Alasan Labuan Bajo Bakal Susah Jadi Daerah Wisata Sesukses Bali

Christofel Sanu
Tenaga Ahli Hukum Minyak Gas Bumi PT. Nusa Consultan. Indonesian Legal and Regulation On Oil and Gas Industry. Peminat masalah Geopolitik, Hukum, Sosial Budaya, Politik dan Pariwisata. Tinggal di Jakarta
Konten dari Pengguna
2 Juni 2023 16:30 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christofel Sanu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto udara kawasan Mice di Jalan Bajo-Golo Mori, Desa Golo Mori, Manggarai Barat, NTT, Kamis (4/5/2023).  Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kawasan Mice di Jalan Bajo-Golo Mori, Desa Golo Mori, Manggarai Barat, NTT, Kamis (4/5/2023). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Sudah berapa kali saya balik ke Labuan Bajo dan berapa kali dalam kunjungan ke sana saa selalu berpikir bahwa Labuan bajo akan menjadi nadi baru untuk wisata di Indonesia. Hal ini tentu saja wajar sebab Labuan Bajo punya landscape yang sangat spektakuler keunikan yang hanya ada di Labuan Bajo, seperti hewan endemik Komodo, keindahan bawah laut, dan masih banyak lagi lainnya.
ADVERTISEMENT
Kalua mau dibilang Labuan Bajo adalah salah satu tempat wisata favorit buat saya di Indonesia, bahkan pemerintah Indonesia pun sangat percaya diri memilih Labuan Bajo untuk menjadi salah satu daerah wisata yang masuk dalam konsep 10 Bali baru di Indonesia. Hal inipun dibuktikan dengan ditetapkannya Labuan Bajo sebagai tempat penyelenggaraan KTT ASEAN 2023 yang baru saja usai.
Namun terlepas dari semua itu, faktanya sudah bertahun-tahun Labuan Bajo sepertinya belum kelihatan menunjukkan taringnya. Hal ini terlihat dari data jumlah turis yang berkunjung ke Labuan Bajo pada tahun 2019 saja, jumlah turis yang berkunjung di Labuan Bajo hanya di angka 256 ribuan.
Bahkan data terbaru di Tahun 2022 jumlah turis yang datang ke Labuan Bajo hanya sekitar 1700 ribuan dan ini menunjukan terjadi penurunan, jika dibandingkan dengan Bali yang pertahunnya Bali bisa menarik sekitar 6 jutaan tulis pertahun. Tentu saja Labuan Bajo tertinggal jauh dan impian menjadi Bali baru di Indonesia akan akan terlalu mustahil.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya akan membahas alasan Labuan Bajo susah untuk menjadi daerah wisata yang besar atau sukses Bali (Bali Baru).
Faktor pertama yang membuat Labuan Bajo susah berkembang adalah keunikan gaya wisatanya yang berbeda dari daerah wisata lainnya di Indonesia. Keunikan yang saya maksud disini adalah wisata Labuan Bajo lebih dominan adalah wisata laut. Sekitar 90% wisata ini tentu sangat tergantung dengan transportasi kapal. Hal ini membuat Labuan Bajo hanya menjadi daerah transit saja buat turis karena tempat wisatanya kebanyakan ada di pulau-pulau di sekitaran Labuan Bajo.
Contohnya pulau-pulau yang terkenal seperti Pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Manjarite dan masih banyak pulau-pulau lainnya. Hampir pasti ketika Anda ke Labuan Bajo, Anda sangat membutuhkan transportasi kapal. Bahkan transportasi kapal adalah hal yang pertama yang harus Anda booking dulu sebelum ke Labuan Bajo. Jika sudah booking kapal, Anda baru mencari tiket pesawat maupun penginapan. Jadi destinasi wisatanya ini kebanyakkan di pulau-pulau itu.
ADVERTISEMENT
Karena itu Labuan Bajo pun terkenal dengan penawaran wisata Paket Life On Board atau tinggal di dalam kapal. Paket ini bervariasi mulai dari trip 2 hari hingga trip 10 hari di kapal. Anda akan tidur, makan, dan berwisata menghabiskan waktu liburan dengan moda transportasi kapal tersebut.
