Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Menelanjangi Patriarki dan Dominasi Genetik dalam Masyarakat
21 Mei 2024 7:28 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Cikal Khayati Nabillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai sumber daya manusia dalam kehidupan masyarakat, laki-laki dan perempuan sama-sama berkedudukan sebagai subjek dan objek pembangunan. Kenyataannya perbedaan reproduksi antara laki-laki dan perempuan seringkali dibakukan sehingga perempuan dipandang lebih rendah dibanding laki-laki. Pasalnya, kaum perempuan di Indonesia masih sering mendapatkan perlakuan tidak adil dari masyarakat, khususnya laki-laki. Hal ini karena adanya persepsi atas kekuatan perempuan masih di bawah laki-laki dalam berbagai aspek seperti politik, pendidikan, lingkungan pekerjaan, dan sebagainya. Karena disadari ataupun tidak hal ini menimbulkan perlakuan yang berbeda terhadap laki laki dan perempuan, akibatnya perlakuan ini seringkali menguntungkan pihak laki laki dibandingkan perempuan.
ADVERTISEMENT
Kesetaraan sosial antara laki laki dan perempuan adalah bagaimana membangun paradigma agar laki-laki dan perempuan memiliki kesederajatan, sehingga tidak ada rasa superioritas. Pada beberapa konteks, perempuan harus dilindungi, dan konteks yang dimaksud adalah konteks sosial budaya karena yang menyebabkan perempuan berada di bawah laki-laki adalah karena struktur sosial dan pusaran budaya yang terkadang membawa nilai dan pola tingkah laku yang tidak bagus bagi proses perubahan sosial. Laki laki dan perempuan sebenarnya sama sama berhak mendapat perlakuan adil, sehingga orang yang mengalami ketidakadilan akibat jenis kelamin, berarti dia korban ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender terjadi jika orang bertindak tidak adil karena kebencian atau prasangka buruk terhadap perempuan, sehingga perempuan menjadi korban ketidakadilan hanya karena mereka perempuan.
Sebagai salah satu contoh dari banyaknya contoh yang ada di kehidupan sehari hari, perempuan dikatakan tidak pantas masuk ke jurusan Teknik, karena teknik dianggap sebagai pekerjaan yang nantinya hanya boleh dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan yang bisa dipilih setelah menyelesaikan studi juga masih terbatas, apa pun pekerjaannya masyarakat akan membicarakan dan mencibir bahwa perempuan sudah melupakan kodratnya dan meninggalkan keluarganya padahal antara kodrat dan karier merupakan hal yang sangat berbeda. Masih banyak stereotip lain yang selalu membebankan perempuan sehingga kehilangan kebebasannya sebagai manusia yang boleh berdiri sendiri atas hidupnya. Pengaruh budaya patriarki terhadap orientasi karier perempuan memiliki dimensi yang beragam.
ADVERTISEMENT
Dominasi genetik adalah konsep yang mengacu pada pandangan bahwa sifat-sifat atau perilaku tertentu dalam masyarakat, seperti kecenderungan terhadap agresi, ambisi, atau dominasi, dianggap sebagai hasil dari faktor-faktor genetik. Dalam konteks ini, gen-gen tertentu dianggap memiliki peran dominan dalam menentukan perilaku dan kecenderungan individu dalam berbagai aspek kehidupan sosial. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara faktor-faktor genetik dan lingkungan.
Hal ini bisa terjadi karena pertama, warisan genetik memainkan peran utama dalam menentukan kecenderungan individu terhadap perilaku agresif, ambisi, atau dominasi. Selain itu, seleksi alamiah cenderung mempertahankan sifat-sifat yang mendukung dominasi dalam populasi karena dianggap sebagai keunggulan dalam bertahan hidup dan reproduksi. Di lingkungan yang mendorong persaingan atau dominasi, individu dengan predisposisi genetik terhadap perilaku agresif mungkin lebih cenderung untuk menjadi dominan. Selain itu, persepsi dan budaya yang memuja atribut-atribut yang terkait dengan dominasi genetik dapat memperkuat struktur sosial yang mendukung ketidaksetaraan.
ADVERTISEMENT
Patriarki dan dominasi genetik memiliki dampak yang signifikan dalam masyarakat, baik secara individu maupun dalam struktur sosial secara keseluruhan. Pertama, patriarki, yang merupakan sistem di mana laki-laki memegang kekuasaan dominan, menghasilkan ketidaksetaraan gender yang merugikan perempuan. Dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh patriarki, perempuan sering kali mengalami diskriminasi dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan keputusan yang memengaruhi hidup mereka.
Dominasi genetik, yang mendasarkan kekuasaan pada sifat-sifat yang dianggap berasal dari faktor genetik, dapat memperkuat pandangan bahwa laki-laki secara alamiah lebih berhak untuk memimpin dan mendominasi dalam masyarakat. Ini memperkuat struktur patriarki yang ada dan memperdalam ketidaksetaraan gender. Selain itu, pandangan ini juga dapat menyebabkan stereotip gender yang membatasi baik laki-laki maupun perempuan dalam memilih peran dan mencapai potensi mereka sepenuhnya. Akibatnya, patriarki dan dominasi genetik tidak hanya menghambat kemajuan perempuan, tetapi juga menciptakan ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam masyarakat secara keseluruhan, menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang inklusif dan adil.
Kita semua memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif dengan menolak patriarki dan dominasi genetik. Saat kita mengakui bahwa setiap individu tanpa memandang jenis kelamin atau sifat genetiknya memiliki potensi untuk berkontribusi secara positif dalam berbagai bidang kehidupan dan kita dapat memulai perubahan yang berarti. Dengan bekerja bersama dan menolak pandangan yang membatasi potensi individu berdasarkan jenis kelamin atau genetika, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan bagi semua orang.
ADVERTISEMENT
Mari kita lawan stereotip gender yang membatasi potensi individu dan mendorong untuk kesetaraan hak dan peluang bagi semua. Bersatu dalam tekad kita untuk menciptakan dunia di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi. Ayo, kita tolak partiaki bersama! Kita bisa menciptakan perubahan positif yang hakiki dalam masyarakat kita!
Referensi :
Mutiah, R. (2019). Sistem patriarki dan kekerasan atas perempuan. Komunitas, 10(1), 58-74.
Saefulloh, F., Suryana, H. Y., Nisari, N., Setiawan, A., Pamungkas, K. B. W., & Wijayakusuma, F. R. (2023). Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Orientasi Karier Perempuan. MANIFESTO Jurnal Gagasan Komunikasi, Politik, dan Budaya, 1(1), 7-12.
Zuhri, S., & Amalia, D. (2022). Ketidakadilan gender dan budaya patriarki di kehidupan masyarakat Indonesia. Murabbi, 5(1).
ADVERTISEMENT