Konten dari Pengguna

5 Tips untuk Meningkatkan Inklusivitas dalam Tempat Kerja

Christina Amanda Savitri
Lecturer in Politeknik Ketenagakerjaan (Polteknaker)
1 Agustus 2024 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christina Amanda Savitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003, setiap tenaga kerja memiliki kesempatan dan memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dari perusahaan. Maka dari itu kita sebagai orang-orang yang bekerja dalam perusahaan harus memiliki pandangan yang sama terkait inklusivitas dan mengaplikasikan kebijakan Undang-Undang dalam pekerjaan. Berikut merupakan pandangan saya untuk dapat meningkatkan inklusivitas di tempat kerja kalian :
Sumber : https://unsplash.com/photos/five-human-hands-on-brown-surface-LjqARJaJotc?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash, Ilustrasi : Inklusivitas
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://unsplash.com/photos/five-human-hands-on-brown-surface-LjqARJaJotc?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash, Ilustrasi : Inklusivitas

1. Meninjau Kebijakan Internal Perusahaan

ADVERTISEMENT
Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing, terlebih lagi terkait inklusivitas yang memang mungkin belum semua perusahaan mencantumkan dalam kebijakan perusahaan mereka. Dalam rangka untuk meningkatkan inklusivitas di dalam perusahaan, perlu adanya tinjauan kembali kebijakan internal perusahaan. Kalau memang belum diatur secara jelas, perusahaan bisa mencantumkan hak dan kewajiban yang memang mengutamakan nilai inklusivitas. Di lihat kembali apakah dari sisi kepedulian kesehatan uuntuk mental health issue, kebijakan ruang-ruangan tertentu dan fasilitas untuk mendukung kesetaraan, kemudian dikaji kembali kebijakan terkait konsekuensi bila karyawan atau pimpinan melakukan hal yang tidak mengutamakan inklusivitas misalnya melakukan diskriminasi. Mengkaji kebijakan internal perusahaan juga harus berdasarkan peraturan-peraturan pemerintah dan bisa mencontoh dari beberapa perusahaan yang memang sudah menjadikan inklusivitas sebagai budaya dalam perusahaan mereka.
ADVERTISEMENT

2. Mengidentifikasi Isu yang Terjadi pada Perusahaan

Dalam perusahaan, kita akan menemui berbagai isu inklusivitas yang terjadi. Menurut Ella Washington, yang merupakan profesor di Georgetown University's McDonough School of Business mengatakan bahwa organisasi atau perusahaan terkadang menginginkan solusi tanpa mengetahui dan memahami isu atau problem sebenarnya. Perusahaan dalam hal ini harus melihat dan menggali isu apa yang terjadi di dalam perusahaan, kenapa hal tersebut terjadi, dan dari menggali isu inklusivitas yang terjadi, perusahaan khususnya HR bisa memahami apa yang terjadi dan akan menemukan solusi yang terbaik.

3. Menstandardisasi Prinsip Inklusivitas dalam Perusahaan

Di dalam perusahaan kita akan menemui berbagai macam karyawan dan berbagai macam perbedaan yang terjadi. Untuk membentuk tempat kerja yang setara dan mengaplikasikan nilai inklusivitas, pihak terkait dalam perusahaan harus memberikan standar yang bisa diacu secara bersama-sama. Standar untuk keingintahuan akan suatu isu, standar yang pantas dalam bersikap, harus ada standar juga yang diatur ketika melakukan celotehan yang tidak baik terkait inklusivitas. Pimpinan dan karyawan harus mengetahui standar penting ini agar di dalam perusahaan tidak terjadi perpecahan dan bisa saling respek satu sama lain.
ADVERTISEMENT

4. Menjadikan Inklusivitas dalam Budaya Kerja

Di dalam perusahaan, HR harus menjadikan dan membentuk strategi budaya inklusivitas sebagai salah satu poin utama yang harus dibahas dan diterapkan masuk dalam budaya kerja. Di dalam perusahaan juga harus ada instrumen untuk mengukur kesuksesan perusahaan dalam menerapkan inklusivitas. Dengan instrumen pengukuran yang jelas, perusahaan bisa mengetahui seberapa baik penerapan inklusivitas di tempat kerja. Strategi yang bisa diterapkan misalnya budaya inklusivitas ini harus dikatakan atau diomongkan antar karyawan setiap harinya, atau pimpinan juga harus membicarakan terkait strategi, nilai, visi, dan misi yang juga terkait dengan inklusivitas di dalamnya. Banyak cara lain yang bisa diterapkan agar keadaan setara dan tidak membeda-bedakan ini bisa menjadi budaya.
ADVERTISEMENT

5. Memberikan Ruang untuk Karyawan Memberikan Masukkan

Seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya karyawan dalam perusahan ingin terlibat dalam proses bisnis yang ada, termasuk juga dalam membentuk budaya, standar aturan dan kebijakan. Perusahaan harus sadar bahwa budaya terkait inklusivitas ini akan lebih baik bukan hanya berdasarkan beberapa orang tertentu yang membuat, tetapi bisa melibatkan karyawan lain untuk memberikan input sehingga nantinya baik budaya, aturan, kebijakan atau yang lainnya akan terbentuk secara lengkap dan karyawan akan senang ketika masukkan yang diberikan juga menjadi bahan pertimbanagan di dalam perusahaan. Keterlibatan karyawan dalam perusahaan ini bukan hanya akan mendapatkan perusahaan yang peka terhadap inklusivitas tetapi dengan melibatkan karyawan dalam memberikan masukkan, perusahan akan meningkatkan retensi karyawan. Banyak benefit yang lainnya yang akan didapatkan.
ADVERTISEMENT