Konten dari Pengguna

Anak Angkot

14 Mei 2020 8:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christine Sheptiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Persahabatan adalah ikatan pertemanan yang begitu kuat dan dekat. Sama halnya dengan persahabatan antara aku dan teman-temanku semasa SMA.
ADVERTISEMENT
"Anak angkot" namanya. Begitulah aku dan teman-temanku menamai grup kami. Bukan tanpa alasan kami menamainya "anak angkot", tetapi ada kisah dibalik terciptanya nama itu.
Berawal dari sekumpulan teman-temanku yang pulang sekolah dengan naik angkot. Setiap hari kami selalu pulang bersama dengan naik angkot. Jumlah kami begitu banyak kadang kala angkot yang kami tumpangi penuh dengan aku dan teman-temanku saja. Namun, hal ini tidak bertahan lama, sebagian dari kami memilih untuk membawa kendaraan pribadi. Sampai hanya tersisa aku, Mela, Citra, Lala, Zahra, dan Lily.
Dari situlah awal persahabatanku dengan teman-temanku. Kami membentuk sebuah grup chatting di salah satu aplikasi dengan nama "anak angkot". Tidak pernah terlewatkan pulang tanpa angkot. Kami selalu pulang naik angkot yang sama. Terlebih lagi aku dan teman-temanku adalah teman satu kelas hal itu menambah kedekatan kami.
ADVERTISEMENT
Banyak cerita kami bagikan saat pulang naik angkot, baik membicarakan tugas, kegiatan sekolah, teman-teman, yang selalu diikuti dengan canda dan tawa. Ada saja hal yang jadi pembicaraan kami saat naik angkot, sampai-sampai supir angkot tak sekali dua kali menegur kami yang terlampau berisik.
Kedekatan kami di kelas mungkin tidak seperti di angkot. Jarak tempat kami duduk juga tidaklah berdekatan. Namun, saat bel pulang berbunyi kami akan saling menghampiri satu sama lain. Persahabatan kami berlanjut sampai kelas 11 dan 12 meskipun kami tidak berada dalam satu kelas yang sama lagi, tapi kami berjanji untuk saling menunggu agar tetap bisa pulang bersama.
Ketika kelas 11 dan 12 aku dan teman-temanku mempunyai kebiasaan baru sebelum pulang, yaitu duduk di Masjid Jami Assalam dekat sekolah. Tidak ada yang kami lakukan hanya mengobrol santai sebelum pulang, membeli jajanan, juga menunggu teman-temanku yang lain selesai sholat.
ADVERTISEMENT
Semakin hari kami semakin dekat. Banyak hal kami lalui bersama. Semua cerita tentang keluarga, percintaan, kami bagikan bersama-sama. Kami punya banyak rencana yang terkadang hanya jadi wacana. Rasanya begitu menggelikan, tapi bukan serta-merta tidak ada yang kami wujudkan. Ketika salah satu di antara kami berulang tahun. Pasti kami akan merayakannya bersama. Melakukan sebuah tipuan sederhana agar memberikan kejutan walaupun kadang membuat jengkel.
Namun, bukan berarti persahabatanku selalu dihiasi warna-warni kebahagiaan, ada saja hal-hal yang membuat kami tidak sepaham. Perselisihan di antara kami bukan berati membuat perpecahan, tapi mendekatkan satu sama lain, mengenal lebih dekat kepribadian kami satu per satu. Selalu mengedepankan pertemanan dan kepedulian itulah yang membuat kami bertahan.
ADVERTISEMENT
Tidak terasa hampir tiga tahun aku dan teman-temanku bersama-sama. Sampai tiba hari perpisahan yang memilukan hati. Sekalipun benar raga kami berpisah, tetapi tetap saja saling merindu. Pesan-pesan singkat membuat janji bertemu, acap kali dikirim. Tidak disangka awal pertemuan aku dan teman-temanku di angkot menjadi sebuah persahabatan yang sejati. Berharap yang terbaik untuk teman-temanku dalam menggapai cita-citanya.
(Christine Sheptiany/Politeknik Negeri Jakarta)