Pahlawan Tanpa Pamrih

Christy Tolukun
Mahasiswi Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
13 Juli 2021 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christy Tolukun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ini belum akhir, masih banyak jalan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.” Sebuah kalimat dari seorang guru yang selalu aku ingat. Ketika perasaan terpuruk karena sesuatu yang diimpikan tidak tercapai.
Ilustrasi seorang guru. Sumber foto : Pixabay
Tak disangka sudah beberapa tahun tidak berjumpa dengan beliau. Bu Agus namanya. Sosok yang ku kenal ketika menginjak kelas 6 SD. Umurnya yang tidak muda lagi bukan berarti tidak bersemangat untuk mengajar para murid. Beliau membuka les di rumahnya. Mengajar dan menyayangi kami para murid. Pagi hari selalu menyambut kami dengan sapaan dan senyumannya. “Selamat pagi, nak,” sapanya ketika aku memasuki gerbang rumahnya.
ADVERTISEMENT
Anak muridnya yang diajar di sekolah juga mengikuti pembelajaran di rumahnya. Tidak hanya itu, anak murid yang tidak diajar pun juga datang ke rumahnya untuk mengikuti pelajaran tambahan yang diberikan. Banyak anak yang sayang kepadanya. Beliau sungguh ramah dan baik hati. Bagaimana tidak? Kami yang hanya numpang belajar di rumahnya, diberi makanan juga. Layaknya seorang anak yang sedang lapar meminta makan kepada ibunya. Tak sampai di situ, jika ada yang benar menjawab soal akan diberikan hadiah.
Bahkan, ada anak murid yang mengikuti les dengan cuma-cuma. Beliau rela tidak dibayar oleh beberapa anak murid yang kondisinya kurang memungkinkan untuk membayar. Demi anak tersebut mendapat pelajaran tambahan di rumahnya. Beliau juga tidak ingin jerih payahnya sia-sia. Terkadang mengajarkan kami dengan tegas agar setiap ucapannya tidak berlalu begitu saja. Beliau hanya ingin aku dan murid lainnya mendapatkan hasil yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Sosok ini yang membuatku termotivasi hingga kini. Beberapa kali aku mendapatkan hasil ujian yang rendah. Beliau mengetahui nilaiku itu. Saat aku memasuki rumahnya untuk mengikuti les, beliau langsung menyuruhku duduk di sampingnya. Bercengkrama dan memberiku banyak masukan. Beliau tidak ingin aku mendapat nilai yang rendah lagi dan ingin yang terbaik dariku. Getaran tubuh terasa di sekujur tubuh. Tiap kalimat yang dikeluarkannya menyentuh relung hati.
Siapa sangka malam itu seseorang menguatkanku dengan sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Ucapan yang dapat mengubah nilai seorang anak. Tidak hanya itu, beliau mengubah jalan pikirku untuk tidak mudah terpuruk akan kondisi dan situasi yang aku hadapi.
Seminggu setelah mendapatkan masukan dari beliau, aku mengikuti ujian kembali. Tentunya aku lebih giat untuk belajar dan bertanya kepadanya. Dan benar saja, setiap soal dalam ujian tersebut dapat dengan mudah aku jawab. Setiap pengajaran yang diberikannya aku ingat dan pahami.
ADVERTISEMENT
Ketika hasil ujian diumumkan aku mendapatkan nilai tertinggi kedua di sekolah. Sungguh senang rasanya bangkit dan mendapatkan hasil sesuai harapan. Itu semua karena sosok pahlawan tanpa tanda jasa. Sosok yang ikhlas memberikan waktu untuk mengajar murid-muridnya. Seorang yang tulus hati memberikan jiwa raganya. Tak mengenal lelah untuk mendidik, mengajar, dan membimbing murid-murid sampai bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Sungguh, beliau adalah pahlawan tanpa pamrih.
(Christy Tolukun/Politeknik Negeri Jakarta)