Tak heran, banyak yang bilang kalau di Labuan Bajo, orang turun dari pesawat akan langsung menuju ke Dermaga untuk naik kapal. Sebaliknya jika selesai trip di kapal, mereka pun langsung menuju ke bandara untuk balik ke rumah masing-masing. Hal ini membuat orang lokal atau bisnis lokal yang ada di Labuan Bajo pun sering gigit jari atau kehilangan kesempatan untuk mendapat pendapatan yang signifikan dari turis yang berkunjung di sana.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini juga membuat Labuan Bajo susah menjadi daerah wisata yang besar dikarenakan ketergantungan akan jumlah kapasitas kapal yang ada. Contohnya seperti sekarang kapasitas kapal di Labuan Bajo hanya bisa menampung kurang lebih 1000 turis per harinya. Sehingga, ketika tiba-tiba ada kenaikan jumlah kunjungan turis ke angka 2000 turis per harinya Labuan Bajo akan sangat sulit mengisi kuota yang berlebihan tersebut.
Sebab tidak mudah untuk menyediakan kapal dalam jumlah besar di waktu singkat. Apalagi kapal di Labuan Bajo adalah kapal dengan modifikasi khusus yang butuh waktu lama untuk diproduksi dan tentunya harga kapalnya sangat mahal. Dengan kata lain, akan butuh dana yang besar untuk menutupi lonjakan turis tersebut. Oleh karena itu perkembangan jumlah tersebut sangat terbatas dan sangat tinggi ketergantungannya dengan jumlah kapasitas kapal yang ada.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua adalah lokasi dan landscape Labuan Bajo. Jika Anda pernah ke Labuan Bajo, Anda pasti menyadari bahwa Labuan Bajo awalnya hanyalah sebuah “Kampung Nelayan”. Daerah ini sejak awal bukan di desain menjadi kota besar. Hal itu terlihat dari geografisnya yang sangat berbukit dan tidak banyak memiliki tanah datar.
Kondisi ini sangat vital. Sebab untuk menjadi daerah wisata yang besar diperlukan juga pembangunan yang besar. Sedangkan membangun Labuan Bajo tentu sangat sulit karena faktor geografis itu sendiri, kontur tanahnya miring dan tidak mudah untuk disulap menjadi kota pariwisata yang besar. Makanya jika diperhatikan banyak Hotel atau Resort yang terkenal di Labuan Bajo dibangun di tanah perbukitan yang miring dan sehingga faktor ini membuat investasi di Labuan Bajo itu sendiri sangat memakan biaya.
ADVERTISEMENT
Membangun hotel di Labuan Bajo memakan biaya lebih besar daripada membangun hotel yang sama di Bali.
Selain membutuhkan dana tambahan serta arsitektur yang khusus untuk membangun di daerah yang tanahnya miring, material-material bangunan tersebut pun kebanyakan dikirim dari luar daerah. Kondisi ini yang akan membuat pembangunan infrastruktur wisata di Labuan Bajo itu sendiri akan sangat membengkak, mulai dari material semen besi hingga tanaman hias pun banyak dikirim dari daerah-daerah lain dimana ini semua termasuk dalam faktor geografis Labuan Bajo itu sendiri.
Berikutnya kita masuk ke faktor-faktor lainnya dan faktor berikutnya ini adalah faktor “Sumber Daya Manusianya”. Jika kita perhatikan sejarahnya Labuan Bajo itu adalah Desa Nelayan yang memang dari awal tidak ada yang tahu bisa menjadi pusat pariwisata yang sangat spektakuler dalam 20 tahun terakhir. Terutama sejak Pulau Komodo dengan Taman Nasional Komodo terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam terbaru melalui New 7 Wonders Foundation pada tahun 2012, serta penyelenggaraan Sail Komodo pertama kali tahun 2013.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu sumber daya manusianya pun sangat terbatas karena kebanyakan warga lokalnya berprofesi sebagai nelayan yang sekarang kebanyakan dari mereka sudah beralih profesi ada yang berganti profesi menjadi nakhoda kapal menjadi guide ataupun pemilik bisnis kecil maupun bisnis lokal bidang pariwisata dan serta menjadi ABK kapal dan lain sebagainya.
