Tutup Usia

Christy Tolukun
Mahasiswi Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
9 Juli 2021 20:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christy Tolukun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tempat terbaik untuk mendapatkan dukungan dan ketenangan adalah keluarga. Ilustrasi foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Tempat terbaik untuk mendapatkan dukungan dan ketenangan adalah keluarga. Ilustrasi foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Keluarga merupakan tempat untuk merasakan kehangatan dan kasih sayang. Tetapi, keluarga tidak akan selalu ada sampai akhir hayat kita. Terkadang, ada anggota keluarga yang harus dipanggil lebih dahulu oleh Tuhan. Sama halnya dengan salah satu anggota keluargaku.
ADVERTISEMENT
Berawal dari kelulusanku di SMA. Liburan dan akhir pekan aku habiskan waktu bersama keluarga. Setiap hari Sabtu, keluargaku selalu menyediakan waktu luang untuk berlibur ke puncak. Walaupun membosankan, kami senang bepergian bersama.
Sampai suatu hari saat kami bersiap-siap untuk berlibur, keluarga mama yang berada di kampung menelepon, dan ternyata memberi kabar bahwa nenek sedang sakit. Ya, memang kabar duka ataupun suka bisa datang kapan saja. Tetapi, siapa yang mau mendapat kabar duka saat keadaan sedang berbahagia. Saat itu juga situasi berubah, mama langsung bersedih. Tentunya, papa langsung membatalkan perjalanan untuk berlibur.
Mama pun bercerita kepadaku kalau perasaan mama tidak enak. Setelah tiga hari mendapat kabar tersebut, keluargaku mendapat kabar lagi bahwa nenek sudah meninggal. Mama langsung menangis saat itu. Mama meminta papa untuk segera berangkat bersama-sama ke Jawa Timur, kampung mama.
ADVERTISEMENT
Tidak berpikir lama, papa langsung meminta izin kepada pimpinannya untuk izin cuti beberapa hari. Mama juga menyuruhku untuk meminta izin ke pihak sekolah untuk tidak mengikuti pelajaran selama beberapa hari.
Di dalam perjalanan, mama mendapatkan kabar lagi bahwa nenek akan segera dimakamkan. Situasinya saat itu tidak bisa tiba tepat waktu, karena keluarga kami menaiki mobil. Mama pun hanya pasrah dan bersedih.
Setibanya di Jawa, nenek sudah dikubur dan mama hanya bisa melihat makamnya saja. Ketika kami tiba, semua orang sedang bersedih. Terutama kakak keduaku yang telah dirawat sejak kecil oleh nenek di kampung. Mama pun menenangkan kakak keduaku. Mama menyuruhnya untuk ikut dan tinggal bersama di Jakarta. Walaupun masih ada keluarga dari budeku di kampung, tetapi mama ingin merawatnya karena sudah lama tidak bersama kakakku.
ADVERTISEMENT
Kami pun kembali ke Jakarta bersama dan memulai hidup dengan kakakku itu. Memulai segala sesuatunya dengan anggota keluarga yang sudah lama tidak bersama. Mama telah kehilangan seorang ibu. Tetapi, mama juga dapat hidup bersama lagi dengan anak keduanya. Memang, kehilangan orang yang sangat kita sayangi sungguh menyayat hati. Tetapi, perjumpaan kembali dengan sang buah hati dapat melegakan jiwa dan pikiran mama yang selama 17 tahun tidak bersama.
(Christy Tolukun/Politeknik Negeri Jakarta)