Konten dari Pengguna

6 Rekomendasi Kuliner Palangka Raya Ini, Siap Memanjakan Lidahmu

11 Juni 2019 17:23 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Caca ChubbyTraveler - Food Reviewer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah berkunjung ke Palangka Raya? Ya, ibu kota dari provinsi Kalimantan Tengah ini mulai mencuri perhatian sebagian orang karena adanya desas-desus pemindahan ibu kota dari Indonesia ke wilayah ini. Berbicara tentang Palangka Raya, ada begitu banyak tradisi serta jajanan khas yang perlu kalian ketahui. Kalau boleh jujur, hanya sedikit orang yang tahu tentang si Kota Cantik Palangaka Raya ini.
Kuliner khas Palangkaraya.
zoom-in-whitePerbesar
Kuliner khas Palangkaraya.
Meskipun enggak banyak hiburan di sini, tapi kalian pastinya akan terkesima oleh kenikmatan kuliner khas Borneo ini. Berhubung gue datang pas momen lebaran sekalian pulang kampung ke sana, sehingga banyak tempat yang mau gue sambangi tutup.
ADVERTISEMENT
Di sini banyak banget warga pendatang, jadi mereka juga ikutan mudik ke kampung masing-masing. Orang lokal di sini adalah orang Dayak, sedangkan pendatang terbesar di sini berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, bahasa lokal di Kota Palangka Raya adalah Dayak dan Bahasa Banjar, karena pengaruh dari perpindahan penduduk itu.
Orang luar terbesar ketiga yang bertransmigrasi ke Palangka Raya ialah orang Jawa. Karena itu pula, makanan khas Jawa banyak banget dan enak-enak layaknya di tempat asalnya. Seperti nasi rames yang jadi favorit gue. Tapi, sesuai judul ya, yang mau gue ulas di sini pastinya lebih ke makanan lokal Dayak dan Banjar dengan selingan makanan Jawa!
Mie Totti - Titti
Langsung aja ya, ini enggak halal! Dari pintu masuk saja sudah terpampang papan yang bertuliskan “menyajikan makanan B2”. Yang disajikan dari restoran ini memang merupakan hidangan khas Chinese. Nah, pertama yang perlu kalian pesan adalah Pangsit Mie Kuah. Hati-hati, ya, karena kuahnya super panas langsung dari open kitchen yang ada di depan tempat untuk makannya. Tahu kan kayak restoran jaman dulu? Biasa!
Menunggu sekitar 15 menit untuk menanti semua makanan kami disajikan. Porsinya terkenal sangat besar. Beberapa orang sampai kewalahan untuk menghabiskannya. Eits, tapi bagi sebagian orang, hidangan ini wajib dimakan sama nasi putih lagi.
ADVERTISEMENT
Nah, nasi putih di sini beda, lho. Rata-rata mereka pakai Nasi Banjar, kecil-kecil dan gembur, kering, jadi kepisah-pisah nasinya, dan bukan yang lengket. Suka banget gue! Dimakan sama sop kuah, beuh, menyatu semuanya. Rasanya malah ingin nambah lagi.
Hidangan ini juga tersedia bersama irisan daging babi, dan sayur rebus. Kuahnya ada cita rasa pedas lada putih, asin gurih kaldunya terasa nyata. Itu yg bikin kuah ini thick, dan juga karena kaldunya yahut abis. Jadi teksturnya agak kental. Jangan makan kelamaan, nanti minya lembek.
Lalu, ada juga Tamie yang juga menggunakan bahan dasar mi. Bedanya, ini digoreng dulu jadi garing baru kemudian disiram kuah cokelat. Secara rasa, lebih manis karena mungkin penggunaan dari kecap manis yang membuat warnanya juga cokelat tua kehitaman. Ada hati dan ampela ayam, daging ayam, seafood, jamur kuping, dan sayuran yang banyak banget.
ADVERTISEMENT
Komposisi porsi sayur dan mie sama banyaknya! Intinya mie di sini enggak gitu banyak, diimbangi dengan sayur yang membuatnya terlihat seperti capcay. Yang unik dan beda di sini, adalah mi dimakan selagi masih crispy dan tidak crispy di bagian yang terendam kuah.
Soto Banjar H. Hasan
Restoran ini sudah memiliki empat cabang, lho! Tempatnya sederhana banget, setengah terbuka gitu pake 'AC alam' dan berbentuk rumah kecil dengan kesan kayu-kayu. Tersedia dua menu, yaitu nasi sop atau soto banjar ketupat. Nasi sop ini pakai nasi banjar, disajikan bersama ayam suwir, perkedel singkong, bihun, wortel, kentang, dan telur rebus yang sudah diiris.