Faktor sumber daya manusia inilah yang membuat Labuan Bajo banyak sekali mendatangkan orang dari luar ataupun orang di luar daerah sangat tertarik untuk ke Labuan Bajo.
Makanya ketika ke Labuan Bajo kita akan menemui banyak sekali orang-orang dari daerah atau provinsi-provinsi yang berbeda-beda karena memang situasi Labuan Bajo ini menarik banyak sekali orang lain untuk datang. Sebab dulunya Labuan Bajo hanyalah sebuah kampung nelayan biasa. Karena sumber daya manusia yang profesional untuk menjangkau vitality pun sangat minim karena itu banyak yang dikirim dari luar daerah. Seperti dari Bali, dari Lombok, dari Makassar yang datang untuk mengisi posisi-posisi profesional di bidang hospitality untuk mengimbangi perkembangan pariwisata yang ada di Labuan Bajo.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga bisa menimbulkan konflik ataupun kecemburuan sosial juga karena orang-orang lokal di sana akan bersaing dengan orang-orang luar dan Kalau membicarakan tentang hal ini juga termasuk faktor berikutnya yaitu adalah faktor investor memang tidak bisa dipungkiri untuk menjadi daerah wisata yang cepat pembangunannya atau berkembang dengan pesat, dibutuhkan investor-investor juga, dan kebanyakan investor itu terutama di Labuan Bajo berasal dari luar daerah. Misalnya investor dari Jakarta, investor Surabaya yang datang ke sana untuk berinvestasi.
Hal itu terlihat banyak sekali investor-investor luar yang berinvestasi kapal di sana hotel penginapan restoran dan lain sebagainya. Investor luar ini sebenarnya bisa menimbulkan hal pro dan kontra. Sebagaimana kondisi saat ini.
Kehadiran investor di Labuan Bajo sejatinya untuk membantu perkembangan dengan cepat terutama di Labuan Bajo dan juga membuka peluang kerja yang sangat luas untuk daerah tersebut maupun Flores pada umumnya. Tetapi di sisi hal ini juga bisa menimbulkan kecemburuan sosial, ataupun orang lokal yang merasa tersisihkan karena adanya investor yang kita tersebut yang memiliki tanah membangun dan akhirnya membuat daerah Labuan Bajo “menjadi mahal”, dan memicu orang lokal yang sudah memiliki tanah turun-temurun akhirnya lama-lama tergeser.
ADVERTISEMENT
Walaupun hal itu sebenarnya hampir terjadi di semua daerah yang perkembangan pembangunannya lagi high, atau naik seperti wisatanya, seperti Labuan Bajo harus diakui memiliki dilemanya sendiri makanya kalau kita lihat diberita, disosial media banyak sekali keluarga di Labuan Bajo yang mungkin protes ataupun melakukan demo karena di sana memang ada konflik internalnya juga, mulai dari pengusaha kapal ataupun Para investor investor dari luar.
Sebenarnya pemerintah Daerah maupun pemerintah Pusat sudah berusaha sangat luar biasa untuk Labuan Bajo, walaupun Labuan Bajonya kan hanya kotak kecil namum pemerintah tetap mengeluarkan dana yang cukup besar untuk kota kecil ini.
Makanya ketika Labuan Bajo dibuat menjadi destinasi wisata eksklusif sebenarnya, kalau melihat faktor-faktor ini memang lebih cocok Labuan Bajo menjadi destinasi wisata premium, karena jika melihat kondisi sekarang dan faktor-faktor yang dijelaskan sebelumnya akan tidak mungkin Labuan Bajo bisa menampung jutaan tulis seperti layaknya Bali atau Lombok. Karena memang daerahnya terbatas dan banyak sekali faktor-faktor yang kurang mendukung.
