Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mencicipi Mewahnya 'Bubur Dolar' di Palangka Raya
17 Juni 2019 15:11 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Caca ChubbyTraveler - Food Reviewer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asli, bukan bermaksud berlebihan menuliskan judul. Tapi, dengan semangkuk bubur ayam dihargai Rp 100 ribu (include minuman es teh), masa iya ini enggak bisa masuk kategori bubur termahal? Hebatnya lagi, bubur ini bukan di ibu kota Jakarta, melainkan di Kota Palangka Raya!
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak orang yang terkejut pas melihat bon, tapi bubur ini tetap memiliki pengunjung setia yang sudah berlangganan selama bertahun-tahun. Walaupun makannya enggak setiap hari, ya!
Bubur ini memang terkenal banget di Palangka Raya. Hal pertama yang bikin gerai ini terkenal tentu sudah jelas karena harganya yang tergolong sangat mahal untuk semangkuk bubur ayam. Bahkan, bubur ini juga sudah dapat banyak banget julukan, seperti bubur dolar, bubur poundsterling, bubur emas, macam-macam, deh.
Bubur terkenal ini sudah mulai dijual sejak tahun 1984 dan awalnya berlokasi di ujung jalan Haji Ikap Diponegoro. Di tahun tersebut, lokasinya hanya disewa dan harga bubur juga masih Rp 1.200 saja lho!
Sekarang sudah pindah ke jalan RA Kartini No. 1. Bentuk tempat makan ini hanya rumah kayu yang tidak dicat dan memiliki pagar merah. Jangan bingung kenapa dari tadi kita enggak menyebut nama, karena memang tempat ini enggak ada plang namanya sama sekali! Jadi, memang orang-orang yang tahu saja yang bisa makan di tempat ini. Penanda tempat ini sudah buka hanyalah pintu dan pagar rumah yang terbuka. Rancu banget, kan?
ADVERTISEMENT
Nah, dulu tempat ini pernah menggunakan plang nama. Tapi, sejak 12 tahun terakhir diputuskan untuk enggak pakai lagi karena tempatnya lebih sering tutup. Katanya, kalau enggak ada yang bantu berjualan, ya, ditutup saja tokonya, capek. Lah, asyik banget ya. Suka-suka yang punya mau buka dan tutup kapan saja. Jadi, biar aman, lebih baik ditanya dulu via WhatsApp atau boleh juga kalau mau gambling, cek langsung ke tempat. hahaha.
Dengan harga semahal ini, tentu mengundang beragam komentar dari mereka yang pernah coba. Ada berbagai pro dan kontra tentunya. Beberapa ada yang mengatakan bahwa rasa buburnya sendiri sebenarnya biasa aja, jadi harganya sangat tidak masuk akal.
Ada juga yang berlebihan hingga mengatakan bahwa butuh THR sampai tiga kali untuk bisa makan di tempat ini. Tapi ada juga yang bilang kalau rasanya enak dan daging ayamnya banyak, jadi worth it dengan harga tersebut. Lidah dan dompet setiap orang kan beda-beda, ya!
ADVERTISEMENT
Tapi, bukan tanpa sebab kalau semangkuk bubur ayam itu dihargai mahal. Menurut pengakuan pemilik tempat makan ini, dia enggak masalah kalau buburnya dicap sebagai bubur dolar. Ia mengakui bahwa bahan-bahan yang digunakan juga berkualitas dan sudah mahal dari sananya.
Misalnya, ayam kampung yang dipilih juga enggak sembarangan. Ayamnya harus gemuk dan muda, supaya tetap empuk meskipun dipanggang. Bahkan, di tahun 2007 pernah ada seorang wartawati dari Majalah Femina yang sedang meliput beberapa makanan khas Palangka Raya dan mencoba bubur ini. Dengan harga Rp 30 ribu di tahun 2007, wartawati tersebut bahkan sudah berani bilang kalau bubur tersebut adalah bubur termahal di dunia! Bagaimana dengan harga Rp 100 ribu di hari ini?
Tapi, kembali lagi ke pengakuan yang punya. Ayam kampung yang digunakan memang dipilih dengan teliti banget. Penjual bubur ayam memang banyak, tapi sedikit yang menggunakan ayam kampung berkualitas. Jadi, aroma kaldunya kurang terasa. Kalau pun pakai ayam kampung, potongan ayamnya kecil-kecil dan kelihatannya cuma jadi kayak penghias aja, enggak bikin puas. Jadi, pemilik bubur ayam ini ingin selalu totalitas dengan penggunaan ayam kampung yang gendut dan segar.
ADVERTISEMENT
Setiap ayam yang digunakan pun dipanggang dulu dan disajikan bersama kulitnya juga. Lalu, bubur ini juga dilengkapi dengan telur rebus pindang dan ati ampela. Biasanya seporsi mangkuk bubur ini langsung disajikan dengan semua lauk di atasnya. Tapi, kalian juga bisa kok untuk minta dipisah.
Satu hal lagi yang membedakan bubur ayam ini dengan bubur ayam di Jakarta adalah beras yang digunakan. Seperti kebanyakan rumah makan di Palangka Raya, bubur di sini juga memakai beras Banjar yang memiliki ciri khas berupa bulirnya yang kecil. Kalau beras ini dimasak menjadi nasi, hasilnya lebih kering, gembur, dan tidak lengket. Enak banget!
Nah, kalau dimasak menjadi bubur, tekstur ‘nasi’-nya masih cukup jelas tapi menyatu lengket jadi bubur. Bubur ini dimasak dengan kaldu ayam kampung tadi, aromanya mantap banget, agak hambar tapi sudah gurih alami. Sedap!
ADVERTISEMENT
Di atas bubur juga biasanya ditabur bawang goreng, tapi bisa minta dipisah juga kalau memang sukanya bubur polos. Oh, di sini juga banyak yang pesan bubur polos saja, jadi hanya dimakan sama kecap manis spesial mereka. Ya, mungkin sekalian bisa jadi alternatif hemat biar makannya enggak mahal-mahal banget, ya. hahaha
Seperti yang tadi dibilang, kecap yang digunakan di sini memang spesial. Justru, kecapnya ini jadi salah satu hal yang bikin orang bisa ketagihan! Jadi, di-saucer terpisah disajikan saus kecap manis kental. Kelihatannya biasa saja, tapi rasanya beda! Katanya, mereka memang mencampur lagi kecap manis ini dengan kecap asin dan beberapa bahan lain untuk menghasilkan rasa yang berbeda dan enggak bisa ditemukan di tempat lain!
ADVERTISEMENT
Aneh tapi nyata, bubur mahal ini berhasil bikin kebanyakan orang ngidam dan ingin untuk kembali lagi. Tapi, karena harganya yang mahal, mungkin orang tetap harus mikir-mikir dulu kali, ya. Jadi, paling hanya sesekali kembali makan di sini. Bayangkan saja kalau makan di sini sering-sering, bisa jebol itu dompet sekali makan bubur harganya Rp 100 ribu!
Nah, kalau kalian sendiri, bagaimana, nih? Apakah berniat untuk mencicipi bubur mahal? Hati-hati ketagihan, ya!