Seledri berperan banget di sini karena bikin wangi! Supnya hangat-hangat gitu, sambil dihirup. Behh. Terakhir, ada taburan bawang goreng! Bedanya kalo pakai ketupat, lebih rapih makannya. Soalnya, kalo nasi, kan, menyebar di piring, jadi kelihatan penuh. Bedanya, si ketupatnya sudah gurih dari santan.
Personally, gue lebih suka nasi sop alias soto banjar pake nasi, karena sensasinya beda aja ‘nasi banjar’ seperti yang gue jelasin sebelumnya, nasi gembur kecil-kecil. Yum! Biasanya, soto banjar dimakan bersama dengan sate ayam, beuhh.
Trik gue biar makanan ini makin mantap adalah dengan mencampur kuah soto dengan saus kacang sate! Rasa gurih dan rempah-rempah dari kuah soto pun bercampur dengan rasa manis dan ‘tekstur’ saus kacang yang masih kasar!
ADVERTISEMENT
Rumah Makan Bang Jali
Yang satu ini memang terkenal banget dari dulu, dan sudah berdiri sejak tahun 1980. Tempatnya sudah diperbesar ke ruko-ruko di sampingnya, sehingga menjadi lebih lebar. Interiornya didominasi dengan warna ungu. Tempatnya enggak sumpek, karena jarak antara satu meja dengan yang lain cukup luas. Plus, gue datang pas lagi sepi karena masih musim lebaran.
Ini salah satu pelayanan tercepat selama gue makan di Palangka Raya! Nah, pelayanan di restoran-restoran di Palangka Raya ini memang kebanyakan lelet banget, mau ramai ataupun enggak. Tapi, berbeda di Bang Jali, makanan sudah siap langsung bisa disantap di meja hanya dalam 5 menit! Salut, kan?
Memang hari-hari biasanya, tuh, Bang Jali rame banget, jadi semua staf sudah siap dan terbiasa gerak cepat dan gesit.
ADVERTISEMENT
Langung ke menu, ya! Pertama, ada Gulai Kambing yang disajikan lengkap bersama daging kambing, jeroan sapi, emping dan tomat. Buat gue yang enggak bisa makan jeroan, katanya emang enggak bisa pesan kuah dan dagingnya saja, harus campur semua kayak gini. Jadi banyak isi yang terbuang karena gue enggak bisa makan semuanya.
Daging kambingnya, sih, gila! Empuk banget, ya!
Lalu, ada sop kambing yang menurut gue, kuahnya sama aja dengan si gulai, ya. enggak ada bedanya. Isinya juga ada daging kambing. Bedanya ini bukan dengan jeroan, tapi sama kikil isiannya. Nah, gue lebih bisa makan yang ini, hahaha.
Untuk kuahnya, secara tekstur kental, dan rasanya rich, creamy dan asin gurih dengan sedikit rasa pedas. Lebih nikmat lagi kalau dimakan dengan potongan cabe rawit plus acar! Beuh. Seger banget!
Oiya, di sini sate ayam dan sate kambingnya juga terkenal, lho. Sate ayam disajikan dengan saus kacang yang teksturnya kasar dan masih nyata banget kacang-kacangnya, bisa dikunyah. Gue bukan penyuka tipe yang kayak gini, tapi dari segi rasa, enak dan enggak terlalu manis. Nah, sate kambing nya – gilak, empuk banget. Ditambah dagingnya tebal tebal banget, enggak pelit, jadi puas pesan dan makannya.
ADVERTISEMENT
Soalnya, pengalaman pribadi gue makan sate kambing berakhir dengan enggak kemakan karena males ngunyah dengan kealotan daging kambing tusuk itu (sate). Jangan lupa makan pake kecap manis plus tomat dan acar. Juara!
Rumah Makan Al-Mu'Minun
Kalau yang ini tuh banyak dikunjungi sama turis! Berhubung Palangka Raya memang hanya ada sungai, jadi hasil tangkapan di sini adalah ikan-ikan sungai, seperti ikan patin, lais, bawung dan lain-lain. Jadi, makanan di sini adalah ikan bakar, nasi banjar, sop gangan asam, sambel, dan otak-otak. Udah wajib hukumnya! Makan pakai tangan biar mantep. Yuk, mari ulas satu-satu.
Ikan yang pertama adalah ikan patin. Tipe dagingnya agak berlemak dan kenyal. Dagingnya juga tebal banget, gampang pula dicopot dari tulang. Makannya enggak ribet karena tulang utama di tengah aja. Bedanya dengan patin di Jakarta, di sini patin berukuran besar dan segar banget! Lalu, ada juga ikan bawung yang berukuran besar juga dan memiliki daging yang tebal dan padat.
