Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Resesi Ekonomi Lagi ? Ayo Belanja dan Hindari Paradox of Thrift !
22 Januari 2021 19:50 WIB
Tulisan dari choirulhuda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun lalu sedang ramai-ramainya pemberitaan resesi ekonomi berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Pada kuartal III 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,94 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi masuk ke jurang resesi per 5 November 2020.
ADVERTISEMENT
Arti karta resesi sendiri secara historis adalah kondisi dimana terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi secara dua triwulan berturut-turut, National Biro Economic Research (NBER) memiliki definisi bahwa resesi ekonomi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi tersebar di seluruh perekonomian yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara gamblang adalah hitungan seluruh aktivitas ekonomi di suatu negara seperti aktivitas ; pertambangan, pertanian, perindustrian, perdagangan, dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi akan tumbuh jika aktivitas perekonomian juga ikut tumbuh. Terjadinya penurunan kegiatan ekonomi dari triwulan ke triwulan yang menurun itulah yang dinamakan pernurunan aktivitas ekonomi dan kalau berlangsung lama dikatakan menjadi resesi ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyatakan bahwa perekonomian Indonesia minus 3,94 persen secara tahunan tersebut lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus 5,32 persen meski masuk kategori resesi karena minus dua kuartal berturut-turut.
ADVERTISEMENT
“Hal ini menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah atau turning pont dari aktivitas-aktivitas ekonomi nasional menunjukkan ke arah zona positif,” ujarnya saat konfernsi pers virtual, kamis (5/11/2020).
Sebenarnya resesi ekonom bukan hanya terjadi kali ini saja, tetapi sepanjang sejarah ekonomi selama ratusan tahun, resesi telah terjajdi berkali-kali puluhan bahkan ratusan kali. Yang paing terasa dari resesi tentunya aktivitas ekonomi yang melemah.
Seperti halnya pada tahun 1998 krisis yang berawal dari adanya pelemahan nilai rupiah, waktu itu rupiah 2.500 ribu/ dolar dan dalam beberapa bulan dalam waktu singkat nilau rupiah menyentuh angka 15.000/ dolar. Adanya jarak pelemahan nilai rupiah yang begitu signigikan, sehingga aktivitas ekonomi kita bergejolak. Triwulan 4 tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi terendah yakni minus 18,3 persen. Indonesia perlu 6 triwulan ntuk kembali normal menginjak pertumbuhan ekonomi yang positif.
ADVERTISEMENT
Setiap ada gejolak ada resesi, resesi ekonomi adalah bagian dari siklus perekonomian yakni boom and boost, ada saat kita dibawah, ada saat kita naik lagi.
Konsekuensi resesi ekonomi akan terasa langsung dalam kehidupan masyarakat-masyarakat yang terkena. Dampak pertama bisa kita lihat pasti ketika aktivitas-aktivitas ekonomi menurun akan diikuti dengan menurunnya permintaan, ketika permintaan menurun otomatis produksi juga turun. Akibat berikutnya biasanya, meningkatnya pengangguran karena perusahaan merumahkan bahkan memPHK pegawainya. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya seperti ketimpangan sosial, permasalahan pendapatan yang menyebabkan keresahan dan gejolak di beberapa negara.
Dalam kondisi kali ini masyarakat akan mengatur pola belanjanya, kalau biasanya berbelanja banyak, kali ini masyarakat menunda belanjanya. Masyarakat yang memiliki dana berlebih akan mengambil uangnya dari bank untuk dipegang secara cash. Sebenarnya kondisi ekonomi yang melemah, perilaku seperti ini akan menambah tekanan dan memperpuruk kondisi ekonomi yang ada.
ADVERTISEMENT
Perilaku ini biasa dikenal dengan Paradox of Thrift yakni sikap hemat berlebihan dari masyarakat disaat ekonomi sedang melemah, padahal yang dibutuhkan adalah masyarakat harus belanja. Berbelanja dan konsumtif haruslah menjadi sebuah prioritas terutama untuk kaum menengah atas yang memiliki kelebihan. Hal ini akan membantu meningkatkan konsumsi dan produksi yang ada di masyarakat berefek pada ekonomi masyarakat kelas bawah. Seperti contoh kita memesan makanan via marketplace dan diantar oleh kurir dengan biaya kirim 30.000 rupiah, uang tersebut tidak bernilai tinggi untuk masyarakat berpenghasilan menengah keatas, tetapi sangat membantu kondisi masyarakat kelas bawah. Bahwasanya berbelanja itu akan turut membantu peningkatan aktivitas ekonomi. Mari kita tingatkan daya beli masyarakat untuk sirkulai ekonomi yang lebih baik dan terlepas dari jurang resesi.
ADVERTISEMENT