ADVERTISEMENT
Sangat wajar ketika kebijakan pemerintah menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium menimbulkan pro dan kontra, karena banyak dari kita mungkin tidak bisa menikmati Labuan Bajo karena terlalu mahal dan juga warga lokal yang mungkin akan kehilangan pendapatan yang jauh lebih besar lagi akibat jumlah kunjungan menurun yang hanya orang-orang tertentu yang datang ke Labuan Bajo.
Hal itu pula yang menggambarkan situasi sebenarnya, dimana Labuan Bajo memiliki banyak dilema, walaupun harus diakui tempatnya sangat indah. Boleh dibilang salah satu tempat yang paling indah di Indonesia. Namun butuh banyak waktu, dan juga butuh banyak solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Apalagi kalau pemerintah ingin membuat Labuan Bajo menjadi salah satu dari 10 Bali baru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor lain yang mungkin terkesan kecil tapi menurut saya juga penting. Contohnya model wisata Labuan Bajo itu sebenarnya sangat tertarget untuk traveler tertentu, misalnya kalau Anda yang ingin family trip sepertinya kurang cocok di Labuan Bajo karena kebanyakan 90% waktu kita akan habis di kapal. Atau misalnya kalau yang mabuk laut akan sangat sulit menikmati hal tersebut. Bagi mereka yang membawa anak dibawah 5 tahun akan sangat riskan tinggal di laut selama berhari-hari.
Hal lainnya adalah di Labuan Bajo masih sangat terbatas dalam sisi lifestyle contohnya variasi restoran-restoran yang ada, penginapan yang ada, hingga hiburan-hiburan pendukung lainnya, sebagaiman di Bali. Katakan saja banyak orang bisa balik lagi ke Bali Karena Bali itu menawarkan destinasi wisata yang sangat luas dan beragam bagi semua orang. Mulai dari seninya kebudayaannya lifestylenya makanannya hingga hiburan-hiburan lain. Sedangkan Labuan Bajo itu terlalu fokus kepada alamnya saja sementara sisi lainnya masih sangat kurang berkembang.
ADVERTISEMENT
Memang butuh waktu untuk mengejar semua kekurangan tersebut. Tak heran kini banyak sekali pembangunan di Labuan Bajo diupayakan untuk menarik orang-orang supaya tidak langsung pulang. Upaya ini dilakukan paling tidak untuk sedikit menggeser stigma bahwa Labuan Bajo hanyalah sebuah kota transit. Kini Labuan Bajo dibangun museum pusat seni kebudayaan dan lain sebagainya.
Memang kalau sudah pernah sekali ke Labuan Bajo mungkin kita tidak akan beli tiket lagi untuk ke Labuan Bajo karena sudah pernah lihat Pulau Padar dan sudah pernah foto di sana. Berbeda dengan Bali, kalau kembali ke Bali, kali ini mungkin ingin fokus untuk mencoba kulinernya kemudian kembali lagi untuk menikmati lifestylenya.
Kurang lebih seperti itu pendapat saya yang melihat bagaimana sulitnya Labuan Bajo akan susah untuk menjadi daerah wisata yang besar atau sesukses Bali. Akhir kata saya bilang Labuan Bajo tempat yang paling indah di Indonesia tempat saya tumbuh dan dewasa, tempat yang wajib bagi Anda untuk pergi ke sana. Apalagi kalau kalian seorang traveler, ini salah satu spot wajib untuk dikunjungi tidak hanya itu ia juga memiliki hewan endemic sangat langka yang hanya ada di sana yaitu Komodo, tetapi Labuan Bajo juga punya pantai yang indah seperti pink beach. Jadi kalau menurut saya harus kunjungi Labuan Bajo.
ADVERTISEMENT
Sedangkan mengenai perkembangannya menurut saya tidak harus juga Labuan Bajo memaksakan diri untuk menjadi Bali ataupun sebesar Bali. Karena nantinya akan menimbulkan permasalahan permasalahan baru contohnya semakin banyak turis semakin banyak sampah semakin banyak turis semakin banyak sekali kriminal dan juga anggota personil keamanannya juga sangat terbatas kurang lebih seperti itu pandangan saya.