Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Aliansi Pertahanan Australia dan Filipina dengan AS
31 Oktober 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Cica Angkara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
oleh: Cica Angkara, Universitas Sriwijaya
Ketegangan yang meningkat di Laut Cina Selatan telah menarik perhatian global, khususnya bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang secara langsung terpapar dampak dari persaingan kekuatan antara Amerika Serikat dan Cina. Laut Cina Selatan merupakan jalur perdagangan utama yang melayani triliunan dolar nilai barang yang diangkut setiap tahunnya, dan cadangan sumber daya alam yang melimpah menjadikan kawasan ini memiliki nilai strategis yang tinggi. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, kawasan ini menjadi arena klaim teritorial yang tumpang tindih, terutama oleh Cina, yang kian mempertegas posisinya melalui tindakan agresif dan peningkatan kekuatan militernya.
Situasi ini memaksa negara-negara seperti Australia dan Filipina untuk memperkuat hubungan pertahanan mereka, terutama dengan Amerika Serikat, sebagai langkah antisipatif menghadapi tekanan dari Cina. Dalam konteks ini, pendekatan teori realisme dalam hubungan internasional, yang menekankan pentingnya kekuatan dan keamanan nasional dalam menjaga kedaulatan negara, dapat menjelaskan alasan di balik keputusan Australia dan Filipina untuk menjalin kerjasama pertahanan lebih erat dengan Amerika Serikat. Artikel ini akan menguraikan tiga alasan utama di balik penguatan hubungan pertahanan ini, yaitu: (1) memperkuat kapasitas militer untuk menangkal ancaman keamanan, (2) membentuk aliansi sebagai penyeimbang kekuatan di kawasan, dan (3) meningkatkan koordinasi untuk menghadapi situasi krisis secara efektif.
ADVERTISEMENT
Australia dan Filipina menghadapi ancaman langsung akibat tindakan agresif Cina di Laut Cina Selatan. Klaim Cina terhadap wilayah ini berdasarkan “nine-dash line” yang kontroversial, yang mencakup sebagian besar Laut Cina Selatan, sering kali membawa konfrontasi dengan negara-negara di kawasan, termasuk Filipina. Sebagai tanggapan, Australia dan Filipina mulai meningkatkan hubungan pertahanan mereka dengan Amerika Serikat, yang juga memiliki kepentingan strategis dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
Aliansi ini memungkinkan kedua negara untuk memperkuat kapasitas militer mereka, baik melalui bantuan teknologi maupun pelatihan bersama. Pelaksanaan latihan militer antara Australia, Filipina, dan Amerika Serikat berfungsi sebagai sinyal kuat bagi Cina bahwa negara-negara ini siap mempertahankan kedaulatan mereka. Selain itu, kehadiran Amerika Serikat sebagai sekutu militer juga memperkuat daya tawar Australia dan Filipina di panggung internasional. Dalam perspektif teori realisme, kekuatan militer dianggap sebagai elemen utama yang menentukan hubungan antarnegara. Dengan memperkuat kemampuan pertahanan mereka, Australia dan Filipina berharap dapat menyeimbangkan kekuatan dengan Cina dan mempertahankan kedaulatan wilayah mereka dari ancaman eksternal.
ADVERTISEMENT
Australia dikenal sebagai kekuatan menengah di kawasan Asia Pasifik, sebuah posisi yang memerlukan pendekatan pragmatis dan taktis dalam menghadapi negara-negara besar seperti Cina. Meskipun memiliki militer yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan Cina, Australia memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas di Asia Tenggara karena keterkaitan ekonominya yang signifikan dengan negara-negara di kawasan ini. Oleh karena itu, Australia memutuskan untuk memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan ancaman dari Cina.
Filipina, sebagai salah satu negara pengklaim di Laut Cina Selatan, juga memiliki ketergantungan tinggi pada Amerika Serikat dalam mempertahankan kedaulatannya. Cina berulang kali melakukan tindakan yang meresahkan, seperti pembangunan pangkalan militer di pulau-pulau buatan dan peningkatan patroli militernya di perairan yang diklaim oleh Filipina. Ketergantungan ini tidak hanya sekedar pada kekuatan militer, tetapi juga pada dukungan diplomatik yang diberikan Amerika Serikat dalam menghadapi tekanan Cina di forum internasional. Dalam hal ini, Amerika Serikat menjadi penyeimbang utama terhadap dominasi Cina yang terus berkembang di kawasan.
ADVERTISEMENT
Melalui pembentukan aliansi ini, Australia dan Filipina berupaya menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan. Realisme dalam hubungan internasional menekankan pentingnya aliansi strategis untuk menghadapi ancaman dari negara yang lebih kuat. Dengan memperkuat kerjasama dengan Amerika Serikat, Australia dan Filipina mampu menciptakan koalisi yang lebih kuat, yang dapat mengurangi kemungkinan dominasi sepihak oleh Cina. Aliansi ini juga memungkinkan kedua negara untuk mempertahankan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan, yang sangat penting bagi ekonomi mereka. Dalam perspektif realisme, kemampuan untuk mempertahankan akses bebas ke jalur laut ini adalah bagian penting dari kepentingan nasional kedua negara.
