Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Apakah Aku Cantik?
29 November 2022 22:49 WIB
Tulisan dari Cikal Khayati Nabillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perempuan dan kecantikan merupakan suatu kesatuan yang identik. Kecantikan sebagai sifat feminin sebenarnya telah berakar kuat dalam sistem sosial yang lebih luas dan terprogram secara budaya. Setiap hari kaum perempuan diyakinkankan dengan mitos-mitos kecantikan yang makin menjerumuskan kaum perempuan dalam jurang pemujaan terhadap kecantikan. Seorang perempuan cenderung mengandalkan kepercayaan dirinya kepada sebuah penampilan. Dalam arti lain, kepercayaan diri yang ada dalam jiwa seorang perempuan hampir seratus persen berasal dari apa yang dia kenakan dan keindahan fisiknya.
ADVERTISEMENT
Menurut psikolog klinis Tara de Thouars, "Cantik bukan membandingkan tetapi menyadari. Karena sebenarnya persepsi cantik berubah-ubah tergantung dengan wajah yang sering kita lihat, untuk itu kita harus bisa menerima perbedaan. Misalnya suka dengan artis Korea, jangan terus melihat foto yang itu-itu saja supaya otak bisa merekam informasi yang lebih banyak". Menurut Tara, ketika wanita sudah terlalu mendalam merasa tak cantik maka akan berpengaruh pada kesehatan mental. Berawal dari seringnya membandingkan diri, kemudian minder dan lama-kelamaan terjadi gangguan mental seperti: depresi, gangguan tidur, atau gangguan makan, bahkan bisa juga jadi anoreksia buat yang ingin kurus. "Cantik secara psikologis itu satu paket komplet, mind, body, dan soul", katanya dalam acara Dove Choose Beauty. Jika semua itu ada dalam diri seorang perempuan, secara psikologis orang itu sudah cantik. Dan jika paket 3 in 1 itu sudah terpenuhi, yang muncul dalam diri adalah kekuatan positif yang bisa mengembangkan potensi diri. "Kecantikan yang dia punya akan jadi enough power bukan justru memamerkan kecantikannnya. This is my body atau this is my face," ujar Efnie. "Kecantikan yang complete package akan tercermin dalam perilakunya, bukan cuma standar normatif," katanya melanjutkan.
Biasanya, standar kecantikan akan berbeda-beda di setiap masyarakat atau budaya tertentu. Memang, standar kecantikan bisa terdengar sepele dan harmless. Namun, perlu disadari, bahwa standar kecantikan terkadang toksik dan cenderung mengkotak-kotakkan orang berdasarkan penampilan fisiknya saja. Jika seorang perempuan tidak sesuai dengan “standar kecantikan” yang berlaku, apakah artinya dia tidak cantik? Tentu pikiran tersebut bisa membuat seseorang merasa rendah diri. Rasa tidak percaya diri itu sering kali berujung pada tindakan atau kegiatan yang justru membahayakan diri sendiri, demi bisa menyesuaikan dengan “standar” yang berlaku. Hal tersebut tentunya harus kita hindari semaksimal mungkin, mengingat standar kecantikan sama sekali tidak sepadan dengan kesehatan tubuh dan diri kita sendiri yang begitu berharga. Untuk itu, penulis telah merangkum deretan standar kecantikan yang ada di tengah masyarakat yang kerap membuat kita merasa tidak percaya diri.
ADVERTISEMENT
1. Cantik itu harus putih
Dikutip dari The Diplomat, standar kecantikan berdasarkan warna kulit ini muncul akibat warna kulit gelap diasosiasikan dengan pekerja fisik di bawah terik matahari, sedangkan warna kulit terang atau putih berarti orang yang menjalani kehidupannya di indoor, tak perlu panas-panasan. Oleh karenanya, warna kulit secara tak sadar sudah menjadi tanda kelas sosial. Akibat adanya standar kecantikan ini, banyak sekali produk-produk pemutih kulit yang diproduksi dan dikonsumsi. Tak jarang, produk tersebut mengandung bahan seperti merkuri yang bisa membahayakan kesehatan tubuh dan kulit.
