Konten dari Pengguna

Saksikan Fenomena Blue Moon Malam Ini

Christine Widianingrum
Saat ini saya bekerja sebagai ASN di salah satu lembaga pemerintah yaitu di Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan (BKPUK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai Pranata Humas.
22 Agustus 2021 11:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christine Widianingrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Blue Moon (Sumber: freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Blue Moon (Sumber: freepik.com)
ADVERTISEMENT
Fenomena astronomi yang dapat kita saksikan malam ini, Minggu (22/08), bukan fenomena yang biasa. Blue Moon atau Bulan Biru yang kita kenal ini bisa kita lihat pada pukul 19.01 WIB dari wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peneliti Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Andi Pangerang menjelaskan definisi tentang Blue Moon. Pertama, Bulan Biru Musiman yaitu Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat Bulan Purnama. Kedua, Bulan Biru Bulanan adalah Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender masehi yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama.
Purnama yang terjadi pada malam ini, yakni Bulan Biru Musiman. Bulan Biru merupakan istilah yang dikutip dari salinan Almanak Petani Maine di Amerika Serikat.

Asal-Usul Disebut "Bulan Biru"

Ketika saya bertanya ke Andi Pangerang dijelaskan bahwa Bulan Biru tidak benar-benar biru! Asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih belum jelas dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi. Banyak orang meyakini istilah “Bulan Biru” yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan. Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.
ADVERTISEMENT

Asal-Usul Bulan Biru Musiman

Andi Pangerang mengatakan bahwa Bulan Biru Musiman yang didefinisikan sebagai Bulan Purnama ketiga yang terjadi dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali Bulan Purnama dapat ditelusuri dari penggunaan Almanak Petani Maine yang saat ini sudah tidak dipakai lagi. Menurut almanak ini, kemunculan purnama ke-13 dalam satu tahun dapat mengacaukan Peringatan Hari Besar Kristen (di antaranya Prapaskah dan Paskah) yang menggunakan Bulan Purnama untuk penentuannya. Angka 13 dianggap sebagai angka sial, dan juga kesulitan perhitungan terjadinya Bulan Purnama menyebabkan Bulan Purnama tambahan ini kemudian dinamakan sebagai “Bulan Biru”.
Di dalam bulan Prapaskah (Month of Lent), terjadi Bulan Purnama Prapaskah (Lenten Full Moon) yang merupakan Bulan Purnama terakhir di musim dingin (belahan utara). Sebulan setelahnya, yakni Bulan Purnama Paskah (Easter Full Moon atau Paschal Full Moon) merupakan Bulan Purnama pertama di musim semi (belahan utara). Bulan Purnama ketiga yang dinamai sebagai Bulan Biru dapat memastikan jatuhnya Prapaskah dan Paskah sudah sesuai dengan fase Bulan yang tepat, sehingga peringatan hari besar lainnya juga akan jatuh di waktu yang tepat.
ADVERTISEMENT
Bulan Biru Musiman pernah terjadi pada 22 Mei 2016 dan 19 Mei 2019 dan akan terjadi lagi pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027.

Asal-Usul Bulan Biru Bulanan

"Definisi Bulan Biru yang lebih populer, yaitu Bulan Purnama kedua dalam salah satu bulan kalender Masehi, disebabkan oleh kesalahan penafsiran yang pada mulanya dibuat oleh seorang astronom amatir, James Hugh Pruett (1886–1955) dalam majalah Sky & Telescope edisi 1946. Kesalahan ini akhirnya tersebar sebagai fakta. Hari ini, definisi ini dianggap sebagai definisi kedua Bulan Biru alih-alih menganggapnya sebagai suatu kesalahan," ungkap Andi Pangerang.
Bulan Biru Bulanan pernah terjadi pada tanggal 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018 dan akan terjadi lagi pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026.
ADVERTISEMENT
Jadi, jangan lewatkan fenomena langka ini ya, yuk sama-sama menikmati keindahan Blue Moon sambil menikmati secangkir kopi hangat di depan rumahmu!