan menu harian.
ADVERTISEMENT
Seorang kepala dapur yang telah mengabdi selama 10 tahun di rumah sakit membagikan pengalamannya tentang perubahan besar dalam cara mereka menyajikan makanan bagi pasien. Ia mengenang masa-masa awal ketika prinsip utama mereka hanyalah memastikan makanan itu sehat. Namun seiring waktu, terutama setelah rumah sakit mulai mengedepankan layanan gizi halal, pemahamannya pun berkembang.
"Dulu kami memasak asal sehat," tuturnya sambil tersenyum. "Sekarang kami belajar bahwa halal tak hanya soal daging, tapi juga proses. Bahkan cara mencuci dan menyimpan bahan pun ada aturannya."
Baginya, transformasi ini bukan sekadar prosedur baru, tetapi sebuah kesadaran bahwa makanan yang disajikan adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab moral kepada pasien.

Urgensi Gizi Halal dalam Pelayanan Kesehatan

Komitmen Halal RS PKU Muhammadiyah Wonosobo (Kredit: Chintya Puspa Ayu)
Gizi halal bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat—terutama umat Muslim—terhadap apa yang mereka konsumsi, bahkan saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam konteks pelayanan kesehatan, makanan bukan hanya sumber energi, tetapi bagian integral dari proses penyembuhan fisik dan ketenangan batin.
ADVERTISEMENT
Berikut beberapa alasan mengapa gizi halal menjadi sangat urgen saat ini:

1. Hak Pasien Muslim

Bagi pasien Muslim, mengonsumsi makanan halal bukan pilihan, tetapi kewajiban agama. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan publik berkewajiban menghormati hak tersebut sebagai bagian dari pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan nilai pasien.

2. Keamanan dan Ketenangan Psikologis

Ketika pasien yakin bahwa makanan yang dikonsumsi sesuai dengan prinsip halal, mereka merasa lebih aman, nyaman, dan tenang secara psikologis. Ini berpengaruh positif terhadap proses penyembuhan, karena kesehatan mental dan spiritual adalah komponen penting dalam pemulihan.

3. Kepatuhan Syariah dan Reputasi Rumah Sakit

Di era saat ini, rumah sakit yang mengusung prinsip syariah, termasuk dalam layanan gizi, memiliki nilai tambah tersendiri. Sertifikasi halal menunjukkan komitmen terhadap transparansi, kualitas, dan kepatuhan terhadap standar etika dan keagamaan.
ADVERTISEMENT

4. Peningkatan Kepercayaan Publik

Layanan gizi halal memperkuat citra rumah sakit sebagai lembaga yang peduli terhadap nilai-nilai keagamaan dan kebutuhan pasien secara holistik. Ini akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas masyarakat, serta menjadi pembeda di tengah persaingan layanan kesehatan.

5. Standarisasi dan Keamanan Pangan

Penerapan prinsip halal juga mendorong rumah sakit untuk menerapkan sistem yang lebih higienis, terstandarisasi, dan aman dalam pengadaan, penyimpanan, serta pengolahan bahan makanan. Hal ini memberi manfaat ganda: terjaganya aspek spiritual dan aspek kesehatan secara bersamaan.

Manfaat gizi halal

Dengan urgensi yang semakin tinggi, implementasi gizi halal tak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga membuka berbagai peluang manfaat yang signifikan, antara lain:

1. Memberikan ketenangan spiritual bagi pasien.

Makanan halal memberikan rasa aman dan nyaman secara spiritual, terutama bagi pasien Muslim. Keyakinan bahwa makanan yang dikonsumsi sesuai dengan syariat Islam membantu menciptakan ketenangan batin, yang berperan penting dalam mempercepat proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT

2. Menjaga Kualitas dan Keamanan Pangan

Prinsip halal mencakup standar kebersihan, higienitas, serta proses yang aman dan bebas dari bahan yang membahayakan tubuh. Oleh karena itu, makanan halal cenderung memiliki standar keamanan dan mutu yang tinggi, mendukung pemulihan pasien secara optimal.

3. Meningkatkan Kepercayaan Pasien terhadap Rumah Sakit

Layanan gizi halal menunjukkan komitmen rumah sakit dalam menghormati nilai dan kepercayaan pasien. Ini meningkatkan kepercayaan masyarakat, memperkuat citra positif rumah sakit, dan meningkatkan loyalitas pasien.

4. Mendukung Konsep Rumah Sakit Syariah

Gizi halal merupakan komponen penting dalam sistem rumah sakit berbasis syariah. Kehadirannya memperkuat integrasi layanan medis, spiritual, dan etika yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.

5. Menjadi Daya Saing dan Pembeda Institusi

Di tengah kompetisi antar rumah sakit, penyediaan layanan gizi halal dapat menjadi nilai lebih yang membedakan rumah sakit dari institusi lain. Hal ini sangat relevan di daerah dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Tantangan dan Harapan ke Depan

Tentu saja, menerapkan standar gizi halal bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah ketersediaan bahan bersertifikat halal dan pelatihan rutin bagi staf. Tapi Mufli yakin ini bagian dari tanggung jawab sosial dan spiritual.
“Harapannya, makin banyak rumah sakit yang menyadari bahwa gizi halal bukan tren, tapi kebutuhan,” pungkasnya.
Instalasi gizi halal bukan sekadar dapur rumah sakit. Ia adalah cermin komitmen terhadap kesehatan dan integritas spiritual. Di balik piring nasi pasien, ada dedikasi, keahlian, dan nilai-nilai yang diramu dalam satu sajian: sehat, bergizi, dan halal.