ADVERTISEMENT
Ikan ini merupakan tangkapan sungai bukan ikan tambak dan paling mahal. Tapi, tulangnya banyak banget jadi susah dan harus hati-hati makannya.
Lalu, di sini juga terkenal dengan sop gangan asem. Kuahnya berwarna kuning bening dan berisi kol, kacang panjang, dan timun yang udah super lembek. Itulah sensasinya, asem gurih tapi enggak sampe merinding asemnya, asem cuka aja gitu. Aroma kaldu ikan patin, dimakan pake sayur, enak banget!
Otak-otak di sini bukan macem otak-otak di Jakarta! Masih kasar gitu olahannya, jadi kalian bisa lihat teksturnya langsung masih kayak berdaging gitu. Rasanya ikan banget, gila! Pakai ikan gabus! Jangan lupa semua ini dimakan sama sambelnya yang udah asin, jadi bikin rasa keseluruhan makin naik lagi plus pedas!
ADVERTISEMENT
Guang Wei
Ini adalah makanan orang Dayak dan 100 persen non-halal. Makanan enak, tapi sayangnya di sini pelayanannya lama banget, sekitar 45 menit makanan baru datang semua. Yang beda dari tempat makan biasa, di sini juga tersedia daging anjing [RW] rica rica dan bakpao babi.
Nah, gue cobain Bakpao babi nya, nih, sebagai appetizer sembari menunggu makanan utama. Bakpao-nya dipanaskan, gitu, tapi panasnya enggak merata. huhu. Cuma hangat di bagian luar, dan tengahnya masih dingin. Eits, yang penting bakpao-nya ternyata enak! Isinya banyak banget dagingnya, tipe basah dengan cincangan daging babi jadi kecil-kecil dan berbumbu kecap, ada asinnya juga ditambah wangi daun jeruk. Hmmm.
Lalu, ada babi tomat yang dagingnya empuk banget. Tapi, ya gitu. Kalau pesan menu babi di sini selalu banyakan lemaknya dibanding daging, karena memang di Palangka Raya kualitas daging babinya masih kalah jauh dengan yang di Jakarta. Tapi, yang penting di sini dimasak hingga enggak bau dan enggak keras. Makan pakai tomat, mantap jadi rasanya asem manis, gitu, berbentuk saus kental.
Kalau soal babi panggang, enggak usah dijelaskan berbelit-belit, deh! Dipanggang dengan rasa originalnya yang asin aja, gitu. Pakai pelengkap berupa dua macam saus, yaitu; kecap dan sambel. Jadi extraordinary rasanya.
Untuk sayur, ada tumbuk daun singkong yang halus dan berserat. Ini disajikan berkuah dengan santan, gitu, jadi makannya becek-becek di nasi banjar. Favorit!
Kuah Iga asem di sini juga disajikan dengan daging babi yang banyak banget, tapi lemaknya juga enggak kalah banyak. Ada iga babi juga dengan daging super lembut dan enggak effort banget memisahkan tulang dan dagingnya. Bahkan, kadang ada daging yang masih terselubung di tulang-tulang iga, harus diseruput. Berasa, deh, keluar rasa manis cita rasa dari daging babi. Kuahnya asem bening gitu, wajib dimakan bareng babi tomat. Sensasi gurih asemnya dapet, nagih pula!
ADVERTISEMENT
Lontong Banjar, Rumah Makan Venny
Terletak di Jalan Dharmasugondo No. 77, aslinya ini adalah tempat bakery jadul, rasa rotinya biasa aja sebenarnya, tapi klasik, konsisten rasanya. Di sini juga ada tempat makan yang jual banyak hidangan lain, mulai dari bubur ayam, sop mutiara, nasi kuning habang, sampai lontong banjar. Kalau dari tadi disajikan bersama ketupat, ini pakai lontong yang rasanya plain dan teksturnya lebih ke kenyal dan lengket.
Makannya bisa direndam dengan kuah nangka yang gurih creamy bersantan. Lauk di sini ada telur dan ayam atau biasanya juga bisa disajikan dengan ikan haruan. Nah, setiap lauknya dimasak dengan saus merah, jadi rasanya lebih manis dan berminyak. Bisa juga dicampur ke dalam kuah nangka, jadinya, beuh. Pecah!
ADVERTISEMENT
Nah nah nah, setelah ocehan panjang ini apakah jadi membuat kalian cukup penasaran untuk cobain langsung makanan-makanan nya langsung di Palangka Raya? Yang jelas kalau ke sini pastinya sudah engak bingung lagi dong mau makan apa? Langsung meluncur saja ke tempat-tempat di atas!