Selain aspek militer, kerjasama antara Australia, Filipina, dan Amerika Serikat juga melibatkan peningkatan koordinasi diplomatik untuk menghadapi situasi krisis di Laut Cina Selatan. Latihan militer bersama yang diadakan secara rutin oleh keempat negara (termasuk Jepang) tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan militer, tetapi juga untuk membangun respons cepat terhadap setiap krisis yang mungkin terjadi di wilayah sengketa tersebut. Melalui latihan ini, Australia dan Filipina dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mereka dalam menanggapi berbagai ancaman, termasuk konflik berskala kecil yang mungkin timbul dari ketegangan di kawasan.
ADVERTISEMENT
Filipina, yang berada dalam posisi yang lebih rentan karena kedekatannya dengan wilayah yang diklaim Cina, secara khusus memanfaatkan hubungan aliansinya dengan Amerika Serikat sebagai pelindung utama. Amerika Serikat memiliki kehadiran militer yang kuat di kawasan Indo-Pasifik, yang memberikan perlindungan tambahan bagi Filipina dalam menghadapi potensi agresi dari Cina. Selain itu, kerjasama ini juga melibatkan Jepang, yang juga memiliki kekhawatiran terhadap peningkatan kekuatan militer Cina. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang telah meningkatkan keterlibatannya dalam isu keamanan regional dan turut serta dalam latihan militer bersama dengan Australia, Filipina, dan Amerika Serikat.
Melalui kerjasama multilateral ini, negara-negara Indo-Pasifik berupaya untuk menciptakan kondisi stabil di kawasan, yang diharapkan dapat mencegah eskalasi lebih lanjut. Dalam situasi yang semakin tidak menentu, koordinasi yang baik antar negara sekutu menjadi semakin penting. Dengan adanya pelatihan bersama, kemampuan respons krisis mereka dapat ditingkatkan, sehingga mereka dapat bertindak secara cepat dan efisien dalam mengatasi berbagai ancaman keamanan. Hal ini juga memperlihatkan bahwa kerjasama pertahanan tidak hanya berfungsi sebagai upaya perlindungan terhadap ancaman militer, tetapi juga sebagai bentuk solidaritas di antara negara-negara yang berbagi kepentingan yang sama.
ADVERTISEMENT
Ketegangan di Laut Cina Selatan akibat ambisi agresif Cina telah mendorong Australia dan Filipina untuk memperkuat hubungan pertahanan mereka dengan Amerika Serikat. Langkah ini bukan hanya sekedar untuk melindungi kepentingan nasional masing-masing, tetapi juga untuk menjaga stabilitas regional dan menciptakan keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Dengan adanya aliansi ini, Australia dan Filipina memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi tekanan militer dan ekonomi yang ditimbulkan oleh Cina, yang sering kali melakukan konfrontasi di wilayah sengketa.
Melalui peningkatan latihan militer dan diplomasi yang lebih erat, kedua negara berusaha memastikan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan, yang merupakan salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia. Kehadiran Amerika Serikat dalam aliansi ini juga menunjukkan pentingnya aliansi strategis dalam menghadapi ancaman keamanan di kawasan Asia Tenggara. Pada akhirnya, kerjasama yang lebih erat antara Australia, Filipina, Amerika Serikat, dan Jepang, termasuk latihan militer bersama, adalah respons terhadap eskalasi agresi Cina dan usaha untuk melindungi kebebasan navigasi serta menjaga stabilitas kawasan.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif jangka panjang, aliansi ini diharapkan dapat menjadi penyeimbang efektif terhadap pengaruh Cina di Laut Cina Selatan dan memastikan bahwa kawasan ini tetap terbuka bagi perdagangan internasional. Dengan memperkuat kerjasama pertahanan, Australia dan Filipina mengirimkan pesan bahwa mereka berkomitmen untuk menjaga kedaulatan mereka dan memastikan bahwa kekuatan regional tidak didominasi oleh satu pihak. Bagi Australia dan Filipina, mempertahankan kebebasan navigasi dan menjaga stabilitas kawasan adalah hal yang tak terpisahkan dari kepentingan nasional mereka. Aliansi yang solid dan koordinasi yang kuat di antara negara-negara Indo-Pasifik menjadi penopang utama bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.
Daftar Pustaka
Intermestic: Journal of International Studies Volume 8, No. 2, Mei 2024 (474-494) doi:10.24198/intermestic.v8n2.5
ADVERTISEMENT
https://www.voaindonesia.com/a/ketegangan-di-laut-cina-selatan-meningkat-australia- dorong-hubungan-militer-dengan-filipina/7599293.html
https://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-dinamika-global/article/view/408