Konten dari Pengguna

Stratifikasi Sosial Pada Public Figure

Cici Famelya Sari
Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas
17 November 2024 12:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cici Famelya Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Riya Kumari dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-koin-874684/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Riya Kumari dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-koin-874684/
ADVERTISEMENT
Stratifikasi sosial merupakan fenomena sosial yang mencerminkan ketidaksetaraan di masyarakat. Hal ini menjelaskan bagaimana masyarakat membagi individu ke dalam tingkatan sosial berdasarkan berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, status, dan kekuasaan. Stratifikasi sosial dapat mempengaruhi hak istimewa, akses ke sumber daya, dan kesempatan hidup individu. Stratifikasi sosial sering kali menentukan derajat seseorang di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Stratifikasi sosial seringkali terjadi secara natural tanpa perencanaan. Sadar atau tidak saat seseorang memulai membedakan kemampuan antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya kedalam suatu golongan tertentu pada saat itu pula mereka sudah dapat membagi masyarakat ke dalam golongan lapisan sosial tertentu. Stratifikasi sosial sebetulnya merupakan hhal yang wajar apabila diterapkan dengan tepat dan sesuai dengan porsinya. Contohnya, perlakuan yang diberikan kepada ulama besar pasti akan berbeda dengan perlakuan yang diberikan kepada orang biasa. Hal ini tentu bukanlah hal yang buruk dan malah dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada ulama besar tersebut.
Yang menjadi permasalahan adalah ketika stratifikasi sosial memicu terjadinya kesenjangan sosial. Orang-orang secara tidak sadar akan memuja orang dengan strata sosial tinggi dan merendahkan orang dengan strata sosial yang rendah, sehingga mereka cenderung berperilaku tidak adil. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesenjangan sosial juga menjadi semakin parah apabila seseorang dengan strata sosial tinggi mengalami mobilitas vertikal turun.
ADVERTISEMENT
Kasus seperti ini seringkali terjadi pada artis atau public figur, contohnya adalah Pak Tarno si pesulap. Pak Tarno merupakan pesulap terkenal pada tahum 2010-an, berkat kemahirannya dalam menghibur penonton bak tarno dibayar hingga Rp26 Juta sekali tampil. Pada masa itu pak tarno dapat dikategorikan sebagai orang yang memiliki strata tinggi karena ketenarannya dan dipuja oleh banyak penggemarnya. Sayangnya Pak Tarno mengalami mobilitas vertikal turun yang menyebabkan ia kehilangan ketenarannya. Saat ini, Pak tarno berusaha menyambung hidup dengan berjualan mainan dan alat tulis di depan gerbang sekolah, mirisnya tidak ada penggemarnya yang tau dan peduli dengan kondisi Pak Tarno saat ini.
Dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan sebuah fenomena sosial yang akan terus ada dan berkembang di masyarakat. Stratifikasi sosial sebenarnya bukanlah suatu hal yang buruk tapi akibat naluri ilmiah manusia hal ini bisa memicu adanya kesenjangan sosial. Diperlukan adanya kesadaran tinggi dari masyarakat untuk dapat mengerti bahwa semua manusia memiliki hak dan derajat yang sama, sehingga perilaku buruk terhadap sesama dapat dihindari.
ADVERTISEMENT