2. Standar tubuh yang tidak masuk akal
Dikutip dari The standar, perempuan dengan mudah terpapar standar bentuk tubuh yang tidak masuk akal itu lewat media sosial. Media sosial kerap kali menunjukkan konsep tubuh yang sempurna, yang justru membuat banyak perempuan tidak percaya diri karena merasa tubuhnya tidak “sempurna”. Akhirnya, standar kecantikan tersebut bisa berujung pada seseorang memaksakan diri menjalani diet yang tidak sehat, bahkan hingga mogok makan atau hanya makan makanan tertentu yang gizinya tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
3. Cantik itu natural dan tidak bermake-up
Standar kecantikan “cantik itu natural dan tidak bermakeup” lahir dari fenomena yang bernama makeup shaming. Menurut Teen Vogue, makeup shaming adalah mengomentari dan mengejek seseorang berdasarkan makeup yang mereka kenakan. Bahkan, dunia maya sempat diramaikan dengan meme yang berbunyi, “Kamu tidak bisa memercayai perempuan yang mengenakan makeup terlalu tebal”. Cantik itu tidak dilihat dari penampilan wajah yang bermakeup atau tidak. Kalaupun bermakeup, seseorang dengan makeup yang lebih bold sama cantiknya dengan mereka yang mengenakan makeup natural.
4. Cantik itu harus berambut luru, tebal, dan halus
Dikutip dari The Tempest, rambut lurus kerap dipandang sebagai “tonggak kecantikan”. Oleh karenanya, banyak perempuan yang memiliki rambut ikal dan bergelombang memutuskan untuk meluruskan rambutnya dengan berbagai metode, mulai dari rebonding, smoothing, atau mencatok rambut setiap hari. Tak jarang, styling rambut dilakukan terusmenerus hingga menyebabkan kerusakan rambut.
ADVERTISEMENT
Padahal, seperti yang kita ketahui, Indonesia sendiri adalah negara multikultural dan heterogen yang di dalamnya hidup berbagai macam suku bangsa, agama, adat istiadat, golongan, tak terkecuali etnis dan ras. Perempuan-perempuan Indonesia tidak hanya terlahir dengan kulit putih, tetapi ada juga yang terlahir dengan kulit kuning langsat, kulit hitam, kulit sawo matang, dan lain sebagainya. Standar kecantikan selalu menjadi fokus jati diri dan menggerus rasa percaya diri perempuan.
Sepatutnya anda, sebagai perempuan tidak perlu merasa sedih. Anda harus bisa berdamai dengan diri mereka sendiri, dan sepatutnya juga anda harus tegas terhadap stigma-stigma menjatuhkan. Untuk itulah, perlu adanya batas tegas yang menggarisbawahi bahwa cantik tidak harus putih. Semua perempuan cantik selama mereka bisa nyaman dengan diri mereka sendiri. Namun, mau secantik apa pun seorang perempuan menurut definisi kecantikan saat ini, tetap saja perempuan berkualitas adalah dia yang memiliki hati yang cantik, bukan fisiknya saja yang cantik. Sayangnya, mayoritas dari masyarakat telah lebih dahulu menilai apa yang pertama kali dia lihat. Karena, bukankah fisik dapat langsung terlihat jika dibandingkan dengan hati?
ADVERTISEMENT
Yang perlu diingat adalah tidak ada manusia yang sempurna. Ketika kita sedang merasa berada di titik yang rendah dan melihat orang lain lebih baik, maka jangan berkecil hati. Dengan mengembangkan kepribadian yang positif, aura kecantikan hatimu bisa bersinar dan pada akhirnya akan menginspirasi orang lain. Mari refleksikan bersama, bahwa saya yang berbeda dari standar sosial terkait kecantikan, juga memiliki kecantikannya sendiri. Yes, I am beautiful. Saya memiliki hati yang baik dengan ramah pada siapa pun. Saya mungkin tidak mancung tetapi hidung pesek ini membuat saya tampak imut dan berfungsi besar dalam hidup saya. Saya mungkin tidak berkulit putih tetapi kulit cokelat ini membuat saya terlihat eksotis. Saya mungkin tidak tinggi tetapi tubuh kurang tinggi ini membuat saya fleksibel melakukan banyak hal. Saya mungkin tidak berbadan langsing tetapi tubuh saya ini mampu melindungi diri saya dan saya sudah menjaganya agar tetap sehat.
ADVERTISEMENT
Ingat lagi bahwa di antara hitam dan putih, ada abu-abu. Jadi jangan hanya melihat dunia dengan si cantik dan si buruk rupa saja. tetapi lihatlah, ada makna kecantikan tersendiri dari setiap diri kita. Bahkan versi cantik di tiap daerah bisa berbeda. Tentunya cantik bukan hanya tentang fisik saja, karena manusia bukan hanya terisi oleh fisik tetapi juga psikis. Yang sering dianalogikan sebagai inner beauty. Yang perlu dilakukan adalah, temukan kelebihan dan cantikmu. Karena setiap dari kita pasti memilikinya. Dan juga sudah saatnya anda selalu ingat bahwa kecantikan ada pada diri sendiri dan tidak seharusnya distandardisasi.