Coco, Forget Me Not dan Ingatan Kita yang Memprihatinkan

Christiaan
Bergiat di Beta Martapian Project
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 11:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christiaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lost memories by Mihaela Pater. Sumber : pixels.com
zoom-in-whitePerbesar
Lost memories by Mihaela Pater. Sumber : pixels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Coco" dan "Forget Me Not". Dua film dengan tema serupa: ingatan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya saya hanya ingin curhat. Tentang betapa sering saya dilupakan. Tentang betapa sering saya merasa amat kesepian karenanya. Merasa sendiri di tengah hiruk-pikuk kehidupan.
Dilupakan bagaimana? Begini.
Dalam sebuah percakapan, kamu berucap hal-hal sederhana pada lawan bicaramu. Lawan bicaramu memberi anggukan, bahkan memberi respons secara langsung pada hal-hal yang kamu katakan. Selang beberapa waktu, kamu mengulang percakapan serupa pada orang yang sama. Lawan bicaramu tidak mengerti. Katanya, dia sama sekali tak ingat bahwa kamu pernah mengatakannya. Bagaimana perasaanmu? Lebih-kurang, begitulah perasaan saya. Merasa diabaikan, sendiri dan kesepian.
Forget Me Not
Sumber : japantimes.co.jp
Ini pula yang dirasakan Azusa Oribe, pemeran utama film "Forget Me Not".
Oribe, seorang gadis polos nan rupawan. Dia belajar di sekolah yang sama dengan Takashi, pria yang pernah jadi kekasihnya, melupakannya, bertemu lagi dengannya sebelum melupakannya kembali.
ADVERTISEMENT
Awalnya Oribe menjalani hari-harinya dengan normal. Pergi ke sekolah, bergaul dengan teman-teman satu sekolahannya, pacaran, dan sebagainya.
Entah kenapa, Oribe perlahan mulai dilupakan oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka lupa nama Oribe. Bahkan lupa Oribe itu siapa. Ayahnya lupa bahwa ia punya anak perempuan. Teman-temannya lupa bahwa mereka punya teman bernama Oribe. Bahkan Takashi lupa kalau dia punya pacar.
Semua itu amat menyiksa Oribe. Dia merasa betul-betul sendiri. Dia merasa hilang dari peradaban. Merasa "tidak ada". Tak seorang pun tahu eksistensi Oribe. Sesuatu yang mengerikan. Setidaknya lewat "Forget Me Not", saya tahu itu sebagai sesuatu yang mengerikan.
Hingga akhir cerita, Oribe tetap jadi orang yang terlupakan. Tak ada yang tahu bahwa Oribe pernah ada.
ADVERTISEMENT
Coco
Sumber : imdb.com
Kalau "Forget Me Not" terasa dekat dengan realitas, "Coco" justru disajikan sebagai kisah yang imajinatif.
Miguel, seorang anak yang piawai bermain gitar dan bernyanyi. Di daerah tempat tinggalnya, dibangun sebuah patung gitaris legendaris dari daerah mereka. Keberadaan patung tersebut membuat sang gitaris legendaris selalu dikenang oleh semua orang.
Singkat cerita, akibat sebuah insiden, Miguel 'terpeleset' ke dunia orang mati. Di sana, dia bertemu orang-orang yang dia kenal, juga yang dia kenal kemudian. Tak butuh waktu lama bagi Miguel untuk memahami cara kerja dunia orang mati ini.
Orang-orang yang hidup di dunia orang mati ini bisa hidup selama masih ada orang yang mengingat mereka. Yaitu orang-orang yang hidup di dunia orang hidup. Jika di dunia orang hidup tidak ada lagi yang mengingat mereka, maka mereka akan mati. Mati untuk terakhir kalinya.
ADVERTISEMENT
Miguel telah menyaksikan mekanisme ini secara langsung. Dan dia memahami itu sebagai kepedihan dan kengerian. Mati untuk terakhir kalinya.
Perasaan tersebut menjelma menjadi ketakutan ketika Miguel menemukan fakta bahwa leluhurnya yang dia ditemui di dunia orang mati, juga terancam dilupakan. Artinya, leluhurnya terancam mati untuk terakhir kalinya.
Saat kembali ke dunia orang hidup, Miguel berupaya menghidupkan kembali ingatan tentang leluhurnya. Hanya dengan begitu, leluhurnya bisa tetap hidup. Hidup di dunia orang mati.
Eksplorasi tema dalam film "Forget Me Not" dan "Coco" mendorong saya mengingat-ingat kembali, seberapa sering saya melupakan, dan dilupakan. Seberapa sering saya membuat orang-orang di sekitar saya merasa sendiri dan kesepian karena ingatan saya yang memprihatinkan.
Dari film "Forget Me Not" dan "Coco" saya menarik sebuah kesimpulan. Usia kita ternyata bukan sekadar selisih tahun kelahiran dengan tahun kematian. Usia kita lebih ditentukan oleh ingatan orang lain tentang kita. Selama kita diingat, kita hidup.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan satu juta dollarnya, berapa lama ingatan akan bertahan?